Bagaimana Pengaruh Limbah Industri Ekstraksi Metalurgi Pada Lingkungan?

Industri ekstrakti metalurgi telah menjadi kontributor utama degradasi ekologis. Kerusakan terjadi baik pada produksi awal logam dari bijih maupun saat pembuangan logam di akhir masa pakainya. Hal tersebut seringkali dapat diidentifikasi dari kejauhan oleh gumpalan asap tebal yang muncul dari cerobong asap dan, pada jarak yang lebih dekat, oleh lapisan pasir yang jatuh dari atmosfer dan melapisi sesuatu di sekitarnya.

Produk limbah dari proses produksi logam dapat berbentuk sebagai padatan, cairan, gas, dan campuran (misalnya asap, lumpur, dan slurry ). Beberapa limbah misalnya air pendingin yang tidak terkontaminasi, tidak menyebabkan kerusakan kimiawi pada lingkungan dan dapat dibuang tanpa pengolahan. Namun, jika dibuang saat masih panas, dapat menyebabkan polusi termal yang dapat menyebabkan perubahan lingkungan ekologis (seperti pertumbuhan alga). Sebagian besar limbah ini menyebabkan potensi bahaya sehingga harus diolah sebelum pembuangan.

Karbon dioksida dan uap air biasanya dianggap sebagai penyumbang terbesar efek “rumah kaca” dari pemanasan global, dengan kandungan yang lebih rendah dari jenis lain seperti hidrokarbon dan nitrous oksida, NOx. Hujan asam yang didefinisikan sebagai curah hujan dengan pH kurang dari 5.0 disebabkan oleh gabungan SO2, SO3 dan NOx dengan air di atmosfer. Semua gas ini dapat dihasilkan pada tahap tertentu selama ekstraksi logam.

Selain itu, proses ekstraksi juga dapat menghasilkan limbah dalam bentuk cairan. Limbah cair yang paling terkontaminasi biasanya dihasilkan di proses leaching dan elektrolisis. Sebagian limbah cair dapat mengandung padatan dalam suspensi dan zat berbahaya dalam larutan yang harus dibuang sebelum pembuangan akhir ke lingkungan. Beberapa logam, seperti Fe dan Mg, tidak dianggap beracun; tetapi konsentrasi unsur lain termasuk Be, Cr, Cu, Hg, Pb, V dan Zn dalam limbah cair harus sering diturunkan hingga kurang dari 0,1 mg/L dan As, Cd, Sb dan Se harus kurang dari 0,01 mg/L. Biaya modal untuk pengolahan limbah cair biasanya rendah dibandingkan dengan pembersihan gas, tetapi biaya pengoperasiannya sering kali tinggi dan dapat meningkatkan biaya produk.

Referensi :
Bodsworth, Colin. 2000. The Extraction and Refining of Metals . CRC Press. Brunei University Department of Materials Technology Uxbridge : Middlesex, United Kingdom

1 Like

Mohon maaf saya ijin bertanya, beberapa limbah seperti air pendingin yang tidak terkontaminasi, tidak menyebabkan kerusakan kimiawi pada lingkungan dapat dibuang tanpa pengolahan. Namun, jika dibuang saat panas dapat menyebabkan perubahan lingkungan ekologis dan sebagian besar limbah dapat menyebabkan potensi bahaya sehingga harus diolah sebelum pembuangan. Lalu, bagaimana proses pengolahan limbah tersebut secara baik dan benar?

Pembahasan ini sangat menarik mengingat pembahasan tentang lingkungan sedang gencar digaungkan berbagai pihak. Lalu apakah ada kasus hukum terkait limbah industri ekstraksi metalurgi pada lingkungan?

izin bertanya, bagaimana cara kerja proses leaching dan elektrolisis? dan bagaimana akibatnya jika tidak melakukan proses leaching dan elektrolisis? terimakasih

Konten yang bagus karena menurut data, Metalurgi merupakan salah satu profesi yang menyumbang gas efek rumah kaca yang sangat tinggi. Selain itu, banyak juga material-material yang bersifat B3 yang mana jika dibuang saja ke lingkungan akan menimbulkan bahaya terhadap makhluk hidup yang berada disekitar area pembuangan.

Namun, belakangan ini, sudah banyak yang melakukan pengolahan kembali material buangan. Sebagai contoh, redmud hasil pengolahan bauksit menjadi alumina, yang merupakan zat sangat basa dan apabila ditumpuk saja akan menimbulkan kerusakan tanah sekitar dan juga menurunkan air tanah. Penelitian terbaru mengatakan bahwa redmud bisa menjadi bahan baku di dalam proses peleburan besi dan baja karena kandungan besi dalam redmud cukup tinggi.

Untuk penanganan gas SOx, telah banyak dilakukan pemanfaatan secara langsung terhadap gas tesebut di acid plant yang mengubah gas sulfur menjadi H2SO4. Namun, untuk gas lainnya, belum ada pengolahan lebih lanjut.

Limbah industri terhadap lingkungan telah terbukti sangatlah besar pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Salah satu dampak dari limbah industri yang diakibatkan oleh pencemaran Merkuri (Hg) yaitu penyakit metamata yang dapat mengakibatkan gangguan saraf pusat sehingga penderita tidak dapat mengontrol gerakan anggota tubuhnya. Sedangkan pencemaran Kadmium (Cd) yaitu penyakit itai-itai di Jepang yang dapat mengakibatkan kerusakan didalam hati dan ginjal. Maka dari itu, sebaiknya limbah industri perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan baik, sebelum dilakukan pembuangan yang dapat mencemari lingkungan.