Bagaimana pendapatmu tentang masyarakat Indonesia yang suka merokok?

Perokok

60 Juta Penduduk Indonesia Perokok Aktif, dan 270 Miliar Rokok Dibakar Tiap Tahun Hasil monitoring dari Badan Konsumsi Tembakau di dunia ,mencatat bahwa lebih dari 65 juta penduduk Indonesia adalah perokok aktif. Hasil Survei Sosial Ekononi Nasional, menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan yang cukup tajam terhadap kenaikan perokok di Indonesia.

5 Likes

Jujur, saya benci sekali kalau ada orang yang merokok di dekat saya, apalagi kondisinya saya yg lebih dulu ada di tempat itu. Saya tidak permasalahkan jika orang tersebut adalah perokok, tetapi ya seharusnya lihat sikon sekitar: sadar diri, sadar ruang, sadar waktu. Kalau tidak masalah dengan segala risiko merokok, silakan tanggung sendiri, jangan libatkan orang lain yg bisa terkena dampak akibat menghirup asapnya. Lebih² kalau lihat orang merokok saat mengendarai sepeda motor di jalan, langsung saja saya ingin berkata kasar. Itu pikiran dikemanakan sampai tidak mikir orang lain yg ada di jalan bisa saja terkena abu dari rokoknya yg terbawa angin? Pengin tak hih!

Saya sadar banyak orang menjadi perokok dan sulit meninggalkan kebiasaan merokoknya karena suatu alasan, misal seorang penulis terbiasa mendapat ilham—ide tulisan—setelah menghisap sebatang rokok, tetapi sekali lagi saya tekankan TOLONG SADAR DIRI dan jangan merugikan lingkungan dan orang sekitar karena kebiasaan itu. Kalau memang kondisi sedang butuh sekali dan tidak bisa mencari tempat lain untuk merokok, pakailah helm, hirup asap rokokmu sendiri!

4 Likes

Kalau dibilang perokok, saya tidak mengkonsumsi rokok sebanyak orang-orang. Tapi yang jelas, sesekali saya merokok. Kalau ditanya mengenai konsekuensi kesehatan akibat merokok, tentu saya sudah paham. Tapi di luar hal tersebut, kegiatan merokok buat saya bisa menjadi outlet untuk mengeluarkan perasaan negatif seperti stress saat sedang menghadapi tekanan.

Sedikit cerita, waktu kuliah, teman-teman saya banyak yang tadinya bukan perokok jadi merokok saat sedang menghadapi pressure gila-gilaan. Di peminatan yang saya ambil, terdapat beberapa mata kuliah yang bobotnya terasa seperti tiga mata kuliah (atau bahkan empat mata kuliah saking parahnya). Mata kuliah tersebut projectnya sangat demanding, menguras waktu serta energi sampai-sampai hari sabtu minggu sudah tidak lagi berasosiasi dengan kata libur. Di semester-semester yang berat tersebut, banyak teman-teman saya yang tadinya sudah berhenti merokok, ataupun yang masih suci dari rokok, tiba-tiba masuk ke dalam golongan kaum perokok. Entah itu sugesti, atau apa, tapi bagi kami, merokok bisa jadi sarana healing dan melepas penat.

Sebetulnya hal ini bisa dijelaskan secara ilmiah. Dalam rokok ada kandungan nikotin yang apabila masuk ke pembuluh darah dan sampai di otak, dapat melepaskan neurotransmitter bernama dopamin, Hormon dopamin ini dikenal sebagai hormon pengontrol emosi yang berperan dalam meningkatkan suasana hati sehingga seseorang merasa lebih senang dan rileks. Dari pengalaman pribadi, kalau sedang merokok sambil bengong, sering kali ada ide-ide segar yang muncul. Atau kadang sambil merokok juga obrolan di tongkrongan bisa lebih enjoy dan deep. Saya belum membaca lebih lanjut, tapi menurut teori saya sendiri, sepertinya merokok bisa meningkatkan efektifitas diffuse mode yang bekerja di otak kita saat kita sedang santai.

Sampai sini saya berpendapat kalau kebanyakan orang menjadikan kegiatan merokok sebagai sarana untuk menghilangkan stress, dan perkenalan seseorang dengan rokok paling banyak terjadi di lingkup pergaulannya. Pada lingkup pergaulan yang mendukung untuk merokok, tentu saja kecenderungannya semakin besar. Dan perilaku merokok ini menurut saya sudah tidak ada kaitannya dengan pengetahuan tentang bahaya merokok. Saat ini rasanya sudah tidak ada orang yang tidak mengetahui bahaya merokok, tapi tetap saja banyak yang merokok.

