Bagaimana penjelasan terkait penyakit tanaman yang disebabkan oleh Jamur ?

Penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur biasanya akan berdampak sangat merusak yang akan mengakibatkan kerugian dari sisi ekonomi yang harus diderita oleh petani.

Bagaimana penjelasan terkait penyakit tanaman yang disebabkan oleh Jamur ?

Jamur (fungi) merupakan suatu bagain dari Thallophyta, yang karakteristiknya berhubungan dengan tidak adanya klorofil sama sekali, sehingga tak bisa untuk melakukan asimilasi. Bagian tubuhnya yang bersifat vegetatif terdiri atas benang-benang yang halus dan dinamakan hifa. Hifa-hifa ini merupakan miselium dimana ada yang berserabut ada yang tidak.

Lebih dari 8000 spesies jamur dapat menyebabkan penyakit pada tunbuhan. Semua tumbuhan diserang oleh beberapa jenis jamur, dan setiap jenis jamur parasit dapat menyerang satu atau banyak jenis tumbuhan. Beberapa jenis jamur dapat tumbuh dan memperbanyak diri hanya apabila tetap berhubungan dengan tumbuhan inangnya selama hidupnya, jamur yang demkian dikenal dengan parasit obligat atau biotrof. Jenis lain membutuhkan tumbuhan inang untuk sebagian daur hidupnya tetapi tetap dapat menyelesaikan daurnya pada bahan organik mati maupun pada tumbuhan hidup, jamur yang demikian disebut parasit non-obligat.

Karakteristik Jamur Patogenik Tumbuhan

Morfologi

Sebagian besar jamur mempunyai tubuh vegetatif seperti tumbuhan yang lebih kurang terdiri dari filamen (benang) memanjang, bersambungan, bercabang, mikroskopis, mempunyai dinding sel yang jelas. Tubuh jamur disebut miselium, dan cabang-cabang tunggal atau filamen dari miselium disebut hifa, umumnya tebal hifa atau miselium seragam. Beberapa jamur hifanya hanya 0,5 mikro meter, sedangkan jamur yang lain tebalnya dapat lebih dari 100 mikro meter. Panjang miselium pada beberapa jenis jamur mungkin hanya beberapa mikrometer, tetapi ada jenis lain yang dapat menghasilkan benang miselium sepanjang beberapa meter.

Pada beberapa jamur, miselium terdiri atas banyak sel yang mengandung satu atau dua inti per sel (celluler). Miselium yang lain bersifat saenositik (caenocytic) yaitu mengandung banyak inti dan keseluruhan miselium berupa satu sel multi inti yang bersambungan, tubular (seperti pipa).

Beberapa jamur yang lebih rendah tidak mempunyai miselium yang sesungguhnya dan menghasilkan plasmodium yang telanjang, amoeboid, berinti banyak atau sistem helaian yang sangat tidak seragam dengan diameter sangat bergam yang disebut rizomiselium.

Ekologi dan Penyebaran

Hampir semua jamur patogen tumbuhan menghabiskan sebagian hidupnya pada tumbuhan inangnya dan sebagian di dalam tanah atau sisa tumbuhan di dalam tanah. Beberapa jamur melewati seluruh hidupnya pada inangnya, dan mungkin hanya spora yang mendarat di tanah, tetapi spora tersebut tidak aktif sampai terbawa kembali ke inang tempat mereka dapat tumbuh dan memperbanyak diri. Untuk menyelesaikan daur hidupnya di alam, jenis jamur lain harus melewati sebagian hidupnya pada inang sebagai parasit dan sebagian pada jaringan yang telah mati di tanah sebagai saprofit.

Akan tetapi kelompok jamur yang terakhir ini tetap secara terus-menerus berhubungan dengan jaringan inangnya, baik jaringan hidup atau yang mati, dan secara alami tidak tumbuh pada jenis bahan organik lain. Jamur kelompok ketiga tumbuh secara parasit pada inangnya, tetapi jamur tersebut dapat terus hidup, tumbuh dan memperbanyak diri pada jaringan inang setelah jaringan tersebut mati dan selanjutnya mungkin pindah dari sisa-sisa inang tersebut ke tanah atau bahan tumbuhan lain yang melapuk dimana mereka dapat tumbuh dan memperbanyak diri sebagai saprofit biasa.

