Untuk menulis artikel ilmiah, kita dapat menggunakan pendekatan 5 C, yaitu Common ground, Complication, Concern, Course of action dan Contribution. Kelima elemen tersebut saling terkait dan melengkapi, sehingga artikel ilmiah yang baik harus mempunyai seluruh elemen tersebut.
Berikut adalah penjelasan tiap-tiap elemen didalam pendekatan 5 C.
Common Ground - Kesamaan
“All social theories which are found interesting involve a certain movement of the mind of the audience who finds them so” (Davis, 1971: 342).
Agar dapat menarik perhatian pembaca dan menggerakkan pikirannya, kita harus dapat menarik minat mereka dan membuat mereka setuju dengan apa yang akan kita sampaikan. Sebelum kita memindahkan “pemikiran” kita ke pembaca, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
-
Pertama, kita harus memberitahukan posisi dimana teori dan fenomena tersebut saat ini berada. Artinya, kita harus menyampaikan perkembangan terakhir terkait bidang atau area yang kita teliti.
-
Kedua, kita juga harus menyampaikan kemana arah pemikiran kita, dalam hal ini kita bisa memberikan guideline kepada pembaca terkait “kontribusi” kita dalam bidang atau area tersebut.
Pemikiran disini mempunyai arti pendapat (hasil penelitian) kita terkait dengan teori, fakta maupun fenomena yang kita teliti.
Analoginya adalah ketika kita ingin memindahkan sesuatu, kita harus tahu tidak hanya ke mana sesuatu itu dipindahkan tetapi juga di mana lokasinya saat ini.
Oleh karena itu, tugas utama yang kita lakukan adalah “membuat” kesamaan pemikiran antara kita dengan pembaca terkait dengan kondisi terakhir bidang atau area yang kita teliti dan juga arah perkembangannya. Jika kita sudah dapat membangun kesamaan dengan pembaca, maka pembaca akan menganggap tulisan kita sesuai dengan kenyataan yang ada dan relevan dengan apa yang mereka pikirkan, sehingga mereka akan mencari tahu lebih dalam tentang tulisan kita (Davis, 1971; Minto, 2002).
Berikut adalah sebuah metafora yang sangat bagus, yang disampaikan oleh Huff (1999) untuk menjelaskan terkait dengan bagaimana membangun “common ground”. Bayangkan sebuah ruang konferensi yang didalamnya terdapat diskusi ilmiah oleh para akademisi. Diskusi di dalam ruangan tersebut bisa jadi memanas dan kontroversial, atau sebaliknya, diskusi menjadi ringan karena adanya tingkat kesepakatan yang tinggi diantara peserta diskusi. Di sisi lain, bisa saja peserta diskusi terbagi menjadi beberapa sub kelompok, dan mendiskusikan topik yang sama, tetapi antar sub kelompok tersebut tidak saling berinteraksi satu dengan lainnya. Kemudian kita memasuki ruangan tersebut. Tugas awal kita adalah mengarahkan mereka pada diskusi dengan cara yang dapat mereka akses dan relevan dengan minat mereka.
Dalam proses membangun kesamaan (common ground) dengan mereka, kita harus melakukan identifikasi terkait dengan literatur utama mana yang kita gunakan, kemudian mengkomunikasikan pengetahuan kita terkait literatur tersebut dan menyampaikan kepada mereka kontribusi apa yang kita berikan terkait dengan literatur tersebut. Common ground mempunyai arti bahwa kita telah menyusun asumsi dasar, batasan-batasan yang ada, dan daftar literatur-literatur yang digunakan. Hal ini berguna untuk membentuk titik awal yang dapat disepakati dengan pembaca, sehingga mereka mempunyai keyakinan bahwa kita adalah pemandu yang andal. Common ground tidak hanya berarti kita telah meyakinkan pembaca bahwa kita telah menggunakan kutipan dan literatur yang relevan, tetapi mempunyai arti kita telah mensintesis dan menyajikan literatur-literatur tersebut dengan akurat dan efisien.
