Bagaimana pandangan Islam terkait dengan keindahan ?

Keindahan merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan.

Bagaimana pandangan Islam terkait dengan keindahan ?

1 Like

Keindahan memiliki ragam arti seperti layak, baik, indah, bagus. Adapun secara teknis keindahan bermakna sebuah hal yang fenomenal atau sebuah tirai yang tembus pandang dan transparan yang memancarkan kesempurnaan.

Menurut pandangan al-Quran, keindahan manusia yang juga termasuk dalam fenomena-fenomena keindahan adalah bersifat tabiat, maknawi, akhlak, dan moralnya.

Begitu juga sebagian dari rukun-rukun keindahan dalam pandangan al-Quran memiliki persyaratan berikut: memiliki tujuan, kesesuaian dan keseimbangan, Pengaturan yang tertib dan indah, keragaman dan pertentangan, penghiasan, pembagusan, perindahan dari segala macam cacat.

Al-Quran merupakan suatu kitab petunjuk bagi manusia yang diturunkan Allah Swt melalui perantara rasulnya, sebagai penerang hakikat alam semesta. Berkenaan dengan ini Allah Swt berfirman,

“Dan kami telah menurunkan al-Quran kepada kamu sebagai penjelas segala sesuatu.”

Sesuai asas pemahaman ayat ini terdapat banyak bentuk prinsipil yang disebutkan dalam al-Quran dan memiliki sisi pengoreksian atas pandangan kemanusiaan. Salah satu pemahaman-pemahaman dalam al-Quran, kita menjumpai banyak ayat-ayat yang membantu kita dalam memahami keindahan.

Allamah Muhammad Taqi Ja’fari Ra mendefinisikan keindahan sebagai berikut ,

”Sesuatu yang fenomenal atau sebuah tirai yang transparan yang memancarkan kesempurnaan”.

Untuk itu, keindahan adalah untuk menghilangkan rasa dahaga jiwa manusia sehingga dengannya ia memperoleh kesempurnaan.

Secara umum keindahan dapat dikategorikan kepada empat kategori, yaitu :

  • Keindahan yang dapat terindra seperti bunga-bunga dan pepohonan;
  • Keindahan yang tidak dapat terindra seperti keindahan kebebasan dan keindahan ilmu;
  • Keindahan rasional yang berharga seperti hikmah, keadilan dan yang sejenisnya;
  • Keindahan dan kesempurnaan mutlak yang tidak sirna dan tidak akan sirna, yaitu keindahan Allah Swt.

Al Ghazali mengatakan bahwa peringkat keindahan estetis sejajar dengan peringkat pengalaman kesufian. Ia berjalan dari peringkat syariat (formal), melalui peringkat tarekat, menuju hakikat maknawi dan akhirnya makhrifat. Pencapai keindahan tertinggi dengan melibatkan latihan spiritual. Sesuai peringkatnya keindahan dapat dibagi menjadi:

  • keindahan sensual dan duniawi, yaitu keindahan yang terkait dengan hedonisme dan materialisme,
  • keindahan alam, ciptaan Tuhan
  • keindahan akliah yaitu keindahan yang ditampilkan karya seni yang dapat merangsang pikiran dan renungan,
  • keindahan rohaniah berkaitan dengan ahklak dan adanya pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu yang ada dalam diri seseorang atau karya seni, dan
  • keindahan Illahi.

Imam Ghazali melihat keindahan berdasarkan penampakan kesempurnaan dari sudut objek sesuai dengan kualitas kesempurnaan ideal yang sepatutnya ada dalam sebuah objek. Hal ini berlaku dalam sebuah karya seni, yang dicipta dengan maksud dan tujuan berbeda, dan karenanya untuk fungsi yang berbeda pula dan dengan takaran bobot dan mutu yang berbeda pula.

Keindahan tertinggi menurut Imam Ghazali adalah menghubungkannya dengan peringkat kebenaran atau pengetahuan yang ada pada karya atau pribadi yang kita nilai indah. Pengetahuan dan kebenaran tertinggi hanya dapat ditangkap melalui indra keenam yaitu penglihatan batin atau hati dan jiwa universal. Sebagai contoh seluruh kehidupan dan pribadi Nabi Muhammad SAW hanya dapat dilihat nilai dan mutu keindahannya melalui indra keenam.

