Bagaimana pendapat anda terkait dengan ikan hiu, paus, dan lumba-lumba dijadikan atraksi dalam wisata konservasi laut ?

image

Telah kita ketahui bahwa hiu, paus, dan lumba-lumba merupakan ikan yang hidup diperairan laut, bahkan pada era perkembangan di dunia ini hewan tersebut malah di jadikan sebagai atraksi wisata konservasi laut. Apa dampak bagi hiu, paus, dan lumba-lumba jika dijadikan atraksi wisata ? Bagaimana pendapat anda terkait dengan ikan hiu, paus, dan lumba-lumba dijadikan atraksi dalam wisata konservasi laut ?

Ikan hiu, paus dan lumba-lumba merupakan binatang yang hidup di laut. Selain itu binatang ini merupakan binatang yang harus dilindungi. Pada saat ini banyak yang melakukan binatang tersebut dijadikan atraksi wisata konservasi laut dan dijadikan sebagai wisata menyelam dengan hiu dan paus.

Sangat disayangkan jika ini terjadi karena menimbulkan dampak buruk bagi hiu, paus dan lumba-lumba tersebut.

Menyentuh hewan laut bukan tindakan yang direkomendasikan. Selain Hiu Paus Lumba-lumba, biota seperti penyu, terumbu karang, atau jenis ikan lain tidak boleh disentuh. Beberapa lembaga konservasi laut dunia seperti Reef World bersama Green Fins yang berbasis di Inggris dan The Large Marine Vertebraes Project Philippines (LAMAVE) baru-baru ini melakukan protes terhadap promosi wisata berenang bersama Hiu Paus di Oslob, Filipina. Dua lembaga itu menganggap berenang bersama Hiu Paus, apalagi sampai membuatnya sebagai atraksi wisata, sebuah tindakan yang berbahaya.

Risiko bahaya bukan hanya berpotensi manusia atau penyelam terbunuh, tetapi karena turisme massal ini bisa membuat Hiu Paus terancam sebagai hewan migran yang berganti pola hidupnya.
Arifsyah Nasution, Oceans Campaigner dari Greenpeace mengatakan menyentuh langsung satwa laut tanpa tujuan dan alasan penanganan medis, penyelamatan (rescue) dan semata untuk kepentingan riset patut dihindari.

“Hal ini juga termasuk dengan sengaja memberi makan satwa laut liar, karena akan mengubah perilaku dan kebiasaan satwa tersebut. Interaksi dan pengamatan berjarak lebih disarankan," katanya.

Keberadaan Hiu Paus Lumba-lumba membutuhkan pengawasan dan perlindungan khusus. Astri menyebut cara manusia untuk sayang sama lingkungan kadang suka salah menempatkannya. Ia menjelaskan jika sayang pada biota laut seperti Hiu Paus Lumba-lumba atau terumbu karang—caranya bukan dengan memegangnya, atau dipeluk, ditindih atau didekati melalui kontak fisik.

“Kasihan mereka bisa jadi stres, takut, atau bahkan jadi ketularan penyakit yang kita derita,” katanya.

Menurutnya bila memang seseorang sayang terhadap hewan laut, caranya bukan dengan memaksa menyentuh biota laut. Selain itu, kondisi terumbu karang di Indonesia yang mengkhawatirkan. Salah satu penyebabnya adalah wisata menyelam yang membiarkan para penyelam menyentuh terumbu karang.

Aktivis beralasan dengan tidak menyentuh langsung berarti mengurangi potensi bahaya yang timbul, baik bagi satwa laut tersebut terlebih bagi manusia. Selain itu beberapa jenis satwa laut seperti Hiu Paus dan Penyu adalah hewan yang bermigrasi. Jika ia diberi makan dan ditangkar pada satu kawasan untuk kepentingan eksploitasi wisata, bisa mengubah perilakunya dan merusak ekosistem laut yang ada. Hal ini telah terjadi di Oslob, Cebu, Filipina. Hiu paus menjadi hewan yang mengalami domestifikasi karena terus-terusan diberi makan oleh turis.

Dampaknya tentu saja Hiu Paus menjadi kurang sehat karena kekurangan nutrisi. Di Oslob hiu paus diberi makan sejenis ikan kecil yang dibeli kiloan, makanan yang tidak beragam ini membuat Hiu Paus bergantung pada nelayan yang disewa turis untuk atraksi wisata. Hiu Paus ini juga rata-rata menghabiskan waktu enam jam sehari di Oslob dan membuat jalur hidup mereka berantakan. Sementara Hiu Paus merupakan predator alami bagi hewan lain, jika mobilitas atau pergerakan mereka berubah, maka dampaknya bisa ke rantai makanan yang ada di laut. Selain itu, ada ancaman lain yang mengintai jika orang-orang tetap ngotot hendak berenang dengan Hiu Paus.

“Hiu paus memang tidak bersifat agresif, namun bukan berarti tidak berbahaya jika Hiu Paus ternyata sedang terluka (ada infeksi di tubuhnya); Hiu Paus bisa saja melakukan manuver mendadak yang bisa mengejutkan/membuat panik penyelam,” kata Astri.

Untuk itu butuh regulasi ketat yang bisa menjembatani kepentingan pariwisata dan perlindungan satwa liar.

Sumber :

http://jabar.tribunnews.com/2016/04/13/lindungi-hiu-paus-tutul-agar-jadi-atraksi-wisata-konservasi-laut