Bagaimana pendapatmu tentang stigma "punya tato membuat seseorang dicap buruk"

n270l5q2gm4ppvfanrmj

Pada hakekatnya, manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan. Tubuh adalah bagian yang paling tampak sehingga dijadikan simbol nyata bagi setiap jiwa dalam penyampaian pesan. Tato berasal dari kata “tatau” dalam bahasa Tahiti. Menurut Oxford Encyclopedic Dictionary - tatto v.t. Mark (skin) with permanent pattern or design by puncturing it and inserting pigment; make (design) thus- n. Tattoing (Tahitian tatau).Tato adalah menandai (pada kulit) menggunakan pola atau design secara permanen dengan membubuhkan dan memasukkan cairan berwarna yang diukir dengan menggunakan alat sejenis jarum.

Untuk saat ini mendengar kata tato saja sudah terlintas di benak kita masing-masing, demikian juga image bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan tato, pasti berhubungan dengan tindak kriminal, citra buruk terhadap pengguna tato sudah melekat di masyarakat.

Lantas bagaimana pendapatmu terkait stigma sosial ini? Apakah kalian setuju dengan stigma ini atau tidak?

Summary

https://media.neliti.com/media/publications/60685-ID-stigmatisasi-dan-perilaku-diskriminatif.pdf

1 Like

Stigma ini dari dulu memang telah melekat di kehidupan masyarakat, tato seringkali di cap buruk oleh sebagian besar masyarakat. Akan tetapi menurut pandangan saya tato bukanlah hal yang selamanya buruk, orang-orang yang memakai tato belum tentu buruk. Kita tidak bisa menjudge orang hanya dari tampilan luarnya saja. Katakanlah orang itu bertato dan dicap negatif oleh sebagian orang, tetapi kalau dia suka menolong dan membantu sesama, apa kita masih menganggap dia negatif? Kan tidak. Banyak orang di luar sana yang bertato baik itu laki-laki maupun perempuan, apakah selamanya mereka negatif, justru mereka lah yang bisa dikatakan lebih baik dari kita, lebih peduli dengan lingkungan, lebih peduli dengan hewan, dan lebih peduli dengan sesama. Jadi aku melihat dari sudut pandang dunia bahwa orang yang bertato belum tentu negatif ataupun tidak baik.

Menurutku, tato adalah sebuah seni yang bagi beberapa orang memiliki makna tersendiri, baik dari bentuk dan warnanya. Nilai tato relatif, banyak orang yang berpikiran terbuka akan menangkap kesan tato adalah suatu seni atau sebagai bentuk ekspresi. Namun bagi sebagian masyarakat kesan tato tidak lebih dari penandaan perilaku yang liar. Untuk menilai kepribadian atau sikap seseorang, kita tidak bisa melihat covernya saja. Don’t judge a book by its cover.Tapi, dalam agama islam memang tidak diperkenankan untuk menggunakan tato. terutama dalam anggota tubuh yang harus terbasuh air wudhu. Mungkin, dari sinilah orang beranggapan bahwa pengguna tato itu kurang baik atau urakan.

Tato memang merupakan suatu karya seni rupa yang diaplikasikan ke kulit manusia. Pembuatan tato umumnya sangat rumit, membutuhkan peralatan khusus, dan hanya dapat dibuat oleh pengrajin tato profesional agar sesuai dengan keinginan konsumen dan tentunya meminimalisir resiko kesehatan dan keamanan yang mungkin dapat timbul.

Menurut pendapatku, tato memiliki kedudukan yang setara dengan karya seni rupa lainnya seperti lukisan, foto, patung, dan sebagainya. Tato berikut dengan seniman yang membuatnya sudah selayaknya mendapatkan apresiasi yang setara dengan seniman yang lain karena membuat tato bukanlah suatu hal yang mudah atau dapat dilakukan oleh semua orang. Dibutuhkan bakat, kerja keras, komitmen, konsistensi, dan tentunya modal yang tidak sedikit untuk dapat menjadi seniman tato yang hebat.

