Bagaimana pengaruh Exchange Rate Effects pada Net Exports?

Exchange Rate Effects dan Net Exports

Bagaimana pengaruh Exchange Rate Effects pada Net Exports ?

Salah satu penolakan terhadap analisis para pengikut keynes sebagaimana ditunjukkan oleh kaum monetarist adalah fokus penganut keynes hanya melalui aset yaitu suku bunga dibandingkan dengan aset lainnya antara lain melalui jalur nilai tukar. Jalur nilai tukar diyakini oleh penganut moneterist dapat mempengaruhi output melalui mekanisme sebagai berikut :

Dalam transmisi ini melibatkan pula suku bunga riil dimana kebijakan moneter yang bersifat ekspansif akan menyebabkan suku bunga riil (ir) mengalami penurunan yang akan berdampak terhadap penurunan nilai tukar domestik terhadap valuta asing (E) sehingga mendorong kenaikan ekspor (NX) yaitu kenaikan ekspor sebagai akibat lebih murahnya barang-barang ekspor dan menurunnya impor sebagai akibat lebih mahalnya barang-barang impor, yang pada gilirannya akan meningkatkan output (Y).

Demikian pula sebaliknya apabila kebijakan moneter bersifat kontraksi. Transmisi di atas sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Richard M. Levich dalam bukunya International Financial Markets : Prices and Policies dikemukakan bahwa suku bunga memainkan peranan penting dalam menyeimbangkan pasar uang dan pasar valas. Ketidakseimbangan suku bunga yang tercermin dari Interest Rate Parity akan menyebabkan terjadinya capital outflow atau inflow.

Capital Outflow akan menyebabkan nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi dan sebaliknya apabila terjadi Capital Inflow. Dampak dari Rupiah yang mengalami depresiasi akan menyebabkan inflasi menjadi tinggi melalui kenaikan harga barang-barang impor. Oleh karena itu, upaya untuk menstabilkan inflasi diperlukan juga upaya untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah. Demikian juga menurut Mundell Flemming – Mobility Capital Dalam perekonomian terbuka dengan sistem nilai tukar free floating dan dalam pasar modal yang sempurna maka kebijakan moneter yang ekspansif akan lebih efektif mendorong pertumbuhan ekonomi sebagaimana ilustrasi grafik di bawah ini :

Berdasarkan grafik di atas dapat digambarkan bahwa kebijakan moneter yang bersifat ekspansif melalui peningkatan jumlah uang beredar akan menurunkan tingkat suku bunga domestik sebagaimana kurva LM bergeser ke LM 1 sehingga investasi meningkat dan pertumbuhan ekonomi meningkat. Namun demikian karena suku bunga domestik lebih kecil dibandingkan dengan suku bunga internasional (interest rate differential) maka yang terjadi adalah capital outflow.

Dengan terjadinya capital outflow maka neraca modal (BOP) mengalami ketidakseimbangan yaitu mengalami penurunan sehingga supply dollar menurun dan dampak lanjutannya adalah nilai tukar mengalami depresiasi terhadap USD. Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap USD akan mendorong ekspor (neraca transaksi berjalan) sebagaimana kurva IS bergeser ke IS 1 sehingga suku bunga kembali ketitikseimbangan semula dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Dari model ini mencerminkan bahwa suku bunga sangat berperan penting dalam perekonomian karena dijadikan sebagai faktor penentu oleh para pelaku pasar.