Setelah Anda membangun common ground dengan pembaca, Anda kemudian dapat menjelaskan batasan-batasan yang ada — atau bahkan complications — terkait permasalahan yang sedang kita teliti.
Complication - Komplikasi
Ketika kita sudah memasuki ruang konferensi, seperti metafora di atas, dan kita telah mengarahkan pembaca terkait diskusi yang ingin kita ikuti, pertanyaan berikutnya adalah Bagaimana Anda bergabung dalam diskusi tersebut ? Bagaimana kita dapat menarik minat mereka agar terlibat dalam diskusi ? Bagaimana kita membuat mereka berpaling kepada kita dan mendengarkan apa yang kita sampaikan ?
Semua pertanyaan di atas dapat kita jawab dengan cara menunjukkan kepada mereka terkait dengan beberapa complication yang ada pada common ground yang telah kita sampaikan sebelumnya (Minto, 2002). Complication tersebut akan berperan sebagai masalah, teka-teki, atau twist dalam diskusi akademis yang sedang berlangsung. Locke dan Golden-Biddle (1997: 1040) menyebut tugas ini sebagai “problematisasi situasi (problematizing the situation)”, dimana tugas kita adalah memberikan gambaran kepada pembaca bahwa diskusi akademis yang ada saat ini, terkait bidang yang kita teliti masihlah belum memadai dan lengkap. Davis (1971) menggambarkan tugas ini sebagai “hal yang menantang asumsi pembaca kita dan mempresentasikan “Indeks Menarik (Index of the Interesting)” (1971: 313).
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah memberikan contoh praktis dari area penelitian kita, dimana hal tersebut dapat membantu menyampaikan maksud kita. Apa pun pendekatan yang kita gunakan, jika kita dapat memperkenalkan complication yang menarik, maka kita akan menginspirasi pembaca kita untuk terus mengikuti cerita yang kita susun. Seperti yang ditunjukkan Grant dan Pollock (2011), pembaca kita tidak akan terinspirasi jika kita terlalu tentatif dalam menantang asumsi mereka.
Dalam proses mengidentifikasi complication pada diskusi akademis saat ini, kita harus dapat mengungkap keterbatasannya. Kita menarik perhatian pembaca dan mengarahkan minat mereka ke beberapa elemen yang hilang atau kegagalan-kegagalan yang ada dalam literatur-literatur saat ini. Agar berhasil melakukannya, kita harus dapat menegosiasikan trade-off antara hal baru dan inkrementalisme-nya. Semakin besar kebaruan complication yang kita sampaikan, penelitian kita semakin tidak tertambat pada literatur-literatur yang ada saat ini dan semakin menantang pembaca kita untuk memahami dan menerimanya. Sebaliknya, complication yang kebaruannya kurang mungkin akan dianggap basi dan biasa saja bagi pembaca kita. Oleh karena itu, setelah memperkenalkan sebuah complication, kita harus membuat kasus yang meyakinkan kepada pembaca kita bahwa complication yang kita sampaikan adalah hal yang sangat penting.
Concern - Perhatian
Menunjukkan gap dalam literatur (bahwa ada sesuatu yang belum dipelajari atau diteliti), tidaklah cukup untuk memotivasi kita dalam melakukan suatu penelitian. Yang terpenting adalah kita dapat meyakinkan kepada pembaca mengapa gap tersebut penting untuk diteliti (Alvesson & Sandberg, 2011; Grant & Pollock, 2011). Dengan kata lain, kita harus dapat mendapatkan perhatian (concern) dari pembaca bahwa complication yang kita sampaikan itu merupakan hal yang berharga untuk didiskusikan.
