Bagaimana Penerapan Modifikasi Kognitif Perilaku untuk Meningkatkan Self esteem?

Penerapan Modifikasi Kognitif Perilaku untuk Meningkatkan Self esteem

Modifikasi kognitif perilaku adalah salah satu pendekatan terapi yang bertujuan mengubah perilaku overt (tampak jelas) dan covert (tersembunyi) dengan mengaplikasikan metode kognitif dan metode perilaku (Dobson & Block, dalam Sarafino, 1996).

Bagaimana Penerapan Modifikasi Kognitif Perilaku untuk Meningkatkan Self esteem ?

Modifikasi kognitif perilaku merupakan model intervensi yang efektif untuk mengatasi masalah psikologis anak dan remaja, termasuk masalah yang disebabkan oleh rendahnya tingkat self esteem (Stallard, 2004). Selain itu, Guindon (2010) menjelaskan bahwa modifikasi kognitif perilaku efektif dan banyak digunakan untuk menangani permasalahan self esteem. Untuk mengatasi masalah self esteem rendah maka diberikan intervensi yang berdasarkan pada modifikasi kognitif perilaku. Intervensi yang dilakukan pada bahasan ini menggunakan modifikasi kognitif dengan teknik restrukturisasi kognitf dan dilanjutkan dengan modifikasi perilaku dengan visualisasi dan memperbaiki penampilan diri. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Restrukturisasi Kognitif
Schaefer dan Millman (1981) menjelaskan faktor signifikan dari self esteem rendah pada individu adalah pikiran negatif seperti mengkritik diri. Untuk mengubah pikiran negatif tersebut dapat dilakukan teknik restrukturisasi. McKay dan Fanning (dalam Guindon, 2010) menjelaskan bahwa teknik restrukturisasi digunakan untuk mengatasi masalah self esteem. Penerapan teknik ini adalah sebagai berikut:

  • Identifikasi Pikiran Negatif (Kesalahan Berpikir)
    Proses identifikasi pikiran negatif memiliki peran besar untuk mengetahui penyebab self esteem rendah pada seseorang. Pikiran negatif berupa kritik diri ini perlu diidentifikasi sebagai proses awal melakukan restrukturisasi kognitif (McKay & Fanning, 2000). Bila pikiran negatif mendominasi seseorang saat menghadapi sebuah situasi, maka akan memunculkan perasaan menegangkan dan perilaku yang tidak tepat. Identifikasi pikiran negatif dapat diketahui dari mencari jenis-jenis kesalahan apa yang terjadi dalam pikiran seseorang.

  • Menata Ulang Pikiran Negatif menjadi Realistis
    Individu yang berpikir negatif pada suatu situasi cenderung kurang mencari alternatif masalah serta mementingkan reaksi emosi yang muncul dalam dirinya. Proses menata ulang pikiran ini bertujuan untuk mengeksplorasi dengan memeriksa kembali dan menantang pikiran yang salah pada individu (Stallard, 2004). Proses ini merupakan proses penting dalam restrukturisasi kognitif (McKay & Fanning, 2000). Setelah dapat mengidentifikasi pikiran negatif, maka seseorang perlu mencari bukti yang menentang pikiran negatifnya tersebut. Untuk mengubah pikiran negatif dan maladaptif dari individu, diperlukan pencarian alternatif pikiran lain yang realistis dan membantu berdasarkan bukti yang mendukung.

2. Visualiasi dan Memperbaiki Penampilan Diri

  • Visualisasi
    McKay dan Fanning (2000) mengatakan bahwa modifikasi kognitif perilaku perlu melibatkan keterampilan perilaku untuk mengembangkan proses pemikiran yang lebih seimbang dan merestrukturisasi kognisi individu. Menurut penelitian Ramadhan (2011), individu yang sudah berhasil melakukan restrukturisasi kognitif memerlukan keterampilan tambahan agar individu dapat mengelola perasaan-perasaannya ketika berhadapan dengan situasi yang membuat individu merasa tidak percaya diri, misalnya melalui relaksasi. Salah satu jenis teknik relaksasi adalah visualisasi. McKay dan Fanning (2000) menjelaskan visualisasi dapat meningkatkan self esteem melalui tiga cara yaitu dengan meningkatkan self image, mengubah cara seseorang ketika berinteraksi dengan orang lain dan membantu seseorang mencapai tujuan yang diinginkan. Namun demikian sebelum melakukan proses tersebut, seseorang harus mempelajari dasardasar penggunaan visualisasi ini. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara membuat rileks seluruh tubuh, mengalihkan dari pikiran yang mengganggu dan membayangkan suasana yang positif.

    Berikut merupakan prosedur dalam melakukan visualiasi:

    • Berbaring/ duduk di tempat yang sepi dan perlahan pejamkan kedua mata
    • Tarik nafas perlahan hingga individu merasa rileks.
    • Tetap tarik nafas pelan-pelan, sekarang fokuskan tubuh pada bagian bawah. Saat buang nafas, bayangkan ketegangan di kaki berkurang (begitupun pada bagian tubuh lainnya)
    • Rasakan tubuh dari atas hingga bawah, lemaskan seluruh otot-otot di tubuh.
    • Buat gambaran dalam pikiran dengan membayangkan individu sedang berada di suasana menyenangkan (misal: di tengah-tengah pantai dengan suara ombak yang mengalun, langit berwarna biru, awan putih tebal, dan rasakan pasir di kaki).
    • Gunakan penegasan dengan memberi pernyataan positif bahwa individu dapat menghadapi masalah yang terjadi saat ini (misalnya: “Saya disukai teman-teman di sekolah/ Saya yakin bisa berprestasi”).
  • Memperbaiki Penampilan Diri
    Self esteem pada remaja laki-laki dan perempuan dipengaruhi oleh citra tubuh dan penampilan fisiknya (Sidah & Bouffard, dalam Guindon, 2010). Harter (dalam Guindon, 2010) menjelaskan penampilan fisik berkontribusi pada self esteem di masa remaja, dan persepsi mengenai daya tarik remaja tersebut merupakan prediktor kuat pada self esteemnya. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa remaja tidak dapat dipisahkan dari tekanan sosial untuk memperhatikan penampilannya. Lebih lanjut, Bouffard (dalam Guindon, 2010) mengungkapkan individu yang mengalami ketidakpuasan terhadap bentuk tubuhnya menunjukkan kompetensi yang rendah dalam semua domain sosial seperti interaksi dengan teman sebaya, hubungan keluarga dan merasa tidak mampu menghadapi tantangan akademis. Sementara itu, Kearney-Cooke (dalam Guindon, 2010) mengatakan persepsi negatif mengenai bentuk tubuh pada perempuan berkorelasi dengan self esteem rendah, masalah akademis, depresi, persepsi diri negatif dan gangguan makan. Guindon (2010) menjelaskan bahwa remaja dapat diajak berdiskusi mengenai jenis baju apa yang akan mendorong citra dirinya positif, dan remaja dapat didorong untuk mengenakan baju tersebut