Bagaimana pandangan Paul-Michel Foucault terhadap teori organisasi ?

Michel Foucault

Michel Foucault adalah seorang filsuf Perancis, sejarawan ide, ahli teori sosial, ahli bahasa dan kritikus sastra. Teori-teorinya membahas hubungan antara kekuasaan dan pengetahuan, dan bagaimana mereka digunakan untuk membentuk kontrol sosial melalui lembaga-lembaga kemasyarakatan, terutama penjara dan rumah sakit. Meskipun sering disebut sebagai pemikir poststrukturalis dan postmodernis, Foucault menolak label-label ini dan lebih memilih untuk menyajikan pemikirannya sebagai sejarah kritis modernitas.

Bagaimana pandangan Paul-Michel Foucault terhadap teori organisasi ?

Pandangan Michel Foulcault terhadap teori organisasi berputar pada area Wacana Organisasi, Kekuasaan dan Kekuatan dan pengetahuan Organisasi. Foucault melihat organisasi dengan menggunakan sudut pandang postmodernisme. Ide-ide Foucault dikembangkan dari strukturalisme Marxis dan linguistik dan diterapkan pada berbagai macam topik, termasuk kegilaan, obat-obatan, hukuman dan seksualitas. Tema utama dari karyanya adalah hubungan antar kekuasaan yang terlibat didalam kendali apa yang merupakan alasan, pengetahuan dan kebenaran.

Ide-ide Foucault berkembang dan berubah sepanjang tulisan-tulisannya, yang terkadang membuatnya sulit untuk dikarakterisasi. Seperti yang dia katakan :

I never think quite the same thing as my books are experiences. . . . An experience is something that one comes out of to be transformed. . . . Each book transforms what I was thinking when I finished the previous book. I am an experimenter not a theorist (Foucault, 2000, pp. 239–240).

Melalui berbagai tulisannya, Foucault memaparkan fakta bahwa semua disiplin ilmu, baik itu ilmiah, hukum, politik, atau sosial, beroperasi melalui jaringan kekuatan dan pengetahuan yang melegitimasi dirinya. Antara kekuasaan dan pengetahuan menjadi saling terkait.

Dia mengkritik modernisme dengan menunjukkan bahwa klaim mereka terhadap objektivitas tidak mungkin dalam domain di mana kebenaran itu sendiri selalu merupakan sebuah wacana diskursif.

Dalam tulisannya, Foucault membedakan tiga cara dalam melihat kekuatan :

  1. Kekuasaan berdaulat: Ini diwujudkan dalam kedaulatan yang memiliki kekuasaan tak terbatas atas rakyatnya. Ketika kejahatan dilakukan, mereka dihukum dengan cara dramatis. Jadi, kekuasaan adalah sesuatu yang dilakukan secara tidak selamanya, untuk sesuatu yang negatif, bersifat mencegah dan juga melarang. Foucault menyarankan konsepsi semacam ini merupakan kekuasaan yang dikembangkan dari aturan monarki.

  2. Kekuatan kedisiplinan: Upaya ini dilakukan dengan menempatkan orang-orang di bawah pengawasan secara terus menerus daripada menundukkan mereka pada hukuman fisik tertentu.

  3. Biopower: Biopower menggambarkan bagaimana kuasa dipraktekkan atas tubuh. Biopower menekankan bahwa teknologi telah digunakan untuk menganalisis, mengontrol, mengatur dan mendefinisikan tubuh manusia dalam perilakunya. Biopower merupakan bentuk yuridis dari kekuasaan yang berdaulat yaitu hak penguasa untuk menyita barang-barang, waktu, tubuh dan pada akhirnya menyita kehidupan subyek. Biopower merupakan upaya untuk mengelola, mengoptimalkan, dan bahkan menundukkan individu melalui peraturan yang komprehensif atas individu tersebut. Salah satu ciri khas dari biopower adalah kemampuan atau kualitasnya untuk mengontrol seluruh populasi sosial masyarakat.