Untuk mendukung pendapat tadi saya mengutip hasil penelitian dari jurnal [1]:

Sejumlah 103 remaja berpartisipasi dalam penelitian ini yaitu remaja yang masih merokok sampai saat ini (80,6%) maupun yang pernah merokok (19,4%). Sumber pengaruh terbesar remaja mencoba merokok berasal dari teman (62,65%). Bahaya merokok yang paling banyak diketahui adalah kanker paru (87,4%). Informasi ini paling banyak diketahui dari bungkus rokok (60,2%). Sebagian besar responden telah mengetahui bahaya merokok, tetapi tetap mempertahankan sikap merokok (62,2%). Hal ini dipengaruhi oleh aspek psikologi seperti dapat melepaskan stress (69,9%) dan merasa tenang ketika merokok (69,0%). Perilaku merokok dipertahankan untuk memenuhi kepuasan pribadi.

Sebagai orang yang merokok, saya sangat menghargai pendapat mbak @NovitaMahar dan turut prihatin dengan perilaku rekan-rekan perokok saya yang kurang menyenangkan.

Saya pribadi dan teman-teman saya berusaha menerapkan etika dalam merokok, misalnya dengan tidak menghembuskan asap rokok ke arah lawan bicara yang tidak merokok, dan juga menghindari merokok di dekat perempuan (yang biasanya tidak merokok). Sah-sah saja merokok dan mengabaikan anjuran kesehatan, karena itu adalah pilihan pribadi tapi jangan sampai hal tersebut merugikan orang lain.

Gara-gara mbak @NovitaMahar saya jadi mikir, jangan-jangan krisis kita tidak hanya pada kesadaran soal kesehatan, tapi juga soal etika ya.

Referensi

[1] SURVEI FAKTOR PENYEBAB PEROKOK REMAJA MEMPERTAHANKAN PERILAKU MEROKOK | Jurnal Farmasi Komunitas

1 Like

Cukup setuju dengan pendapat mbk @NovitaMahar namun yang membedakan saya tidak benci sih lebih ke rasa kasihan karena ia tidak memiliki etika (menurut saya ya). Meskipun saya juga seorang perokok namun ketika saya merokok akan melihat kondisi. Saya jarang sekali merokok ditempat umum, saya merokok ketika memang tidak ada orang disekitar saya agar tidak mengganggu orang lain.

Dulu pernah ada pengalaman saya berkendara motor dijalan raya, ada seseorang yang naik motor dan merokok. Kemudian serpihan putung rokoknya terbawa angin dan hampir mengenai mata saya, jujur saja saat itu saya ingin marah dan mengejar dia. Namun karena kondisi jalan yang tidak memungkinkan akhirnya saya diamkan saja dan memilih untuk menepi dan memeriksa mata saya.

Merokok tidak masalah karena hak masing-masing, toh orang yang merokok pasti sudah mengetahui dampak dari merokok. Namun untuk ETIKA merokok tetap diterapkan, apalagi kasihan pada perokok pasif yang ia tidak merokok namun dapat merasakan dampaknya.

1 Like

wah sudah lama ya topiknya dibuat ternyata, baru muncul lagi di headline wkwk.

Sebenarnya pertanyaan dari mas @Herbayu ini bisa dijawab dari berbagai sudut pandang, pertanyaannya cukup general sekali.

Saya akan coba memberi pandangan dari sisi positifnya, karena memang sudah terlalu banyak yang membahas sisi negatifnya, tidak bisa dipungkiri rokok adalah hal negatif, sudah jelas. Tapi tidak menutup kemungkinan tidak ada sisi positifnya.

Beberapa barang yang negatif keberadaanya tapi tidak bisa untuk dihilangkan peredarannya dari pasaran biasanya akan di REGULASI oleh pemerintah. Sebut saja misalkan alkohol dan rokok .

Melalui regulasi inilah harapan pemerintah bisa membatasi pasar dan bisa mengurangi peredarannya, atau mengurangi jumlah pembelian dan penjualannya. Bukankah begitu ? Koreksi saya ya jika salah hehe :grin:

Lalu apa contoh dari regulasinya? Oke kita bahas pada rokok misalnya

  1. Mewajibkan mencantumkan nomor layanan berhenti merokok pada setiap kemasan rokok yang di edarkan dipasaran.
  2. Wajib memberikan gambar dari penyakit yang ditimbulkan akibat dari merokok. Apa benar? pasti pernah melihat dong ada asep gambar tengkorak? atau gambar kanker paru-paru. benar kan hehe?
  3. Membatasi umur yang boleh mengkonsumsi rokok, biasanya pada kemasannya tertera 18+
  4. nah ini yang paling berdampak positif bagi pemerintah. yaitu CUKAI. kita bahas cukai.