Kita tidak boleh melakukan suatu judgement atau penghakiman bahwa tato merupakan suatu hal yang selalu buruk atau menghubungkan tato dengan hal-hal yang buruk. Memang terdapat segelintir orang yang bertato dan melakukan tindak kejahatan. Namun, hal tersebut bukanlah kesalahan dari sang tato melainkan kesalahan moral dari diri orang tersebut. Sangat banyak di luar sana orang yang bertato namun memiliki sifat dan sikap yang lebih mulia daripada orang yang tidak bertato.

Jadi, jangan nilai sifat dan sikap seseorang dari tatonya. Tato merupakan suatu karya seni yang sangat layak untuk diapresiasi seperti karya seni lainnya. Kita tidak perlu takut, memandang buruk, atau bahkan hingga mengucilkan orang yang bertato. Bahkan tato dapat dijadikan sebagai media penyampai pesan perdamaian atau pesan-pesan mulia lainnya. Jika mungkin kita dilarang bertato karena tuntutan agama, kita memang harus menghormati dan menaatinya. Namun, kita masih bisa mengapresiasi karya seni tato yang ada di diri orang lain.

Ini termasuk labeling kan ya, dimana identitas atau sifat orang dinilai atau dipengaruhi oleh sebutan, panggilan terhada individu itu atau biasa dikenal “cap” sosial oleh masyarakat.

Saya juga termasuk dalam masyarakat yang meyakini stigma ini karena dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, tapi ini dulu. Semakin dewasa, saya rasa saya bisa melohat adanya perbedaan prinsip pada setiap orang, ditambah sekarang adanya pergeseran nilai terhadap orang yang memilii tato. Sekarang, kita bisa lihat dan rasakan sendiri, dimana orang-orang sudah mulai terbuka dengan tato, dengan banyaknya public figure yang menggunakan tato. Public figure yang mempunyai citra baik pun sekarang banyak yang mempunyai tato. Desain tato pun sekarang sudah berkembang, banyak yang menggunakan nama, warna, atau desain gambar yang indah, sehingga tidak lagi terlihat menyeramkan.

Tato adalah contoh hasil dari sebuah ide atau perwujudan ekspresi untuk menunjukkan hal yang ‘berbau’ estetika tersebut serta dalam konsepnya adalah sebuah kesenian. Saya tentunya tidak setuju dengan adanya bahwa orang yang bertato adalah orang yang buruk, padahal tato merupakan perwujudan estetika yang berhungan dengan seni melalui media tubuh. Memang masih banyak stigma ini karena pada dasarnya masyarakat sangat amat mudah memberi label kepada sesuatu hal, karena banyak sekali perilaku kriminal ataupunorang yg menyimpang pada pergaulan sering mempunyai tato, padahal kalau memang orang bertato itu melakukan tindakan kriminal harusnya yg disalahkan ada lah pribadinya bukan tatonya.

Menurutku tato itu merupakan perwujudan atau ekspresi kesenian grafis yang digambarkan pada tubuh seseorang. Tato merupakan perwujudan seni yang cukup “spesial” bagi sebagian orang, karena ia akan memamerkan perwujudan seni tersebut sampai akhir hayatnya. Tato yang digambar disetiap bagian tubuh orang umumnya memiliki makna dan kesan tersendiri. Ada yang ingin mengekspresikan kecintaannya pada pasangannya dengan mentato nama pasangannya, ada juga yang suka dengan suatu quote maka dia akan mentato quote tersebut di badannya, atau mungkin ada yang ingin mentato dirinya dengan suatu objek yang menggambarkan sesuatu yang filosofis, dan masih banyak lagi.

Masalahnya, terdapat juga beberapa orang yang bertujuan mentato dirinya hanya agar terlihat lebih sangar dan garang saja. Mereka menggunakan “persona” ini untuk berbuat kejahatan dan kriminal. Tato-tato seperti ini menurutku kurang terdapat nilai estetikanya. Karena merekalah citra tato sebagai perwujudan seni menjadi tercoreng. Dari sinilah stigma tersebut mulai berkembang bahwa tato identik dengan kejahatan. Jadi, mari kita mulai tanamkan pada pribadi masing-masing untuk tidak selalu menilai buku dari sampulnya saja. Masih banyak orang bertato yang memiliki hati yang baik.

