Bagaimana Pendapat Kalian Mengenai Tubuh Perempuan yang Dijadikan " Komoditas " dalam Periklanan?

image

Apa yang terlintas dalam benak kalian ketika melihat gambar iklan di atas ? Apa yang bisa kita dapatkan dari iklan burger yang menampilkan seorang wanita berparas cantik bertubuh indah dengan bikini memegang burger yang menjadi bahan promosi dari iklan tersebut ? Sebagian mungkin akan melihat dan berpikir jika hal tersebut adalah sekedar hal erotis dalam iklan, tetapi kesampingkan dulu pemikiran itu. Jika kita melihat dari perspektif yang berbeda, terutama dari kajian studi budaya dan analisis diskursus, iklan di atas sebenarnya mengandung pesan tersirat berupa praktek seksualisasi tubuh perempuan dalam kebutuhan dunia periklanan.

Dewasa ini, kita tidak dapat menampik jika tubuh perempuan merupakan sebuah " komoditi " yang digunakan dalam dunia periklanan, mulai dari iklan produk kecantikan hingga iklan produk makanan seperti ilustrasi di atas. Menurut Jean Baudrillard, iklan merupakan sistem bujuk rayu atau seduksi yang diciptakan oleh kaum kapitalis untuk memancing minat masyarakat konsumer terhadap barang - barang yang diproduksinya. Pada dasarnya iklan sendiri memang mengandung kepentingan pihak pengusaha dan kaum kapitalis dalam mempengaruhi masyarakat mengenai gambaran produk yang dijual. Salah satu strategi yang paling sering digunakan adalah menggunakan tubuh perempuan sebagai model dan objek utama dalam iklan (Putra, 2018).

Keindahan dari Tubuh perempuan sering kali menjadi daya pikat tersendiri bagi pengusaha dan kaum kapitalis karena dianggap sebagai objek yang begitu menguntungkan sehingga tubuh perempuan merupakan komiditi utama dan dijadikan simbol dalam seni- seni komersial. Pengeksploitasikan tubuh perempuan dalam iklan pun menjadi semakin marak dan tak terhindarkan. Setidaknya menutrut Putra ada dua hal utama yang menjadi indikasi bahwa perempuan hanya menjadi objek dan komodiiti di tangan kapitalis. Pertama adalah penggambaran aspek kemanusiaan perempuan yang hanya berdasarkan kecantikan dan yang kedua adalah penggambaran perempuan yang hanya dijadikan objek eksploitasi seks. Hal semacam ini pun juga terjadi di negara kita.

Nah, menurut youdics sekalian, Bagaimana pendapat dan pandangan kalian mengenai isu komersialiasi tubuh perempuan seperti yang sudah dijabarkan di atas ? Setujukah Kalian jika praktek komersialiasi semacam ini harus di boikot atau semacamnya ?

Referensi : https://bukuonlinestore.com/komoditas-tubuh-perempuan-dalam-iklan/

aku sebagai perempuan merasa seperti secara tidak langsung tubuh itu dinikmati secara gratis oleh siapa saja. padahal kalau nikah kan pake mas ijab kabul dan mas kawin barulah hanya suami yang dapat melihatnya. tapi, kebanyakan perempuan bangga akan hal itu, karena dengan hal itu dia menjadi terkenal, mendapatkan banyak perhatian, serta mendapatkan penghasilan yang besar. menurutku ini tergantung dari perempuan, dia ingin dipandang seperti apa. jika ingin dipandang sebagai pribadi yang tertutup dan menjaga diri kemungkinan besar dia akan menolak pekerjaan tersebut dan begitu juga sebaliknya.

untuk iklan seperti gambar diatas, tidak seharusnya diboikot karena kedua belah pihak sudah setuju akan hal itu. tentunya sebelum melakukan pekerjaan kita ada tanda tangan kontrak, jika pekerjaan melenceng dari kontrak maka patut dituntut. tidak ada alasan untuk memboikot iklan seperti gambar diatas karena sudah mendapatkan persetujuan kedua belah pihak.