Permasalahannya, memberikan penjelasan yang meyakinkan tentang pentingnya complication tersebut merupakan hal yang sulit dilakukan. Banyak rintangan yang akan dihadapi, dimana rintangan-rintangan tersebut diakibatkan karena adanya sering kali kali peneliti mudah melakukan identifikasi terkait dengan inkonsistensi, kontradiksi, dan bagian yang hilang dalam literatur akademis, tetapi pembaca menilai hal-hal tersebut sebagai hal yang sepele, bertele-tele, atau tidak perlu. .
Bayangkan Anda berdiri di ruang konferensi, seperti metafora di atas, meminta kepada para akademisi yang ada dan berusaha meyakinkan mereka bahwa kita memiliki poin-poin penting untuk didiskusikan. Pembaca kita harus benar-benar percaya pada relevansi complication yang Anda angkat dengan masalah-masalah mereka. Jika kita mendeskripsikan kekurangan dalam literatur-literatur yang ada, seperti bagaimana literatur tersebut tidak koheren, menyesatkan, kontradiktif, atau tidak lengkap, kita harus dapat menjelaskan lebih lanjut bagaimana dan mengapa kekurangan tersebut penting untuk diteliti. Dengan cara itu, maka kita akan mendapatkan perhatian (concern) dari akademisi yang ada di dalam ruang konferensi tersebut.
Ketika pembaca kita benar-benar yakin bahwa complication yang kita sampaikan adalah hal yang penting (minimal bagi mereka), maka mereka akan bersemangat untuk mempelajari apa yang kita lakukan. Jadi, setelah membangun kesamaan (common ground) dengan pembaca, kita menunjukkan kepada mereka complication yang ada pada common ground tersebut, dan meyakinkan mereka mengapa complication tersebut layak mendapatkan perhatian (concern), maka kita telah menyiapkan panggung untuk memperkenalkan kontribusi unik kita pada literatur yang ada.
Course of Action - Rangkaian Tindakan
Setelah ketiga elemen diatas telah dianalisis (atau dituliskan), maka tugas kita selanjutnya adalah memikirkan tindakan apa yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan yang mendasari penelitian kita. Tugas kita adalah menjelaskan kepada pembaca bagaimana kita akan menangani dan menyelesaikan complication utama makalah kita. Sebagai contoh, dalam bidang manajemen strategis, pertanyaan-pertanyaan berikut dapat menjadi dasar kita dalam melakukan course of action; , bagaimana kita akan mengembangkan atau menyempurnakan teori? Apakah tindakan tersebut akan melibatkan konstruksi baru, memodelkan hubungan antar konstruksi, mengeksplorasi proses teoritis, atau mengembangkan tipologi? Apakah kita akan meletakkan argumentasi yang men-challenge teori yang dominan? Apakah kita akan melakukan sintesis perspektif terhadap teoretis yang ada untuk memberi “cara pandang” baru pada suatu masalah? Apakah kita akan melakukan identifikasi pendekatan baru terkait topik teoretis yang ada saat ini ?
Terdapat beberapa jalan yang berbeda menuju pengembangan dan penyempurnaan sebuah teori. Yang perlu kita perhatikan adalah, dalam proses menyusun tindakan kita, kita harus dapat meyakinkan pembaca bahwa tindakan tersebut relevan dan efektif. Oleh karenanya, tindakan yang dilakukan harus logis, dapat dijelaskan dengan baik, dan diarahkan dengan jelas pada compilation utama yang ada. Course of action adalah inti dari tulisan kita, tetapi sekali lagi, course of action tidak akan efektif apabila tanpa ketiga elemen sebelumnya (common ground, complication dan concern). Keempat elemen tersebut saling bergantung satu dengan lainnya.
Setelah kita dapat mendeskripsikan solusi yang meyakinkan terkait complication yang menarik, kita sekarang berada dalam posisi untuk menyoroti bagaimana tulisan kita memengaruhi “diskusi” di ruang akademis, atau dengan kata lain, bagaimana makalah tersebut memberikan kontribusi yang berharga bagi literatur yang ada.