Wah sangat setuju dengan tanggapan teman-teman semua. Memang cukup sulit untuk menghapuskan stigma negatif tato ini dikalangan masyarakat Indonesia khususnya. Padahal tak selamanya pemilik tato berhubungan dengan hal-hal negatif atau dunia hitam. Bahkan saat ini, tato mulai bergerak menjadi wadah atau media mengeskresikan diri bagi para pemilik tato.

Maka saya sangat setuju dengan pendapat kak Dwikemegah dimana kita tidak bisa menilai seseorang hanya berdasarkan penampilannya saja.

Setuju. Menurut saya, sebuah stigma itu terbentuk berdasarkan kejadian yang terjadi di masyarakat. Begitu juga dengan stigma tentang tato ini, orang yang bertato dapat dicap buruk karena orang yang bertato banyak kita temui pada seseorang yang bertindak kriminal, seperti perampok, penculik, pembunuh, dan tindakan kriminal lainnya. Entah kita lihat di media massa ataupun di kehidupan nyata. Maka, dari situlah terbentuk stigma tentang seseorang yang bertato memiliki citra yang buruk pada masyarakat.
Padahal, tidak semua orang yang bertato itu selalu merupakan orang yang buruk. Saat ini banyak orang yang bertato namun masih memiliki attitude yang baik, bahkan tidak kalah baik dari orang yang tidak bertato. Tato saat ini sudah menjadi bentuk berkarya (seni) pada beberapa orang. Jadi, sepertinya stigma tentang orang bertato itu seharusnya sudah bisa hilang dari pikiran masyarakat.

Walaupun perlahan-lahan stigma ini mulai pudar dan sudah mulai banyak orang yang punya pandangan netral tentang pemakaian tattoo, pasti tetap ada oknum yang mempunyai pikiran siapapun yang memiliki tattoo itu ‘jahat’ dan ‘nakal’.

Tattoo pun pasti merupakan bagian dari seni yang mempunyai sejarah tersendiri. Pada era kuno, tato menjadi bentuk pengharapan. Dikutip dari British Museum, tato zaman dahulu merupakan bentuk aestetic medicine atau pengobatan dengan cara yang estetis. Para perempuan Mesir bertato untuk menghindarkan diri dari penyakit. Sedangkan tato di 15 titik pada tubuh mumi Otzi dari Alpen merupakan satu bentuk terapi kesehatan pada masa itu. Masing-masing masyarakat punya gagasan sendiri mengapa perlu menggambar tubuh. Barulah sejarah menunjukkan bahwa tato hidup di setiap peradaban. Dari para ksatria Jepang hingga Suku Maori di Selandia Baru, suku Dayak Kalimantan hingga kepulauan Pasifik, sampai peradaban religius Arab dan India hingga Afrika, melukis tubuh menjadi varian budaya yang tak terpisahkan.

Di nusantara, Sedangkan peradaban tradisional Nusantara yang paling dikenal dengan tatonya adalah orang-orang Mentawai. Mengutip Antara, tato masyarakat Mentawai disebut sebagai peradaban menggambar tubuh yang paling tua di dunia yang ada sejak jaman neolitikum. Mereka disebut telah hadir sejak 500 SM.

Warisan nusantara ini dipandang setelah mata oleh rezim Orde Baru. Operasi pemberantasan preman pada medio 1980-an menyebut label para kriminal dengan ciri fisik tubuh bertato dan tambut gondrong. Dengan gaya Orde Baru yang begitu represif, stigma dengan cepat menyebar dan mengakar. Maka dari itu bisa disimpulkan, jika stigma ini muncul dari pemikiran 1 orang dan menyebar dengan mudahnya ke orang lain