Objektifikasi perempuan di Indonesia bahkan di dunia sudah bukan merupakan hal tabu. Aku pribadi mengaku miris sekaligus sedih menghadapi fenomena ini. Karna gimana yaa, seakan akan kita memang dipaksa untuk tidak bisa mengelak, di sisi lain pasti si perempuan juga butuh uang tapi di sisi lainnya mereka juga dihadapkan dengan stigma buruk yang akan mereka terima. Dalam hubungannya dengan kehidupan sosial manusia, pengaruh media massa terasa pada kehidupan sosial perempuan. Stigma dan stereotip yang terbentuk di masyarakat mengenai perempuan sedikit banyak dipengaruhi oleh media. Media menyajikan citra perempuan secara arbitrer atau sewenang-wenang, seringkali tanpa memikirkan dampak yang bisa timbul dari citra yang dibangun tersebut. Citra perempuan yang dibangun dalam media disesuaikan dengan kebutuhan para pelaku bisnis dan industri yang berada di belakang layar. Seringkali perempuan dijadikan objek agar tujuan industri tercapai, misalnya return atau laba yang tinggi. Perempuan dijadikan sebagai objek melalui cara yang bervariasi. Cara yang paling ampuh dan paling sering digunakan adalah dengan melakukan eksploitasi berlebihan terhadap tubuh perempuan. Seperti menjadikannya sebagai model dengan pakaian kurang bahan seperti pada ilustrasi di atas, atau memilihnya menjadi model pakaian tetapi menggunakan celana mini yang menimbulkan kesan si perempuan tidak memakai celana.
Menurut Sharma (2012), " Although the media has played an important role in highlighting women’s issues, it has also had negative impact, in terms of perpetrating violence against women through pornography and images of women as a female body that can be bought and sold ". Eksploitasi tubuh perempuan yang divisualisasikan dalam bentuk konten media seolah-olah menjadikan tubuh perempuan sebagai alat tukar dengan keuntungan pelaku industri. Tubuh perempuan yang diekspos oleh media menjadikan perempuan sebagai objek yang bisa diperjualbelikan, dengan timbal balik berupa rating , laba industri, peningkatan pengguna media massa dan seterusnya.

Nah tapi, kalau perlu memboikot atau tidak, aku rasa tidak perlu. Memang aku kurang atau bahkan tidak setuju dengan objektifikasi perempuan di media masa, tapi, aku rasa hal ini terjadi karena mau-sama-mau antara kedua belah pihak, dalam hal ini si perempuan yang menjadi model dan juga pihak industri. Alternatif lain untuk menangani hal ini, agar para perempuan tidak terjerumus lebih banyak lagi, aku rasa perempuan perlu memahami identitasnya yang sesungguhnya, yang ia anggap benar dan baik untuk dirinya meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa identitasnya berjalan beriringan dengan pendapat masyarakat tentang identitasnya. Walaupun begitu, ia tetap harus dapat membedakan mana identitas dirinya yang sebenarnya dan mana yang sudah dikonstruksikan dan dimodifikasi oleh media. Media massa memang merupakan sumber kultivasi yang besar terhadap ide-ide tertentu, namun apa yang diperlihatkan media kepada masyarakat yang mengonsumsi belum tentu valid dan tidak bisa digeneralisasi atau diimplementasikan secara sembarangan.

Referensi:

Sharma, Arpita. 2012. “Portrayal of Women in Mass Media”. Media Watch

Mungkin pendapat saya akan sangat subjektif karena saya juga seorang perempuan.
Menurut saya, perempuan itu seperti jadi pusatnya kebenaran dan kesalahan. Banyak hal-hal yang terjadi di masyarakat kita, hal-hal yang diatur, hal-hal yang dibenarkan dan disalahkan hampir semuanya ditentukan oleh perempuan. Jadi, bukan hanya diiklankan tubuhnya, tetapi juga diatur segalanya, dan menurut saya seharusnya hal seperti ini dihentikan.
Saya yakin kesetaraan gender tidak akan pernah tercapai jika sudah sampai di tahap tubuh perempuan dijadikan “bahan dagangan” untuk menarik minat orang lain. Hal ini seperti memvalidasikan rendahnya perempuan dan semakin meningkatkan stigma terhadap perempuan.