Penyebaran sebagian besar jamur patogenik tumbuhan dari suatu tumbuhan yang sama bergantung pada kesempatan penyebaran oleh agensia-agensia seperti angin, air, burung, serangga, hewan lain serta manusia. Jamur terutama disebarkan dalam bentuk spora, penyebaran spora pada hampir semua jamur berlangsung secara pasif, walaupun awal pelepasannya pada beberapa jenis jamur dibantu oleh tekanan. Jauhnya spora tersebar bervariasi yang tergantung pada agensia penyebarannya. Angin mungkin agensia penyebaran spora yang paling penting dari sebagian besar jenis jamur, serta angin dapat membawa spora dengan jarak yang jauh. Untuk jamur tertentu, agensia lain seperti air atau serangga mungkin memainkan peranan penting yang jauh lebih penting dibanding dengan angin dalam penyebaran sporanya.

Identifikasi

Karena setiap jenis tumbuahn yang disebabkan jamur biasanya hanya disebabkan oleh satu jenis jamur, dan karena ada lebih dari 100.000 spesies yang berbeda, maka identifikasi jamur pada spesimen tumbuhan sakit atau dari biakan jamur dari semua jenis jamur yang ada harus dengan jalan memisahkan salah satu diantaranya sebagai spesies jamur yang dicurigai.

Sifat-sifat jamur yang sangat penting yang digunakan untuk identifikasi adalah spora dan fruktifikasi (tubuh buah) atau struktur yang menghasilkan spora dan beberapa sifat tubuh jamur (plasmodium atau miselium).

Bentuk, ukuran, warna dan pola susunan spora pada sporofor atau tubuh buah dan juga bentuk dan warna sporofor atau badan buah merupakan sifat-sifat yang telah mencukupi untuk diamati bagi seseorang yang telah cukup berpengalaman dalam taksonomi jamur untuk menentukan nama kelas, ordo, famili, dan genus jamur tersebut harus dimasukkan. Pada kasus yang lain, sifat-sifat tersebut dapat digunakan untuk menjajaki jamur tersebut melalui kunci analisis jamur yang telah dipublikasikan untuk menentukan genus, dan akhirnya termasuk spesies jamur tersebut.

Gejala yang Disebabkan Jamur pada Tumbuhan

Jamur menyebabkan gejala lokal atau gejala sistemik pada inangnya, dan gejala tersebut mungkin terjadi secara terpisah pada inang-inang yang berbeda, secara bersamaan pada inang yang sama atau yang satu mengikuti yang lain pada inang yang sama.

Umumnya jamur menyebabkan nekrosis lokal atau nekrosis umum atau membunuh jaringan tumbuhan, hipotropfi, dan hipoplasia (kerdil) organ- organ tumbuhan atau keseluruhan tumbuhan, dan hiperplasia (pertumbuhan kerdil) bagian-bagain atau keseluruhan tumbuhan.

1. Gejala nekrosis yang sangat umum adalah sebagai berikut :

  • Bercak daun (leaf spot) yaitu : luka atau noda yang bersifat lokal pada daun inang yang terdiri atas sel-sel yang mati dan kalopsi

  • Hawar (Blight) yaitu : organ daun, cabang, ranting dan bunga menjadi coklat dengan sangat cepat dan menyeluruh yang menyebabkan kematian.

  • Kanker yaitu : luka nekrosis atau luka yang terlokalisasi, sering mencekung pada permukaan batang jaringan tumbuhan berkayu.

  • Mati ujung (dieback) yaitu : nekrosis ranting secara ekstensif yang berawal dari ujung dan berkembang menuju pangkalnya.

  • Busuk akar yaitu : hancur dan membusuknya sebagain atau seluruh sistem parakaran tumbuhan.

  • Rebah kecambah atau patah rebah (damping off) yaitu : kalopsi dan mati dengan cepat kecambah yang nasih sangat muda pada pembibitan di lapangan.

  • Busuk batang bawah yaitu : hancurnya batang bagian bawah.

  • Busuk basah dan busuk kering yaitu : terjadinya maserasi (pembusukan) dan hancurnya buah, akar, umbi, umbi lapis dan daun yang berdaging.

  • Antraknosa yaitu : luka nekrosis yang lekuk seperti mangkuk pada batang, daun, buah atau bunga tumbuhan inang.

  • Kudis yaitu : luka yang teralokasi pada buah, daun dan umbi dan lain-lain, biasanya sedikit menonjol dan puncaknya mencekung dan pecah, yang memberi bentuk seperti kudis.

  • Decline yaitu : tumbuhan yang tumbuh lurus, daun mengecil, kaku, menguning atau merah, ada yang terdefolasi (menggugurkan daun) dan mati ujung (dieback).

