Bagaimana Pandangan Kalian Mengenai Adanya Stereotip Negatif Perempuan Dalam Hal Kepemimpinan?

image

Kepemimpinan menurut definisinya merupakan suatu proses untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang lain tersebut dengan sukarela mau melaksanakan kegiatan bersama dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seorang pemimpin diharapkan dapat menjadi sebuah " motor " penggerak yang dapat mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja, dan juga tingkat prestasi suatu organisasi. Pada teorinya, setiap orang bisa dan boleh menjadi pemimpin.

Tetapi dalam kenyataannya, Menurut Fitriani (2015), Konsep kepemimpinan hampir selalu diidentikan dengan dominasi kaum pria yang begitu kuat yang dimana menurutnya, Kaum wanita pun juga sebetulnya memiliki potensi yang tidak kalah dalam hal kepemimpinan. Argumen di atas tentu bisa di buktikan dengan banyaknya pemimpin wanita di era modern seperti sekarang ini di berbagai bidang terutama politik dan bisnis seperti Angela Merkel (Kanselir Jerman), Jacinda Ardern (Perdana Menteri Selandia Baru), ataupun Susan Wojniki (CEO Youtube). Atau dalam konteks Indonesia, Kita mengenal nama - nama seperti Susi Pudjiastuti (Mantan Menteri KKP dan Pebisnis) sebagai sosok pemimpin perempuan di era modern.

Selain itu Pemberian kesempatan pada perempuan untuk memimpin juga menjadi fokus utama dalam feminisme liberal modern yang menuntut kesetaraan antara laki - laki dan perempuan (terutamanya dalam hal memimpin). Tetapi dengan adanya budaya patriarki yang masih mengakar kuat terutama di Indonesia, sering kali menjadi alasan mengapa stereotip negatif pada perempuan sebagai pemimpin masih ada hingga saat ini. Kultur masyarakat patriarki ini menurut Rahmanigntyas dan Ervina (2014) sangat sering membenturkan eksistensi kepemimpinan perempuan dengan nilai dan doktrin agama serta nilai sosio-kultural.

Contoh nyatanya misalnya, Sangat jarang sekali kita melihat Ketua BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) merupakan seorang perempuan (berdasarkan pengalaman saya) dan posisi itu sendiri kebanyakan diisi oleh kaum laki - laki. Atau misalnya dalam banyak kasus kita dapat melihat beragam penolakan terselubung ataupun terang - terangan mengenai kepemimpinan perempuan.

Nah, menurut youdics sekalian, Bagaimana pandangan dan opini kalian mengenai stereotip negatif yang melekat kepada eksistensi kepemimpinan perempuan ? Setujukah kalian jika kepemimpinan berlaku dan bisa dilakukan siapa saja baik laki - kali maupun perempuan atau sebaliknya menurut opini dan pengalaman kalian ?

Referensi :

  1. Fitiriani, A. (2015). Gaya Kepemimpinan Perempuan. Jurnal TAPIs. 11(2), 2 - 24.
  2. Rahmaningtyas, D., E. & Ervina, L. (2014). Stereotip Kepemimpinan Publik Perempuan Pada Dunia Politik. Insight : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi. 10(1).

Menurut saya, pria maupun wanita bisa menjadi pemipin jika mereka memiliki kualifikasi yang layak jadi pemimpin. Menurut pengalaman saya, saya melihat ketua bem kampus saya yaitu seorang wanita dan caranya menjadi ketua patut diacungi jempol. Tidak hanya tegas, tetapi iya juga bisa menjadi pemimpin yang baik. Ia selalu bisa mencari solusi disetiap masalah, selalu mendengarkan pendapat anggota lainnya, bertindak bijak, dan berososialisasi dengan ketua bem lainnya walaupun dia hanya wanita sendirian. Wibawa juga terlihat tidak kalah dengan pemimpin pria, ia bahkan mudah diajak diskusi dan bernegosiasi. Jadi menurut saya selagi orang tersebut layak tidak harus ditentukan oleh jenis kelaminnya tetap bisa jadi pemimpin. Pemimpin bukan dilihat dari jenis kelamin tetapi dilihat dari jiwa kepemimpinannya dan kualifikasi diri yang layak.

Saya secara pribadi tidak peduli dengan gender seorang pemimpin, dimana menurut saya baik laki-laki dan perempuan sama-sama dapat memimpin dengan baik, dan oleh sebab itu harusnya dipandang sama dan setara, terutama di zaman sekarang yang sudah maju.

Pengalaman pribadi saya dipenuhi perempuan-perempuan hebat yang menjadi peimimpin luar biasa yang kadang malah bisa lebih superior dari laki-laki, mulai dari Ibu yang harus menjadi kepala keluarga demi orang tuanya hingga sosok guru saya yang tegas, keras, namun penyayang. Kasih sayang dan kelembutan seorang Ibu bisa menjadi senjata yang paling poten dan devosi yang paling tulus dalam sebuah kepemimpinan.

Sayang bahkan di zaman sekarang ini, banyak yang dibesarkan oleh Ibu mereka masih berani mengatakan wanita tidak memiliki tempat di kepemimpinan.

Kesimpulannya, stereotip negatif pada perempuan di posisi kepemimpinan merupakan salahsatu pandangan yang teramat salah dan disayangkan, apapun sebabnya, dan saya sama sekali tidak suka dengan pandangan tersebut.