Bagaimana pemeliharaan larva Abalon Haliotis squamata?

Masalah utama yang umum terjadi pada produksi benih abalon adalah kematian yang tinggi (> 90%) setelah abalon menempel pada plate pemeliharaan. Penggunaan pakan dalam bentuk tepung untuk mengganti diatom sebagai pakan postlarva beberapa spesies ikan, udang, dan abalon sudah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis pakan dalam bentuk tepung yang sesuai dan efektif untuk mendukung sintasan dan pertumbuhan larva abalon Haliotis squamata.

Pengembangan pembenihan abalon yang didukung oleh ketersediaan pakan alami yang cukup dan tepat sangat menentukan keberhasilan produksi benih secara massal. Produksi pakan alami untuk produksi benih abalon telah dilakukan secara kontinu untuk beberapa spesies seperti Amphora sp., Navicula sp., Nitzschia sp. dan telah berhasil dilakukan penyimpanan pakan dalam bentuk konsentrat (Fahrudin et al., 2013; Khotimah et al., 2014). Manajemen pemberian pakan alami pada pemeliharaan larva abalon memegang peranan penting dalam produksi benih di hatchery. Manajemen tersebut masih sulit dilakukan untuk mempertahankan ketersediaan pakan secara mudah dan berkelanjutan, sehingga mampu mendukung pertumbuhan larva abalon (Stott et al., 2004a). Selama pemeliharaan larva abalon, pemberian pakan alami ke dalam media pemeliharaan larva kurang efektif karena pakan tidak langsung dapat menempel pada plate pemeliharaan sehingga tidak dapat dimakan oleh larva yang menempel pada plate.

Larva abalon yang terlambat mendapat suplai pakan da usia tersebut akan rontok dari plate pemeliharaan dan mengalami kematian. Stott et al. (2004b) menyatakan bahwa kematian abalon Haliotis discus discus pada stadia larva umur dua bulan mencapai lebih dari 90% karena ketersediaan diatom sebagai pakan yang tidak cukup dan kontinu selama pemeliharaan. Penyebab kematian lain pada abalon yaitu pertumbuhan diatom tidak dapat diprediksi dan ada kemungkinan bahwa abalon tidak menerima cukup nutrisi selama pemeliharaannya (Stott et al., 2002; De la Peña et al., 2010). Hal ini disebabkan pertumbuhan diatom sangat tergantung dengan musim, kondisi perairan selama kultur dan umumnya diatom berasal dari kultur pakan alami secara massal (Bautista-Teruel et al., 2013). Selain itu, nilai nutrisi dan ukuran diatom sangat bervariasi tergantung spesiesnya (Stott et al., 2002), sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan larva abalon pada umur lebih dari 30 hari seiring dengan meningkatnya pertumbuhan larva abalon.