Dalam teori organisasi tradisional, kekuasaan sering dilihat sebagai sumber daya yang dipegang oleh kelompok atau individu tertentu. Foucault berselisih bahwa siapa pun dapat memegang kekuasaan.

Dia berpendapat bahwa hubungan kekuasaan sangat meluas dalam hubungan manusia. Hubungan-hubungan ini menjadi tuan rumah bagi seluruh relasi kekuasaan yang mungkin ikut bermain di antara individu, dalam keluarga, dalam hubungan pendidikan, dalam kehidupan politik dan seterusnya (Foucault, 1984). Dengan demikian, manajer tidak menciptakan disiplin melalui tindakan atau strategi mereka.

‘Kekuatan disiplin diinvestasikan, ditransmisikan oleh, dan direproduksi melalui semua manusia dalam kehidupan mereka sehari-hari’ (Burrell, 1988, hal. 227).

Pusat pendekatan Foucault adalah gagasan wacana (discourse). Wacana adalah serangkaian ide dan praktik yang mengkondisikan cara kita berhubungan dengan dan bertindak atas fenomena tertentu: sebuah wacana dinyatakan dalam segala sesuatu yang dapat dipikirkan, ditulis atau dikatakan tentang topik tertentu, membentuk suatu fenomena dengan cara tertentu, sehingga akan mempengaruhi perilaku.

Dengan demikian, wacana serupa dengan apa yang Kuhn (1970) sebut sebagai paradigma dalam hal mereka menstrukturkan pengetahuan dan praktik dengan menghasilkan aturan-aturan yang menetapkan batas-batas di sekitar apa yang dapat diartikulasikan.

Wacana (Discourse) adalah sebuah konstruksi sosial. Menurut Foucault, semua aspek kehidupan tunduk pada observasi, investigasi, dan regulasi melalui media wacana. Akibatnya, sejarah sains adalah salah satu cara wacana tertentu mendominasi konteks tertentu dan karenanya mendikte apa yang dianggap sebagai pengetahuan dan apa yang tidak. Intinya adalah bahwa semua pengetahuan yang kita miliki dibangun di dan oleh beberapa wacana.

Cara yang berguna untuk memikirkan dan menganalisis atau melakukan dekontruksi suatu wacana tertentu telah dikembangkan oleh Jackson dan Carter (2000, hlm. 66). Mereka berpendapat bahwa wacana menentukan siapa yang dapat berbicara, tentang masalah apa, dalam konteks dan gaya (bagaimana) apa dan untuk alasan apa.

Analisis Foucauldian ini telah diterapkan pada teori organisasi dalam beberapa cara. Misalnya, Townley (1994) telah menunjukkan bagaimana manajemen sumber daya manusia (SDM) dapat dilihat sebagai sebuah ‘wacana dan serangkaian praktik yang berusaha untuk mengurangi ketidakpastian yang terlibat didalam kontrak kerja’ (Townley, 1994, hal. 518) melalui pendisiplinan pada subyek.

Townley berpendapat bahwa teknik SDM yang tampaknya biasa saja benar-benar membentuk panopticon. Mereka mengkategorikan serta mengukur tugas, perilaku dan interaksi sehingga hal tersebut membuatnya menjadi lebih terlihat dan menjadi lebih dapat diatur. Dalam arti yang sama, Baldry dkk (1998) telah menunjukkan bagaimana wacana kerjasama tim (teamworking) dapat digunakan sebagai bentuk kontrol yang membahayakan, dimana hal tersebut bergantung dari isu-isu yang sedang dibicarakan.

Analisis Foucauldian juga telah dilihat dalam berbagai macam karya di bidang lain dari teori organisasi - misalnya, teori identitas organisasi (Philips dan Hardy, 1997) dan teori strategi organisasi (Knights dan Morgan, 1991).

Sumber : John McAuley, Joanne Duberley and Phil Johnson, Organization Theory : Challenges and Perspectives, Pearson Education Limited, 2007