Dilihat secara lahiriah Nabi adalah manusia biasa karena beliau juga makan, tidur, berumah tangga, dan memiliki keindahan seperti manusia lainnya. Tetapi dilihat dari kehidupan spiritual dan moralnya beliau adalah lebih dari sekedar manusia biasa. Melalui penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penglihatan batin sangat penting dalam membangun kehidupan manusia, serta menumbuhkan semangat religius.

Estetika dalam Islam merupakan perjalanan dari bentuk-bentuk (sunah) menuju hakikat segala bentuk (ma’na) dari mana manusia berasal. Dalam tradisi Islam estetika dikaitkan dengan metafisika atau ontologi, pengetahuan dan pemahaman tentang wujud dan peringkat-peringkatnya dari yang zahir sampai ke yang batin.

keindahan atau Estetika dalam Islam merupakan perjalanan dari bentuk-bentuk (sunah)
menuju hakikat segala bentuk (ma’na) dari mana manusia berasal. Dalam tradisi Islam estetika dikaitkan dengan metafisika atau ontologi, pengetahuan dan pemahaman tentang wujud dan peringkat-peringkatnya dari yang zahir sampai ke yang batin. Karya seni dipahami sebagai
manifestasi estetika yang paling tinggi yang diharapkan dapat membawa penikmatnya pada tingkatan kearifan yang lebih tinggi. Atau mendorong manusia melakukan pendakian dari yang zahir menuju yang batin, dari alam tasybih yaitu alam dan bentuk yang dapat dicerna indra menuju alam tanzih yaitu alam transidental yang menuntut tajamnya kepekaan penglihatan
kalbu.

Sifat Tuhan yang Maha Indah dan merupakan wajah atau penampakan-Nya ialah al-rahman dan al-rahim. Dengan demikian keindahan karya Tuhan dapat dilihat pada besarnya cinta Tuhan kepada ciptaan-Nya. Dalam menilai karya seni Islam azas cinta dalam diri atau pada
manusia sebagai penghasil karya seni ialah kecenderungan akan keimanan, ketakwaan, kebahagiaan dan hasratnya untuk menegakan kebaikan dan menentang segala bentuk keburukan, kejahilan, kezaliman, buruk sangka, dan ketidakadilan. Seni dalam padangan ini tidak lain adalah suatu bentuk ibadah, pengabdian, dan kepasrahan kepada Tuhan.

Imam Ghazali melihat keindahan berdasarkan penampakan kesempurnaan dari sudut objek sesuai dengan kualitas kesempurnaan ideal yang sepatutnya ada dalam sebuah objek. Hal ini berlaku dalam sebuah karya seni, yang dicipta dengan maksud dan tujuan berbeda, dan karenanya untuk fungsi yang berbeda pula dan dengan takaran bobot dan mutu yang berbeda pula. Seekor kuda dikatakan indah sesuai sifat dan proporsi tubuhnya yang ideal bagi seekor kuda yang tangkas dan gagah. Sekuntum bunga dikatakan indah karena proporsi dan komposisi unsurnya ideal bagi sekuntum bunga.

Keindahan tertinggi menurut Imam Ghazali adalah menghubungkannya dengan peringkat kebenaran atau pengetahuan yang ada pada karya atau pribadi yang kita nilai indah. Pengetahuan dan kebenaran tertinggi hanya dapat ditangkap melalui indra keenam yaitu
penglihatan batin atau hati dan jiwa universal. Sebagai contoh seluruh kehidupan dan pribadi Nabi Muhammad SAW hanya dapat dilihat nilai dan mutu keindahannya melalui indra keenam. Dilihat secara lahiriah Nabi adalah manusia biasa karena beliau juga makan, tidur, berumah tangga, dan memiliki keindahan seperti manusia lainnya. Tetapi dilihat dari kehidupan spiritual dan moralnya beliau adalah lebih dari sekedar manusia biasa. Melalui penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penglihatan batin sangat penting dalam membangun kehidupan manusia, serta mmenumbuhkan semangat religius.