Bagaimana pendapatmu tentang film NKCTHI?

Bagaimana pendapatmu tentang film NKCTHI?

Setelah sukses diterbitkan jadi buku, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI) akhirnya dibuat versi film. Bagaimana pendapatmu tentang film NKCTHI?

Setiap kita punya sebuah cerita-cerita yang beragam. Tak penting apa ceritanya, hanya ada kita yang tak pernah melewatkanyya. “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini” bisa jadi adalah salah satunya. Buku karangan Marchella ini seperti membuka mulut setiap orang yang ingin bercerita. Cerita ini kemudian dituangkan dalam layar lebar dan film NKCTHI telah tayang di bioskop 2 Januari 2019.

Kini Awan (Rachel Amanda) sudah dewasa. Ia adalah anak paling bontot di keluarga Narendra (Donny Damara). Semua sayang dengan Awan, khususnya sang Ayah, Narendra. Namun Anak pertama di keluarga Narendra, Angkasa (Rio Dewanto) Aurora (Sheila Dara) dan tentu saja sang Ibu, Ajeng (Susan Bachtiar).

Cerita sekelumit keluarga yang biasa saja, klise namun pada satu momen, perbedaan-perbedaan dalam keluarga tak bisa dilepaskan. Konflik datang bertubi-tubi. Tua itu pasti, dewasa itu sungguh sulit. Perbedaan-perbedaan ini yang kemudian meruncing membuat Awan, merasa selalu dikekang oleh sang Ayah.

Angkasa yang harus menyimpan rahasia selama 21 tahun. Aurora yang kemudian ingin ‘memberontak’ karena dianggap tak pernah ada. Namun, harus ada satu yang menjadi penengah. Ialah sang Ibu. Tempat dimana kita semua, menyandarkan kepala di bahunya. Menangis sekecang-kencangnya meluapkan segalanya.

Meluapkan, menangiskan dan menyandarkan sebuah rahasia besar yang selama ini terjadi di keluarga Narendra. Apa rahasia itu? Kenapa keluarga yang tak boleh sedih ini kemudian harus menangis sekencang-kencangnya? Tayang pada tanggal 2 Januari 2020 di bioskop. Film ini sudah BookMyShow sebut sebagai salah satu film terbaik di tahun 2020.

‘Remuk’ di Sepanjang NKCTHI

Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yang mungkin pernah kamu lihat adalah melalui buku atau kutipan-kutipan di Instagram . Memang, mampu menyentuh, namun bukan kutipan-kutipan ini yang kemudian di ceritakan di dalam filmnya.

Film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini hadir dengan adegan pembuka yang biasa saja. Konsep masa depan yang diceritakan pun hambar, plus kehadiran Isyana Sraswati terlihat biasa saja. Namun, sejak di adegan pembuka ini pula kamu akan merasakan ‘remuk.’ Intro lagu Kunto Aji berjudul “Rehat” dan lagu-lagu soundtrack lainnya hingga scoring yang muncul silih berganti di film ini sudah akan meremukkan penonton. Boom!

Irama cerita yang disajikan selalu beriringan dengan soundtrack atau scoring . Inilah yang membuat energi penonton seakan-akan diremuk-redamkan. Momentum-momentum emosional yang kemudian dilengkapi dengan scoring atau soundtrack ini yang kemudian menguras emosi penonton. Potongan cerita memang jadi apa yang perlu dilihat penonton.

Pola Cerita

Sayang sama anak yang paling bontot adalah kisah klise yang diangkat di film ini. Siapa pun pasti merasakan ini. Siapa pun. Cerita klise ini kemudian diramu dengan pola cerita yang jenius untuk sebuah film drama. Benar, sebuah film drama yang biasanya kamu tonton akan punya jalan cerita yang datar-datar saja.

Di tulisan sebelumnya, BookMyShow sudah menyebutkan film ini hadir dengan tiga timeline . Jadi, jalan cerita film ini hadir dengan alur maju-mundur-maju mundur. Di sini kejeniusan Angga Dwimas sebagai sutradara plus penulis skenarionya. Atau siapa pun yang bekerja di balik film ini. Semuanya kami rasa. Film drama dengan pola alur maju-mundur, plus banyaknya karakter yang ditampilkan biasanya akan terkesan sulit untuk dipahami.

Namun, film ini sangat-sangat terarah dan detil. Contohnya, Angga tak mau main-main menggambarkan sosok sang Ayah Narendra ketika masih muda hingga sudah berusia kira-kira setengah abad. Menempatkan Oka Antara dan Donny Damara dalam bentuk karakter yang sama adalah bagaimana cara jujur dan detil film ini ingin mengisahkan semua ceritanya. Sesederhana itu. Namun, untuk kualitas, setidaknya, baru film NKCTHI yang memulainya.

Remuk Redam karena film NKCTHI belum cukup hanya sampai di scoring dan soundtracknya. Dasar ceritanya pun sudah akan menggiring penonton pada konflik dan masa-masa sulit sebuah keluarga. Dibiarkan datar, naik, dan kemudian diturunkan lagi.

Menangis secara Intens

Benar, 45 menit terakhir adalah bagian emosi penonton memang benar-benar dimain-mainkan. Bertubi-tubi terus dan terus dan terus. Plot cerita saling berkesinambungan dengan scoring dan kompleksitas film lainnya. Disaat kamu mencoba menahan tangis, di sanalah kemudian sang penyejuk hati yang terlihat diam di sepanjang film kemudian angkat bicara. Menangislah sekeras-kerasnya, kecewalah sepahit-pahitnya. Perna Susan Bachtiar sebagai Ajeng seperti benar-benar berada menjadi seorang Ibu yang hadir di tengah kekacauan keluarganya.