Contribution - Kontribusi
Ketika kita berada di ruang konferensi, seperti metafora di atas, saat ini kita sudah berada di meja, dimana ide kita telah menjadi bagian dari diskusi yang sedang berlangsung. Tugas kita adalah menjelaskan kepada pembaca terkait dengan bagaimana dan mengapa tulisan kita memberikan kontribusi yang berbeda. Bukan berarti bahwa kita harus membesar-besarkan kontribusi kita pada literatur, dimana hal itu malah akan merusak kredibilitas kita. Sebaliknya, tugas kita sekarang adalah menciptakan “gerakan tertentu dari pikiran pembaca (audiens a certain movement of the mind of the audience)” (Davis, 1971: 342).
Dalam proses mendeskripsikan kontribusi tulisan kita, kita dapat menjelaskannya kepada pembaca bahwa ide-ide yang ada dalam tulisan kita adalah hal baru dan bermakna, dimana tulisan kita akan membawa pembaca melampaui apa yang mereka pikir mereka ketahui. Idealnya, kita akan menjelaskannya dengan cara yang meyakinkan, sehingga tulisan kita dapat mengarah pada eksplorasi teoritis dan penyelidikan empiris lebih lanjut , serta memberikan wawasan yang akan mempengaruhi dunia praktisi.
Hanya dengan cara melakukan analisis terhadap keempat elemen diatas secara efektif — common ground, complication, concern dan course of action — kita akan mampu membuat argumen puncak yang meyakinkan tentang kontribusi yang kita berikan pada dunia akademik.
Menulis Artikel Ilmiah dengan Pendekatan 5C
Kelima elemen diatas, common ground, complication, concern, course of action dan contribution akan mewakili konten tulisan kita, dan biasanya mengikuti urutan logis yang tercermin dalam struktur tulisan kita. Saat kita mendesain tulisan kita, kita harus mempertimbangkan bagaimana menggabungkan elemen-elemen diatas dan memfasilitasi komunikasi mereka kepada pembaca. Dua elemen struktural tulisan kita, abstrak dan introduction, harus berisi kelima elemen tersebut. Berikut adalah struktur tulisan kita, dilihat dengan menggunakan pendekatan 5C.
Judul
Kita dapat memikirkan elemen-elemen yang ada pada 5C untuk menghasilkan judul yang menarik pada tulisan kita. Judul menarik biasanya menyoroti lebih dari satu elemen dari 5C, dimana hal tersebut akan membantu kita dalam menyampaikan sifat tulisan kita kepada pembaca.
Abstrak
Tulisan yang ada pada abstrak harus menyampaikan keadaan literatur (apa yang kita ketahui), batasan literatur (teka-teki apa yang ada), pentingnya batasan tersebut, solusi yang kita hasilkan, dan nilai-nilai yang kita tambahkan ke literatur melalui solusi kita. Permasalahannya adalah, tulisan abstrak adalah terbatas (sekitar 200 kata), jadi kita harus menyampaikan elemen penyusun dengan cara yang ringkas.
Pendahuluan
Isi pendahuluan juga harus menjelaskan kelima elemen dari 5C tersebut. Tetapi pendahuluan mempunyai ruang yang lebih luas dibandingkan dengan abstrak, kira-kira tiga sampai empat halaman, sehingga kita dapat menuliskannya secara lebih terelaborasi.
Body
Dalam tubuh tulisan (bagian kedua dalam tulisan kita), yang biasanya terdiri dari lima hingga tujuh halaman, kita dapat menguraikan common ground, complication dan concern yang telah kita sebutkan di bagian pendahuluan. Dalam bagian ini biasanya kita menguraikan tinjauan literatur yang relevan, deskripsi konteks penelitian kita, dan penjelasan tentang batas atau asumsi apa pun yang melatarbelakangi argumen kita. Yang menjadi catatan penting adalah, dalam melakukan tinjauan literatur yang relevan, kita harus melakukan sintesis teori dari literatur tertentu, bukan hanya sekedar ulasan deskriptif dasar dari literatur-literatur yang ada. Dengan kata lain, tinjauan pustaka yang kita lakukan harus berperan sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah, literatur yang dipilih adalah literatur yang secara langsung berkontribusi pada pertanyaan penelitian kita, mengingat tidak mungkin kita memasukkan semua literatur yang berhubungan dengan penelitian kedalam tulisan kita.
