Tadbir adalah menentukan segala sesuatu berdasarkan atas kehendak nafsu syahwatnya saja, sehingga segala sesuatunya diatur menurut nafsu syahwatnya, baik berupa teori dan praktek.
Apabila definisi tadbir hanya dilihat sepintas seperti diatas, rasanya memang konsep qonaah menjadi terlihat jauh lebih baik daripada konsep tadbir itu sendiri. Tapi pertanyaannya adalah konsep tadbir seperti apa dan konsep qona’ah seperti apa yang memang dianjurkan dalam ajaran Islam ? Apakah konsep tadbir selalu buruk didalam melihat dunia ?
Tadbir apabila diakhiri dengan tanda titik memang tidak baik, tetapi apabila diakhiri dengan tanda koma dan dilanjutkan dengan konsep tawakkal dan tafwidh (penyerahan) kepada Allah menjadi ajaran yang luar biasa. Tidak heran apabila umat Islam pernah “menguasai” dunia dan menjadi pusat peradaban, dimana semua manusia di dunia begitu kagum dengan capaian-capaian umat Islam.
Bagaimana dengan umat Islam saat ini ? Kalau Indonesia dijadikan acuan umat Islam saat ini (mengingat Indonesia adalah negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam dan mempunyai jumlah penduduk terbanyak yang memeluk Islam di dunia), apakah kita bisa mengatakan kepada dunia bahwa inilah contoh masyarakat Islam sesungguhnya ?
Kenyataannya, kita hanya jadi bahan cemoohan, dan itu sangat wajar karena kita sendiri tidak bisa berbuat banyak. Banyak beredar pesan singkat, yang intinya,
“Indian are born to manage. Chinese are born to manufacture. Indonesian are born to consume.”
Entah siapa yang menuliskannya, tetapi pernyataan diatas adalah “kebenaran” yang “menyakitkan”. Kita hanya dijadikan obyek “permainan” oleh bangsa lain. Kita benar-benar seperti “buih di lautan” yang tidak punya daya sama sekali. Sebagai contoh, kita lihat saja produk IT di Indonesia, mulai dari “ujung kaki” sampai “ujung kepala” adalah milik asing. Hanya sedikit sekali yang “masih” dimiliki bangsa kita sendiri.
Kembali ke konsep Tadbir, yang menarik adalah sabda Kanjeng Nabi Muhammad saw, bahwa “Tadbir adalah setengah dari penghidupan.” Bahkan sebagian ulama mengatakan
“Meninggalkan Tadbir yang begini sifatnya berarti meninggalkan penghidupan seluruhnya, sebab orang yang tidak bertadbir, maka ia akan digilas oleh Tadbir orang lain menurut lahiriah amaliah.”
Tadbir yang disertai dengan tawakkal dan tafwidh (penyerahan) kepada Allah, bukan hanya tidak apa-apa dilakukan, bahkan dianjurkan oleh Islam itu sendiri. Bukankah apa yang dikhawatirkan oleh sebagian ulama tersebut telah terjadi saat ini di dunia IT Indonesia, bahwa kita sudah digilas oleh Tadbir masyarakat bangsa lain.
Bagi saya, Islam tidak hanya berbicara tentang akhirat saja, karena Islam adalah ajaran yang paling sempurna. Islam berbicara banyak hal, karena Islam adalah rahmatan li alamin…
Oleh karena itu, konsep tadbir, yang tentunya diikuti oleh tawakkal dan tafwidh, menjadi penting bagi bangsa Indonesia untuk mengejar ketertinggalan didalam peradaban dunia. Bangsa (masyarakat Indonesia) kita harus bisa menjadi pusat peradaban dunia, karena suka tidak suka, bangsa lain melihat Indonesia sebagai bangsa dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Sebagai langkah awal, minimal produk-produk masyarakat Indonesia dapat menjadi tuan rumah di negara sendiri.
Sepakat sekali dengan apa yang disampaikan oleh sebagaian ulam di atas.
Referensi : Abuya Syeikh Prof. Dr. Tgk, Chiek. H. dan Muhibbuddin Muhammad Waly Al-Khalidy, 2017, Al-Hikam Hakikat Hikmah Tauhid dan Tasawuf Jilid 1 , Al-Waliyah Publishing
Konsep Tadbir yang saya pahami, adalah merencanakan dan mengerjakan sesuatu yang digantungkan pada dirinya sendiri.
Contoh sederhananya adalah ketika kita berencana untuk kuliah di luar negeri, setelah semua usahanya dilakukan, pada saat tes, kita lupa menggantungkan hasilnya pada yang Maha Kuasa, karena merasa tidak ada campur tangan Tuhan didalamnya.
Tadbir hampir mirip dengan konsep “sombong” juga, karena mampu melakukan.
Tetapi, konsep Tadbir ini juga unik, kita boleh memiliki tadbir (merencanakan sesuatu dan merasa mampu), agar tidak berpangku tangan pada Tuhan (tidak ingin melakukan apa-apa), dan hal itu menimbulkan pribadi yang akan tergilas oleh tadbir (mimpi dan usaha) orang lain. Kita memiliki tadbir agar merasa yakin dengan diri sendiri dan memperjuangkannya dengan maksimal, jadi perlu memerhatikan porsinya. Bisa dibagi 50:50 antara tadbir dan tawakkal (memasrahkan diri kepada Allah). Tadbir harus diiringi dengan tawakkal.
Bagaimana kita mengaitkan ini dengan konsep kehidupan nyata dan kondisi Indonesia saat ini?
Masyarakat harus mampu merasa yakin menghadapi persaingan global yang sangat masif saat ini. Jika masyarakat Indonesia mampu mengaplikasikan konsep tadbir dan tawakkal pada kehidupan sehari-hari, maka Indonesia akan lebih siap menghadapi tantangan. Mengapa demikian? Karena, konsep tadbir dan tawakkal adalah mengerjakan segala sesuatu harapan baik dengan maksimal kemudian menggantungkan segala hasil kerja keras itu kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kita fokuskan pada kata mengerjakan dengan maksimal dan memasrahkan diri.
Contoh kasus Indonesia saat ini kita bisa ambil dari permasalahan lapangan pekerjaan. Masyarakat Indonesia dituntut untuk mampu bersaing dengan pencari kerja lainnya dari luar negeri. Artinya, persaingan semakin ketat. Kondisi tersebut tentunya menjadi tantangan yang patut di hadapi dan dipersiapkan dengan baik.
Jika masyarakat Indonesia saling bahu membahu mengusahakan diri untuk kesejahteraan masyarakat dan memasrahkan diri sebagai hamba, maka konsep tadbir dan tawakkal akan membantu Indonesia. Apalagi, bangsa kami ini memiliki dasar negara “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yang kerap kita gaungkan saat upacara bendera merah putih. Maka, sudah waktunya menginternalkan diri dalam kalimat itu.