Bagaimana penjelasan mengenai kolik pada kuda serta klasifikasinya?

Kolik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan adanya rasa sakit di daerah perut, baik yang berasal dari alat pencernaan makanan maupun bukan, yang ditandai dengan kegelisahan, kesakitan dan secara langsung dengan gangguan peredaran darah dengan segala manifestasi klinisnya. Bagaimana penjelasannya serta klasifikasinya?

Kuda mudah menderita kolik karena kekhususan susunan anatomi alat pencernaannya, yaitu:

  1. Lambung kuda berukuran relatif kecil, hingga untuk memenuhi kebutuhannya, makanan harus tidak terlalu lama tinggal di dalam lambung. Tiap kali di hadapan kuda tersedia makanan lambung cenderung diisi sepenuh mungkin.
  1. Pilorus kuda letaknya “terjepit” di antara kolon dorsal dan ventral.
  1. Kolon dorsal dan ventral tergantung longgar pada mesenterium yang panjang hingga mudah mengalami pemutaran atau perubahan letak anatomis.
  1. Karena kuda memiliki saluran pencernaan yang panjang sedang ukuran rongga perut relatif sempit, terpaksa saluran pencernaan harus mempunyai belokan yang tajam. Lumen usus di tempat belokan tersebut terpaksa jadi sempit. Belokan tersebut disebut flex ura, dan yang dianggap penting dalam kejadian kolik adalah fl pel vina, fl. gastro-epiploika, fl. diafragmatika dan fl. ileo-coecalis
  1. Kerongkongan yang panjang terletak miring dan "terjepit’', tidak memudahkan untuk berlangsungnya proses mun- tah, proses yang sebenarnya diperlukan untuk mengurangi tekanan di dalam lambung
  1. Kuda termasuk spesies mamalia yang tidak tahan terhadap sensasi sakit, hingga memudahkan terjadinya kolik.

Perlu diketahui bahwa dalam memeriksa penderita, diagnosa kolik hanya dipakai apabila perubahan organik secara tersifat tidak dapat ditentukan. Gangguan yang berupa radang usus, enteritis, juga disertai gejala kolik. Dalam hal demikian kolik hanya merupa- kan gejala enteritis. Kolik juga menyertai gangguan yang me- nyangkut ginjal, sebagai renal colic, radang peranakan, radang kan tong kemih, laminitis dan sebagainya. Kolik yang sifatnya palsu merupakan gejala dari penyakit-penyakit tersebut

Klasifikasi kolik
Tergantung dari rasa sakit, jalannya penyakit, perubahan-perubahan patofisiologis dan cara-cara penanganan kolik, kolik dibedakan ke dalam berbagai bentuk yaitu:

a. Berdasar asal penyebab rasa sakit, kolik dibedakan ke atas dalam kolik sejati, kolik palsu dan kolik simtomatik. Pada kolik seja asal penyebab rasa sakit terdapat di dalam alat-alat pencerna makanan, misalnya usus, lambung, hati dan sebagainya. Pada kolik palsu, penyebabnya terdapat dalam alat-alat di luar sistem pence naan makanan, misalnya ginjal, rahim, saluran kemih dan lain-lain. Kolik dikatakan sebagai kolik simtomatik bila kolik tersebut hanya merupakan gejala ikutan dari penyakit lain, misalnya anemia infeksiosa, ingus tenang dan sebagainya

b. Berdasarkan atas patofisiologinya, kolik dibedakan ke dalam kolik spasmodik, kolik konstipasi, kolik timpani, kolik obstruksi, kolik lambung dan kolik trombo-emboli (verminous colic).

c. Berdasarkan atas jalannya penyakit dikenal kolik-kolik yang berlangsung secara subakut, akut dan rekuren (atau kronik). Kolik rekuren berlangsung secara berulang-ulang tergantung pada perjalanan penyakit primernya.

d. Berdasarkan atas cara penanganan kolik dikenal kolik sederhana, atau kolik non-operatif, yang penanganannya cukup dengan pengobatan medisinal, dan kolik operatif, atau surgical colic, yang untuk kesembuhannya diperlukan tindakan operasi. Kejadian kolik sederhana mencapai 85-90% dari semua kejadian kolik, sedang selebihnya biasanya memerlukan tindakan operasi.

Kolik yang disebutkan di atas memiliki ciri-ciri klinis tersendiri yang berbeda satu dengan yang lain, namun dalam praktek di lapangan terdapat keseragaman yang bersifat longgar, dan dianggap di dalam menentukan prognosa kolik. Prognosa dianggap penting untuk diberitahukan kepada pemilik kuda sebelum tindakan pertolongan terhadap kuda yang menderita kolik dilakukan. Ugeran-ugeran untuk menentukan prognosa kolik didasarkan atas derajat perubahan dalam sistem pencernaan makanan, yang tercermin dari pasasi tinja, adanya muntah, pembentukan gas dan sebagainya, serta perubahan sebagai akibat adanya gangguan dalam sistem peredaran darah dengan segala manifestasi klinisnya.

Referensi: Subronto. 1989. Ilmu Penyakit Ternak I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.