Jika tidak salah, cukai adalah pemberlakuan pajak untuk barang-barang khusus yang misal konsumsinya harus dikendalikan, peredarannya perlu diawasi, dan lain lain.

Sebenarnya harga rokok itu murah bila tidak ada CUKAI nya, harga produksi rokok itu sangatlah murah, yang menyebabkan rokok menjadi mahal beredar di pasaran karena beban cukainya. Cukai yang dihasilkan rokok ini jelas merupakan pendapatan yang fantastis untuk negara. Yang jadi pertanyaannya apakah pemerintah menjadi dilema? antara menutup pabrik rokok atau tetap jalan dengan menerima cukai yang begitu fantastis? wkwk. disisi lain banyak sekali yang ingin pabrik rokok ditutup, tapi nanti bagaimana nasib para pekerjanya? belum tentu mereka bisa mendapat pekerjaan baru lagi, benarkan? hehe.

1 Like

Jika dipandang dari sisi negatifnya, terutama bagi kehidupan bersosial, jelas banyak sekali. Namun yang lebih ditekankan lebih ke etika para perokoknya, seperti yang sudah dibahas oleh member dictio yang lain sebelumnya.

Tetapi bagi saya tidak bisa semuanya dilimpahkan dan disalahkan rokoknya begitu saja, ya memang rokok itu selain berbahaya bagi penggunanya, bagi lingkunganpun berbahaya.
TAPIIIII… banyak diluar sana yang lebih berbahaya dari rokok dampak lingkungannya :slight_smile:

Asap kendaraan bermotor? Asap dari pembangkit listrik batu bara? Ya memang benar sekali manfaat dari pembangkit listrik dan kendaran bermotor sangat sangat sangat dirasakan oleh masyarakat, tapi jangan lupa juga ya sama efek negatifnya.

Semuanya pasti memiliki sisi positif dan negatif, tergantung dari bagaimana cara kita menyikapinya. Menolaknya, atau berjalan berdampingan dengannya.

2 Likes

Ini sih poin utamanya hahaha sebenernya kunci utama untuk mengendalikan peredaran rokok/ pemasarannya ya ada di pemerintah. Kalo dirasa rokokitu lebih banyak merugikan masyarakat, seharusnya dikurangi atau bahkan dihilangkan produk rokok tersebut.

Namun itu tidak semudah membalikan telapak tangan, karena ketika tidak ada produk rokok yang diperjualbelikan, maka pendapatan negara akan berkurang yaitu pajak industri rokok. Setahau saya rokok termasuk salah satu penyumbang pajak terbesar juga… jadi, pemerintah pasti mikir2 kalo rokok dihilangkan dari pasar.

Kemudian, dari sisi tenaga kerja, pada tahu kan pegawai/ buruh yang bekerja di pabrik rokok itu banyaak banget, ribuan bahkan puluhan ribu. Bayangkan ketika pabrik mereka tibadiberhentikan untuk berproduksi, seketika puluhan ribu buruh dan karyawan akan menjadi pengangguran. Emang nggak semudah itu ya…

Saya yakin kok sebagian dari pemerintah menyadari terkait mudhorort yang ditimbulkan dari rokok dan perokok, maka dari itu haus segera dicari solusi terbaiknya. Adapun kesejahteraan masyarakat harus diprioritaskan daripada kesejahteraan penguasa/pengusaha.

1 Like

Ada dua hal yang membuat saya benci rokok, yakni dampak ekonomi dan kesehatan. Dalam hal ekonomi, saya cenderung melihat para perokok termasuk Bapak saya sendiri lebih mengutamakan rokok ketimbang kebutuhan keluarga. Untuk membeli rokok mereka tidak pernah berfikir panjang, asal ada uang maka akan dibeli bahkan kalau perlu berhutang dulu di warung. Sedangkan untuk kebutuhan keluarga, masih bisa berkata nanti saja kalau ada uang, lah kan tadi ada uang tapi malah dibelikan rokok.

Dalam hal kesehatan, saya justru lebih memikirkan kesehatan saya sendiri dibandingkan kesehatan para perokok. Alangkah ruginya saya jika sakit akibat asap rokok yang dihisap orang lain. Seperti tanggapan teman-teman di atas, saya sebagai perempuan yang tidak merokok juga merasa tidak nyaman dengan asapnya. Dalam banyak keadaan saya lebih memilih menghindar atau mengalah dengan cara berpindah tempat apabila berhadapan dengan para perokok.

Sayangnya terkadang mereka (perokok) bukan tidak tahu bahwa mereka membuat tidak nyaman atau membahayakan orang lain. Tetapi mereka cuek-cuek saja tuh. Misalnya saja bapak yang merokok sambil menjaga anak balitanya, atau mereka yang merokok dalam ruangan padahal sudah ada tanda larangan merokok.