Gunakan tinjauan pustaka untuk menunjukkan bagaimana kontribusi teoretis kita dimulai pada titik di mana literatur yang ada gagal menjawab pertanyaan penelitian kita.
Setelah kita membahas common ground, kita dapat mengakhiri bagian kedua tulisan kita (tubuh tulisan) dengan menyoroti elemen complication dan concern, yaitu dengan menjelaskan batasan literatur yang ada saat ini dan kepentingannya. Apabila kita memiliki road map penelitian yang ada terkait bidang atau area penelitian kita, kita dapat menyampaikannya di bagian akhir tubuh tulisan.
Anda kemudian dapat memberi bayangan pada sisa makalah, yang akan memerlukan tindakan dan kontribusi Anda. Punya sosok yang merupakan peta jalan? Akhir bagian dua bisa menjadi tempat yang baik untuk memasukkannya.
Di bagian tubuh tulisan kita selanjutnya, yang biasanya terdiri dari sekitar sepuluh hingga lima belas halaman, kita dapat menguraikan course of action dan contribution yang unik dan berharga bagi literatur.
Akhir Tulisan
Bagian akhir tulisan, biasanya adalah diskusi, yang biasanya terdiri dari sekitar tiga hingga lima halaman, dapat dikhususkan untuk menguraikan kontribusi kita pada society. Caranya adalah dengan menuliskan ringkasan pembukaan yang mencerminkan kontribusi utama yang kita berikan dalam pendahuluan. Kita kemudian dapat menguraikan masing-masing kontribusi ini dalam subbagian terpisah, diikuti oleh bagian tentang implikasi praktis dari teori kita, serta segala batasan dan arah penelitian di masa mendatang.
Contoh Artikel dengan Pendekatan 5C
Contoh artikel yang diambil adalah artikel dari bidang manajemen dengan judul “The Paradox of Stretch Goals: Organizations in Pursuit of the Seemingly Impossible” (Sitkin, See, Miller, Lawless, & Carton, 2011). Untuk bidang-bidang lainnya, bisa menyesuaikan.
Common Ground - Kesamaan.
Sitkin dkk. mengawali artikelnya dengan menyegarkan pembaca tentang ketegangan antara keutamaan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di dalam organisasi.
“Sebuah organisasi dapat memastikan kelangsungan hidup yang berkelanjutan hanya dengan berkinerja baik dalam waktu dekat sambil memposisikan dirinya untuk kinerja yang kuat di masa depan yang tidak pasti” (2011: 544).
Pembaca dapat dengan mudah setuju dengan penulis ketika mereka menunjukkan bahwa eksplorasi sangat penting untuk “kesehatan” dan kelangsungan hidup organisasi, tetapi karena sejumlah alasan, eksplorasi sering kali dikalahkan oleh tekanan untuk melakukan eksploitasi. Sitkin dkk. melanjutkan dengan menjelaskan beberapa pendekatan yang telah diusulkan oleh para ahli teori organisasi untuk mempromosikan eksplorasi organisasi dan kemudian fokus pada bagaimana organisasi yang mengejar “tujuan yang diperluas (strecth goals)” —tujuan yang tampaknya tidak mungkin — dapat merangsang pembelajaran eksplorasi di dalam organisasi.
Complication - Komplikasi.
Setelah menggunakan sebagian besar porsi tulisan untuk menjelaskan common ground di atas, Sitkin dkk. kemudian lanjutkan dengan memperkenalkan complication secara efisien dalam beberapa pertanyaan provokatif tentang strecth goals. Complication yang disampaikannya adalah bahwa hingga saat ini belum jelas apa dan mengapa strecth goals dapat “meningkatkan pembelajaran atau kinerja dalam beberapa kondisi tertentu tetapi menurunkannya dalam kondisi lain” (2011: 546), dan tidak jelas apakah organisasi yang cenderung mengejar “strecth goals” akan menjadi organisasi yang paling mungkin mendapat manfaat darinya.
