Bagaimana pendapatmu tentang musibah yang dibuat konten?

image

Akhir-akhir ini kita banyak melihat influencer-influencer yang menjadikan musibah sebagai bahan konten. Pada awalnya, sebagaian netizen mungkin menaruh empati terhadap apa saja yang baru dialami oleh seseorang. Akan tetapi, melihat banyaknya konten yang dibuat karena musibah tersebut, banyak netizen yang merasa hal itu kurang pantas untuk dilakukan.

Banyak netizen yang jadi berpikir bahwa musibah itu hanyalah buat-buatan si influencer belaka. Banyak juga netizen yang menghujat influencer karena merasa menjadikan musibah itu menjadi kesempatan untuk meraih sebanyak-banyaknya uang. Akibatnya buruknya, para influencer itu pun menerima banyak hujatan.

Di sisi lain, banyak juga netizen yang berkomentar bahwa dalam membuat konten, bukan hanya influencer yang membuat tapi juga ada timnya. Sehingga bisa jadi konten-konten tersebut adalah rancangan tim. Selain itu, ada juga anggapan bahwa seorang influencer memang biasa untuk membagikan momen yang dialaminya baik senang ataupun sedih dengan fans-fansnya atau bisa disebut “keluarga onlinenya”. Hal itu bertujuan untuk membuat sang influencer dan fansnya tetap terhubung dekat.

Namun, fenomena ‘menjual kesedihan’ ini tidak hanya dilakukan oleh influencer tapi juga banyak dilakukan oleh banyak orang lainnya di media sosial. Entah untuk mencari dukungan dari orang, meminta bantuan, ataupun mencari sensasi dan ketenaran. Kita tidak pernah tahu tujuan seseorang membagikan momentnya untuk apa bukan?

Nah, bagaimana tanggapanmu terkait fenomena seperti ini?

6 Likes

Dengan adanya fenomena ini, saya merasa miris dengan apa yang telah terjadi. Saya merasa bahwa musibah yang tertimpa pada orang lain tidak sepatutnya dijadikan konten, apalagi dengan tayangnya konten itu, mereka bisa menghasilkan uang dari hal tersebut. Sehingga seakan-akan yang ereka lakukan adalah mencari kesempatan dalam kesempitan. Wlaupun saya juga tidak menyangkal, dari adanya konten tsb juga memberikan hikmah bagi para penontonnya.

Tetapi tetap saja gambaran yang nampak adalah sesuatu hal yang terjadi pada mereka walaupun itu sebuah musibah ternyata juga bisa bernilai materi dengan menayangkan konten tsb. Harusnya mereka bisa lebih aware lagi, karena suatu musibah seharusnya membuat kita meenyadari bahwasannya segala sesuatu di dunia ini bukan kekal milik kita, tetapi semua akan kembali pada Tuhan Yang Maha Kuasa.

1 Like

Sepakattttt! Kita tidak tahu apa tujuan seseorang membagikan momentnya di sosial media, karena cara healing tiap orang berbeda-beda. Ada yang dia dengan menenangkan dirinya pada sebuah musibah dengan membagikan kesedihannya di sosial media. Namun pada umumnya seseorang akan membagi momen tertentunya hanya pada orang-orang tertentu saja atau closefriend. Mungkin dengan seperti itu ia akan merasa lebih tenang dan lega karena sudah mengungkapkan, barangkali ia membutuhkan teman untuk cerita. Jadi menurut saya sih tidak seharusnya kita menjudge seseorang yang menuangkan kesedihannya di publik. Tapi yang perlu digaris bawahi sih jika ia sudah dalam jangka yang berlebihan, misalnya aib dll menurut saya tidak perlu untuk dibagikan. Tuhan saja menutup aib kita, terus kita hanya manusia biasa bisa-bisanya membuka aib.

Kita yang mungkin pernah menjadi list close friend seseorang yang menuangkan momen-momen tertentunya pasti telah menjadi seseorang yang terpilih menurut dia. Kamu dianggap bukan orang yang toxic dan orang yang mungkin mengerti keadaannya. Jadi jadilah orang yang tidak malah menambah mental ia semakin buruk, hibur dia, dengarkan cerita dia jangan sampai ia melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.

Jika kita mengambil sudut pandang dari influencer tersebut, mungkin tujuannya adalah untuk ini. Fans memang menjadi penting bagai seorang influencer, karena fans tersebut dirasa menjadi pendukung karirnya. Oleh karena itu, dia merasa bahwa moment-moment dalam hidupnya perlu dibagikan pada fans nya baik senang ataupun sedihnya.

Kita juga tidak tahu, bisa jadi ini adalah bentuk kebahagiaannya karena nantinya akan bisa mengenang musibah yang menimpanya. Dan bersyukur bisa melewati musibah tersebut.

Namun yang menjadi perhatian publik sekarang adalah influencer tersebut yang menjadikan musibah itu menjadi konten berkepanjangan. Ini menjadi tidak wajar karena menimbulkan kesan “menjual kesedihan sebagai konten”.

Menurutku tidak masalah untuk membuat musibah menjadi konten, tetapi masih dalam jumlah batas wajar. Maksudku cukup 1 atau 2 konten yang bisa menjelaskan peristiwa itu saja. Jika dijadikan sebagai topik konten secara berturut-turut dengah dalih “selama masih hangat” iniakan menimbulkan kesan yang negatif.

1 Like

Secara general tidak ada yang salah dari konten musibah di media sosial, terlepas dari apapun motivasi seseorang membagikannya. Malah menurutku ada positifnya juga. Konten semacam itu bisa jadi pengingat bagi mereka yang sehari-hari terpapar konten hedonisme bahwa kehidupan seseorang tidak sesempurna itu. Setiap orang mengalami naik turunnya masing-masing. Jadi tidak perlu merasa buruk dan membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan yang ditampakkan orang di media sosial.

Yang salah adalah ketika konten tersebut disajikan dengan cara yang tidak sensitif dan tidak etis. Misalnya dengan memasang adsense pada video pemakaman keluarga atau dengan meng-endorse herbal promil di saat mengumumkan keguguran. Hal-hal tersebut terasa seperti menodai rasa kemanusiaan di momen duka. Tidak seharusnya momen yang sulit seperti itu malah dimanfaatkan untuk mengejar keuntungan materi.

1 Like

Betul mbak… entah dimana hati nurani orang-orang yang menawarkan ad-sense di momen-momen duka seprertii ini. Kok bisa-bisanya memanfaatkan jumlah penonton yang bnyak untuk tempat promosi produknya. Hal ini yang seharusnya disadari oleh semua tim marketing di luar sana. Bahwasannya kode etika harus dimiiki oleh siapapun dan jangan hanya melihat nilai materi tetapi juga nilai kemanusiaannya. Begitupun dengan orang yang sedang megalami musibah, apabila menjadikan momen tsb sebagai peluang uang menururt saya sangatlah tidak pantas.