Bagaimana pendapatmu tentang film Perburuan?

Bagaimana pendapatmu tentang film Perburuan?

Film ini masuk dalam kategori film drama sejarah. Selain menghibur, film ini tentunya juga mengedukasi bagi penontonnya. Bagaimana pendapatmu tentang film Perburuan?

Hardo (Adipati Dolken) tak menyangka nasib buruk menghantui dirinya. Maksud hati meneruskan perjuangan Supriyadi bersama pasukan PETA untuk melawan Jepang, Hardo justru tejebak dalam ketakutan yang diciptakan pikirannya sendiri. Setelah kalah, dan banyaknya kawan-kawannya yang tewas, Hardo memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya.

Namun, perjuanagan menuju ke kampung halamannya sungguh terasa berat, karena ia mengetahui sedang diburu oleh para pasukan Jepang. Tak hanya kabar, kepala Hardo pun harus jadi taruhan. Ditemukan tentara Jepang, artinya Hardo harus rela kehilangan nyawanya. Untuk bisa menghilang, Hardo memutuskan menutup dirinya dari dunia luar. Bersembunyi di balik kegetiran yang ia rasakan. Namun menunjukkan rasa marah, sedih, frustasi, kecewa yang begitu dalam.

Lalu, apa pilihan Hardo selanjutnya? Keluar dari persembunyiannya hingga akhirnya ditangkap dan dibunuh tentara Jepang? Atau ia menemukan fakta-fakta mengejutkan dibalik perburuan tentara Jepang terhadap dirinya? Tak hanya tentang Hardo, film ini menyelipkan bagaimana pengkhianatan yang tak terduga hingga sentuhan drama.

Narasi yang Teatrikal

Tak mudah menterjemahkan 173 halaman buku Perburuan yang digarap dengan ‘serius’ oleh Pramoedya Ananta Tour ke dalam sebuah film. Terlebih lagi bukunya menampilkan dialog-dialog yang terbilang panjang. Seperti yang sudah BookMyShow sebutkan sebelumnya, dialog-dialog ini butuh waktu untuk dipahami, sehingga bukan tak mungkin pembaca akan kembali ke halaman sebelumnya untuk mengetahui maksud dari semua cerita yang dinarasikan Pram.

Namun, ketika Perburuan diadaptasi ke dalam film, semuanya terasa berat. Ingin rasanya membolak-balikkan layar bioskop untuk melihat kembali potongan-potongan adegan filmnya. Narasi-narasi yang dijalankan punya makna, bahkan terasa lebih ‘berat’. Bisa dibilang film Perburuan lebih menempatkan subtansi ‘serius’ dalam memaparkan ceritanya. Tak hanya itu, berbagai gaya akting yang dimainkan pemerannya pun terasa seperti menonton drama pertunjukan di teater.

Dipadukan dengan dialog-dialog yang panjang. Salah satunya adalah percakapan antara Hardo dan Ayahnya. Percakapan yang sebenarnya terlihat biasa-biasa kemudian menjadi terasa sangat beradrenalin, memainkan emosi penonton dengan intens. Kalau sudah seperti ini, kamu bisa membayangkan bagaimana film ini butuh kesabaran, sesekali menghela nafas untuk menyelesaikan satu bagian adegannya. Untungnya, hampir semua pemain tampil maksimal.

Jika dikaitkan dengan kategory “cool” Adipati Dolken mampu membawakan perannya dengan baik. Semua ekspresi kegelisahan dari seorang tentara yang frustasi dan hidupnya carut-marut berhasil dimainkan dengan baik. Tak hanya Adipati hampir semua pemeran yang terlibat seperti Ayushita, Ernest Samudera cukup berhasil menghidupkan filmnya.

Tone Klasik, dari Masa Lalu

Tone yang digunakan di film ini pun terasa asik. Serasa menggunakan kamera film yang sekarang kembali populer di kalangan anak muda. Gradasi warna seperti benar-benar menghidupkan suasana di masa lalu. Apalagi, pengambilan gambar film ini dilakukan di Yogyakarta. Untuk yang satu ini, film Perburuan berada di tempat yang tepat.

Namun, tak semuanya berjalan dengan mulus. Karena diolah dengan gaya teatrikal dan narasi yang memiliki energi yang sama dengan bukunya, beberapa potongan adegan terasa seperti kaku. Maklum hampir semua dialognya menggunakan struktur bahasa sastra. Secara keseluruhan, film Perburuan merupakan bagian dari tuangan ide-ide yang ada di kepala Pram ke dalam sebuah layar lebar.

1 Like

Perburuan merupakan film yang diadaptasi dari novel karya penulis Pramoedya Ananta Noer. Film ini menceritakan kisah Hardo yang diperankan oleh Adipati Dolken yang merupaan seorang Shodancho (Komandan Peleton) PETA.

Film ini menceritakan perjuangan dalam mencapai kemerdekaan Indonesia. Namun ternyata perjuangan yang dilakukan Hardo dan kawan-kawan mengalami kekalahan, hingga akhirnya Hardo menjadi buronan.

Dari yang awalnya memiliki penampilan yang gagah,berani, dan wow akhirnya semenjak kekalahan Hardo merubah penampilannya menjadi gembel agar tidak dikenali khususnya oleh tentara Jepang. Sebuah pesan moral yang amat besar untuk pemuda sekarang.

Ibaratnya seperti “kacang jangan lupa akan kulitnya”. Indonesia merdeka dengan campur tangan banyak pihak, tidak hanya pihak elite. Indonesia merdeka dengan perjuangan yang bahkan menaruhkan nyawa, dan kehilangan orang-orang tersayang.

Sekarang, pemudalah yang harus tetap menjaga kemerdekaan ini dengan berkarya sebanyak-banyaknya. Buatlah jasa pahlawan-pahlawanmu bangga denganmu. Kenanglah selalu sejarah yang pernah ada dan dijadikan pelajaran untuk terus lebih baik kedepannya. Tanpa sejarah kita nothing.

Bung Karno berpesan “ Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda , niscaya akan kuguncangkan dunia”.

Jika ada 1000 orang yang memperjuangkan kebenaran

Maka pastikan aku satu diantaranya

Jika ada 100 orang yang memperjuangkan kebenaran

Maka pastikan aku satu diantaranya

Jika ada 10 orang yang memperjuangkan kebenaran

Maka pastikan aku satu diantaranya

Jika ada 1 orang yang memperjuangkan kebenaran

Maka pastikan dan saksikan itulah aku !!!