Concern - Perhatian.
Sitkin et al. dapat menjelaskan keterkaitan antara common ground dan concern dengan cara yang menarik. Pembaca terasa memasuki “percakapan” yang ada dalam artikel sehingga dapat memahami bahwa tidak hanya eksplorasi dan eksploitasi berada dalam ketegangan, dan “stretch goals” dapat membantu menyelesaikan ketegangan itu, tetapi juga bahwa upaya eksplorasi (dan, dengan demikian, “stretch goals” ) sangat penting untuk keberhasilan dan kelangsungan hidup organisasi.
Course of Action - Tindakan.
Sitkin dkk. menutup bagian pendahuluan dengan menjelaskan tindakan mereka secara singkat dan efisien. Tindakan itu termasuk menentukan “stretch goals”, memeriksa “mekanisme kognitif, afektif, dan perilaku yang mendasarinya, “stretch goals” seperti apa yang mungkin secara positif atau negatif mempengaruhi pembelajaran dan hasil kinerja organisasi,” yang kemudian disusul dengan formulasi “proposisi seputar kinerja dan sumber daya sebagai faktor kontingensi utama dalam menentukan kapan “stretch goals” akan memfasilitasi atau mengganggu pembelajaran dan kinerja,” yang kemudian diakhiri dengan tawaran “proposisi mengenai bagaimana faktor kontingensi yang sama juga menentukan kemungkinan bahwa organisasi akan tertarik untuk menggunakan “stretch goals””(2011: 546).
Kontribusi.
Sitkin et al. dapat menjelaskan bahwa studi mereka memberikan sejumlah kontribusi pada literatur yang ada, termasuk memberikan wawasan baru tentang hubungan antara “strecth goals”, proses serta hasil organisasi, seperti melakukan eksplorasi, pengambilan risiko, pembelajaran dalam kondisi umpan balik yang ambigu, dan mengembangkan kapabilitas dinamis. Sitkin et al. juga membuat daftar kontribusi penelitian, dimana mereka menyoroti implikasi utama dari studi mereka:
“Kami menyarankan bahwa ketika tujuan menjadi ekstrim, ada efek organisasi yang kompleks namun dapat diprediksi yang cenderung negatif kecuali dalam keadaan tertentu yang dapat ditentukan” (2011: 546).
Sumber :
Donald Lange and Michael D. Pfarrer, Editor’s comments : Sense and Structure - The Core Building Blocks of AMR Article, Academy of Management Review 2017, Vol. 42, No. 3, 407–416. https://doi.org/10.5465/amr.2016.0225
Referensi :
- Davis, M. S. 1971. That’s interesting! Philosophy of the Social Sciences, 1: 309–344.
- Minto, B. 2002. The pyramid principle (3rd ed.). London: Financial Times Prentice Hall.
- Huff, A. S. 1999. Writing for scholarly publication. Thousand Oaks, CA: Sage.
- Locke, K., & Golden-Biddle, K. 1997. Constructing opportunities for contribution: Structuring intertextual coherence and “problematizing” in organization studies. Academy of Management Journal, 40: 1023–1062.
- Grant, A. M., & Pollock, T. G. 2011. Publishing in AMJ—Part 3: Setting the hook. Academy of Management Journal, 54:873–879.
- Alvesson, M., & Sandberg, J. 2011. Generating research questions through problematization. Academy of Management Review, 36: 247–271.
- Sitkin, S. B., See, K. E., Miller, C. C., Lawless, M. W., & Carton, A. M. 2011. The paradox of stretch goals: Organizations in pursuit of the seemingly impossible. Academy of Management Review, 36: 544–566.