Bagaimana pandangan Jean-François Lyotard terhadap teori organisasi ?

Jean-François Lyotard

Jean-François Lyotard adalah seorang filsuf dari Perancis, yang amat berpengaruh dalam gerakan poststrukturalisme atau postmodernisme.

Bagaimana pandangan Jean-François Lyotard terhadap teori organisasi ?

Dalam teori organisasi, karya Lyotard yang paling sering dikutip adalah, The Postmodern Condition: A Report on Knowledge (1984), dimana karya tersebut sering dikatakan mewakili awal pemikiran postmodern dalam ilmu sosial. Awalnya karya tersebut ditulis untuk pemerintah Quebec, dimana tulisan tersebut untuk menguji pengetahuan, sain dan teknologi di masyarakat kapitalis maju seperti Inggris, Perancis dan Amerika Serikat.

Lyotard berpendapat bahwa ketika masyarakat memasuki fase pasca-industri, kondisi, karakter, dan status pengetahuan menjadi berubah. Lyotard melacak perubahan kondisi pengetahuan mulai dari kondisi pramodern hingga postmodern, yang disajikan sebagai berikut,

  • Premodern : Pengetahuan kebanyakan merupakan narasi dan cerita. Narasi seperti agama dan mitos memberikan pengetahuan berdasarkan fungsi mereka dalam mentransmisikan seperangkat aturan dalam membentuk ikatan sosial. Narasi-narasi tersebut melegitimasi dirinya sendiri melalui fungsinya pada kesatuan sosial.

  • Modern : Pengetahuan saintifik berdasarkan atas verifikasi, falsifikasi dan pembuktian. Kriteria dari legitimasinya adalah kebenaran, dengan kata lain, apakah teori tersebut berkorenspondensi dengan fakta realita ?

  • Postmodern : Berawal dari ketidaksukaan terhadap metanarasi. Basis baru dari pengetahuan adalah optimasi masukan terhadap keluaran. Terdapat sebuah pergeseran penekanan dari akhir sebuah aksi menjadi artinya. Pengetahuan tidak dinilai berdasarkan apakah pengetahuan tersebut benar atau tidak, tetapi lebih terhadap pertukaran nilai. Kriteria legitimasinya adalah efisiensi.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, Lyotard mendefinisikan postmodernisme sebagai suatu ketidakpercayaan terhadap metanarasi, yang ia definisikan sebagai totalilatisasi cerita tentang sejarah dan tujuan ras manusia yang mengukuhkan dan melegitimasi bentuk-bentuk pengetahuan dan praktik budaya tertentu. Suatu metanaratif dapat mencakup grand story atau framework.

Contoh metanaratif antara lain :

  • Banyak orang Kristen percaya bahwa eksistensi manusia secara inheren adalah berdosa (dosa keturunan) meskipun manusia mampu melakukan penebusan dan mendapatkan kedamaian abadi di surga.

  • Para teoritisi percaya bahwa pemikiran rasional, yang terkait dengan penalaran ilmiah, akan mengarah pada kemajuan moral, sosial, dan etika.

Dua metanaratif yang dilihat Lyotard sebagai sentral bagi paham modernisme adalah:

  1. Gagasan bahwa sejarah berkembang menuju pencerahan sosial dan emansipasi.

  2. Pengetahuan berkembang menuju totalisasi (Lyotard, 1984).

Menurut Lyotard, modernisme sedang dipertanyakan oleh teknologi baru di era saat ini. Misalnya, ia menyoroti cara-cara metode pengumpulan, penyimpanan, dan distribusi data, dimana saat ini dapat dilakukan dengan melalui sebuah komputer dan disimpan dalam sebuah basis data. Dia percaya perubahan ini membawa revolusi dengan cara yang sama seperti teknologi melakukan perubahan awal yang membawa Revolusi Industri.

Lebih lanjut, dia mengklaim bahwa kapitalisme pasca-industri telah menggeser nilai-nilai sosial dari kebenaran dan keadilan menuju efisiensi. Lyotard berpendapat bahwa pergeseran ini menyiratkan sebuah transisi dari perhatian terhadap apa yang benar menjadi perhatian terhadap performativitasnya.

Hatch (1997) berpendapat bahwa retorika efisiensi organisasi yang begitu sering didiskusikan di kalangan praktisi dan akademisi adalah hasil dari redefinisi pengetahuan. Dengan demikian, apa yang kami anggap sebagai pengetahuan tentang organisasi telah berubah dan merefleksikan penggunaan teknologi baru yang memungkinkan kita untuk mengumpulkan dan menyimpan berbagai jenis informasi.

Lyotard memiliki banyak kesamaan dengan penulis postmodern lainnya karena ia mempertanyakan kemampuan individu untuk beralasan dan menegaskan pentingnya kekuatan non-rasional seperti emosi dalam pengambilan keputusan. Dalam karya terakhirnya (Lyotard, 1988), ia prihatin dengan masalah legitimasi dan bagaimana sebuah narasi membenarkan atau melegitimasi diri mereka sendiri untuk mengambil status yang lebih dari hanya sekadar cerita (Jones, 2003).

Sumber : John McAuley, Joanne Duberley and Phil Johnson, Organization Theory : Challenges and Perspectives, Pearson Education Limited, 2007