Hampir semua gejala di atas mungkin dapat menyebabkan tumbuhan yang terinfeksi menjadi sangat kerdil. Di samping itu, gejala yang lain seperti karat daun, embun (mildew), layu dan bahkan penyakit tertentu menyebabkan hiperplasia pada beberapa organ tumbuhan, seperti akar pekuk (clubroot) mungkin menyebabkan kekerdilan tumbuhan secara menyeluruh.

2. Gejala-gejala yang berhubungan dengan hipertopi atau hiperplasia dan perubahan bentuk atau pemutaran (distorsi) bagian tumbuhan meliputi :

  • Akar pekuk yaitu : akar membesar terlihat seperti kumparan atau gada.
  • Bengkak atau puru yaitu : bagian tumbuhan membesar dan biasanya dipenuhi oleh miselium jamur.
  • Kutil yaitu : tonjolan seperti kutil pada umbi dan batang.
  • Witches-broom (sapu setan) yaitu : cabang-cabang ranting yang mengarah ke atas dengan sangat banyak.
  • Keriting daun yaitu : daun berubah bentuk, menebal dan keriting.
  • Layu yaitu : gejala sekunder yang menyeluruh dimana daun atau tunas kehilangan turgor dan merunduk karena terganggunya sistem vaskular akar dan batang.
  • Karat yaitu : terdapat banyak luka-luka kecil pada daun atau batang, biasanya berwarna seperti karat.
  • Mildew (embun) yaitu : bagian daun, batang dan buah yang klorosis atau nekrosis, biasanya ditutupi oleh miselium dan fruktifikasi jamur.

Parasit-parasit tanaman terutama jamur, menghasilkan bermacam-macam senyawa kinia yang dapat menghasilkan gejala pebnyakit-penyakit tanaman meskipun tidak ada organisme penyebab penyakit. Salah satu contohnya adalah asam fusarat yang dihasilkan oleh Fusarium spp. Asam

fusarat atau asam 5- nbutilpiridin-2-karboksilat merupakan racun yang larut dalam air yang sekaligus juga merupakan antibiotik. Toksin ini mengganggu permeabilitas membran dan akhirnya mempengaruhi ekonomi air tanaman. Adanya hambatan pergerakan air dalam tubuh tanaman menyebabkan terjadinya layu patologis yang tidak bisa balik yang berakibat kematian tanaman seperti kasus-kasus penyakit layu pada kapas dan tomat yang disebabkan oleh Fusarium spp.

Salah satu penyakit yang disebabkan oleh jamur busuk daun yang disebabkan oleh Phytophthora infestans (Mont) busuk daun kentang (lite blight) yang sering juga disebut sebagai hawar daun adalah penyakit yang terpenting pada tanaman kentang. Adapun gejala dari penyakit ini adalah daun-daun yang sakit mempunyai bercak- bercak nekrotis pada tepi dan ujungnya. Kalau suhu tidak terlalu rendah dan kelembaban cukup tinggi, bercak-bercak tadi akan meluas dengan cepat dan mematikan daun. Bahkan kalau cuaca seperti ini berlangsung lama, seluruh tanaman di atas tanah akan mati. Dalam cuaca yang kering jumlah bercak terbatas, segera mengering dan tidak meluas. Umumnya gejala baru tampak bila tanaman berumur lebih dari satu bulan. Dalam cuaca yang lembab pada sisi bawah bagian daun yang sakit terdapat lapisan kelabu tipis yang terdiri dari konidiofor dan konidium jamur.

Daur penyakit ini adalah dapat berlangsung dari musim ke musim dalam umbi-umbi yang sakit. Kalau umbi yang sakit ditanam, jamur dapat naik ke tunas muda yang baru saja tumbuh dan membentuk banyak konidium atau sporangium. Jamur juga dapat mempertahankan diri pada tanaman-tanaman lain seperti pada tomat. Tetapi sudah diketahui bahwa Phytophthora infestans dari kentang dan tomat agak berbeda virulensinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit adalah pada perkecambahan konidium Phytophthora infestans sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu. Pada udara kering konidium sudah mati dalam waktu 1 – 2 jam, sedang pada kelembaban 50 – 80% dalam waktu 3 – 6 jam. Pada suhu 10 – 25 derajat C kalau ada air, konidium membentuk spora kembara dalam waktu ½ - 2 jam, dan spora kembara ini akan menbentuk pembuluh kecambah dalam waktu 2 – 2½ jam. Perkembangan bercak pada daun paling cepat terjadi pada suhu 18 – 20 derajat C. Pada suhu 30 derajat C perkembangan bercak akan terhambat. Oleh karena itu pada kentang dataran rendah (kurang dari 500 m dari permukaan laut) Phytophthora infestans tidak merupakan masalah.