Pencitraan merupakan kata yang sering kita dengar . Hampir semua politisi melakukannya dan kebanyakan dengan motif untuk menarik simpati para konstituen dan masyarakat umum. Menurut saya hal tersebut tidak salah dan sah-sah saja. Mengingat apabila terjun dalam bidang politik itu tentunya membutuhkan biaya yang besar sehingga pada faktanya segala cara akan digunakan untuk melanggengkan kekuasaan. Pencitraan tentunya sangat berhubungan dengan tujuan politisi tersebut, apa yang menjadi target ambisinya.
Ucapan yang diberikan oleh para politisi pada pasangan ganda putri yang meraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2020 menurut saya juga tindakan itu adalah tindakan yang baik karena mereka sebagai politisi menghargai dan juga bangga atas pencapaian yang telah diraih demi membanggakan nama Indonesia.
Namun, balik lagi bahwa pencitraan politik itu boleh dilakukan asal dengan niat yang tulus untuk mengabdi kepada masyarakat. Akan lebih baik apabila menjadi diri sendiri sebab manusia tidak akan pernah sanggup bersandiwara seumur hidup.
Di industri media, hanya ada dua hal besar yang menjadi interest pemirsa yaitu hiburan dan politik. Keduanya memerlukan personal branding yang kuat untuk dinilai masyarakat. Publik cenderung melihat apa yang bisa dan apa yang ditawarkan oleh partai politik maupun kontestan dibandingkan dengan perdebatan mengenai idiologi yang ada dibalik suatu partai.
Baik itu pencitraan politik maupun personal branding jika tujuannya adalah demi kesejahteraan masyarakat maka tidak perlu susah payah memoles diri sedemikian rupa misalnya dengan memasang foto diri sendiri lebih besar dibandingkan foto atlet saat mengucapkan selamat. Tetapi cukup dengan bekerja keras dan melayani masyarakat maka dia akan dikenang memiliki citra yang baik. Namun jika tujuannya adalah demi kekayaan dan kekuasaan semata, maka pencitraan hanya akan membuka kedok sebenarnya.
Namun, lebih banyak politisi yang melakukan pencitraan demi kekayaan dan kekuasaan. Saat kampanye blusukan kesana-kemari meminta dukungan, membawa janji manis ke masyarakat. Dan setelah terpilih berubah menjadi orang yang tidak menepati janji, arogan, sombong dan pamer kuasa. Para politisi tentunya tidak apa-apa melakukan upaya untuk menaikan personal branding mereka, namun jangan berlebihan dan juga tidak diselubungi niat yang tidak baik. Masyarakat pun bisa menilai mana pencitraan publik yang masih dalam batas wajar.
Apabila para politisi berusaha melakukan pencitraan publik untuk memikat hati rakyat namun hanya untuk sandiwara belaka hal itu tidak akan efektif. Karena yang terpenting dari seorang politisi adalah kemampuan dalam merancang program dan juga menerapkannya dengan baik.