Bagaimana pengaruh ilmu pengetahuan Islam terhadap Dunia Eropa?

Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik dnegara alam bentuk hubungan politik dan sosial, maupun perekonomian dan peradaban antarnegara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-tetangganya di Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains di samping bangunan fisik. Yang terpenting di antaranya adalah pemikiran Ibn Rushd (1120-1198 M.). Ia melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir. Ia mengulas pemikiran Aristoteles dengan cara yang memikat minat semua orang yang berpikiran bebas. Ia mengedepankan sunnatullah menurut pengertian Islam terhadap pantheisme dan anthropomorphisme Kristen. Demikian besar pengaruhnya di Eropa, hingga di Eropa timbul gerakan Averroeisme (Ibn Rushdisme) yang menuntut kebebasan berpikir. Namun Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan Averroeisme ini.

Berawal dari gerakan Averroeisme inilah, di Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 M. dan rasionalisme pada abad XVII M. Buku-buku Ibn Rushd dicetak di Venesia tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Bahkan edisi lengkapnya terbit pada tahun 1553 dan 1557 M. Karya-karyanya juga diterbitkan pada abad XVI M. di Napoli, Bologna, Lyonms, dan Strasbourg, dan di awal abad XVII M. di Jenewa.

Pengaruh peradaban Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibn Rushd, ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti Universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan muslim.

Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama. Universitas di Eropa adalah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1231 M.; tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibn Rushd. Di akhir zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas. Di universitas-universitas itu, ilmu yang mereka peroleh dari universitas universitas Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat. Pemikiran filsafat yang paling banyak dipelajari adalah pemikiran Al-Farabî, Ibn Sinâ dan Ibn Rushd.

Dengan kekecualian pada ilmu keagamaan, boleh dikatakan seluruh perkembangan ilmu pengetahuan di masyarakat intelek Islam Spanyol mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Barat, terutama setelah memasuki abad pertengahan. Hal ini relevan dengan pernyataan Chistave Le Bon yang mengatakan bahwa perkenalan dengan peradaban Islamlah sebenarnya yang membawa Eropa menjadi dunia beradab. Abad ke-9 dan ke-10 adalah saat pusatpusat Islam di Spanyol sedang berada di puncak kecemerlangannya. Pusat-pusat intelektual di Barat hanya berupa benteng-benteng yang dihuni oleh para bangsawan yang dirinya merasa bangga atas ketidakmampuan membaca mereka (Ma’arif, 1994:25-26).

Tahap selanjutnya, dengan melalui tahap-tahap kecurigaan ketakutan yang luar biasa dan secara diam-diam kecemburuan dan kekaguman terhadap Islam, masyarakat Eropa akhirnya berhasil mentransfer metodologi ilmiah intelek masyarakat Islam. Ironisnya, masyarakat Islam justru terpuruk dalam fase kemunduran. Metode eksperimen, eksplorasi, observasi, yang pada awalnya digunakan dalam setiap kajian ilmiah, berubah menjadi metode pengulangan pendapat para guru, yang belakangan diketahui bahwa metode tersebut digunakan oleh sedikit masyarakat terpelajar abad pertengahan di Eropa sebelum datangnya Islam (Ma’arif, 1994).

Sekarang, masyarakat Islam masih sedang berusaha merumuskan jati diri dan peranannya dalam percaturan dunia. Dalam pada itu, tahap-tahap yang pernah dilalui masyarakat Eropa abad pertengahan, sekarang ini tampaknya sedang dilalui masyarakat Islam. Sikap kecurigaan, ketakutan, dan kecemburuan sehingga muncul generalisasi negatif terhadap dunia Barat, sebetulnya menunjukkan kekerdilan intelektual yang tidak perlu lagi ditumbuhsuburkan. Kemajuan umat Islam di bidang sains dan teknologi harus direbutnya kembali dengan banyak belajar dari Barat sebab harus diakui bahwa pemegang kendali perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berada di tangan para ilmuwan Barat. Namun demikian, tentu saja ilmu pengetahuan dan teknologi yang kita bagun harus senantiasa mempertimbangakan prinsip-prinsip Islam.