Bagaimana pengaruh berat badan terhadap kesuburan wanita?

image

Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Body Mass Index (BMI) ≥ 30 kg/m2 dimana angka tersebut diperoleh dari rumus (Davies, 2010):

image

Bagaimana pengaruh berat badan terhadap kesuburan wanita?

Jakarta, CNN Indonesia – Kondisi sel telur, hormon, dan rahim bukan menjadi satu-satunya penyebab gangguan kesuburan pada perempuan. Berat badan pun ternyata memberi pengaruh.

Dokter spesialis Onkologi dan Ginekologi Budi Wikeko mengatakan, kelebihan berat badan maupun terlalu kurus, keduanya bisa menyebabkan gangguan pada kesuburan. Alasannya, pematangan sel telur jadi terganggu.

“Wanita tidak boleh terlalu gemuk atau terlalu kurus. Kalau terlalu kurus mengganggu akan mengganggu karena lemak yang kurang,” kata dokter Budi saat ditemui di kawasan Sudirman, Jakarta, belum lama ini.

Dokter Budi menjelaskan, hormon leptin yang diproduksi oleh jaringan lemak akan memengaruhi sel telur. Jika jumlahnya sedikit atau kurang dari jumlah yang seharusnya, hal itu akan mengganggu sinyal dari otak yang merangsang sel telur.

Sebaliknya, jika hormon leptin ini berlebihan pun akan mengganggu aktivitas sel telur. Budi menjelaskan leptin akan mengganggu kerja hormon insulin yang memasukkan gula ke dalam darah.

“Akibatnya insulin tinggi dan mengganggu sel telur dengan meningkatkan pembentukan hormon testosteron dalam ovarium. Telurnya tidak matang, jadi mengganggu ovulasi,” ujar Budi.

Untuk bisa memantau kesuburan, perempuan juga bisa memerhatikan siklus menstruasinya setiap bulan. Dari situ bisa diilihat apakah kondisi kesuburan masih normal atau sudah dalam kondisi tidak normal.

Dokter Budi mengatakan siklus haid normal pada perempuan berlangsung 26-35 hari sekali. Dengan lama menstruasi selama 3-7 hari.

“Orang yang siklus haidnya teratur, 99 persen ovulasi,” kata dokter Budi. “Kalau tidak teratur, mesti dicari, diperiksa apakah ada gangguan hormon atau penyebab lainnya, nanti setelah itu baru bisa diintervensi.”

Gangguan kesuburan atau infertilitas merupakan ketidakmampuan dua orang pasangan untuk mendapatkan kehamilan setelah melakukan hubungan seksual secara teratur selama satu tahun tanpa kontrasepsi.

Di Indonesia, dari 40 juta pasangan yang mengalami masa subur, 10-15 persen di antaranya mengalami infertilitas atau gangguan kesuburan yang menyebabkan sulit untuk mendapatkan anak.

Dari total 4 juta yang mengalami infertilitas, lima persennya harus ditolong dengan teknologi reproduksi, yaitu sekitar 200 ribu orang.

Selain dari pihak perempuan, gangguan kesuburan juga bisa terjadi pada laki-laki. Jumlah sperma, gerakan sperma, dan struktur sperma sendiri yang menentukan hal tersebut. Adapun faktor konsumsi makanan dan lingkungan sekitar juga ikut memengaruhi seperi paparan panas yang bisa mengganggu kematangan sel sperma.