Bagaimana Ouya gagal mengambil peran di pasar konsol game dunia ?

OUYA (diucapkan Oooh yah) adalah proyek yang memecahkan rekor target pendanaan di Kickstarter dalam rentang waktu 8 jam. Setelah memenuhi tujuan tersebut, mereka tetap mendukung pre-order melalui proyek Kickstarter seharga $ 99 per konsol, mereka berhasil mengumpulkan 8,5 juta dolar melalui Kickstarter dan akhirnya merilis versi retail dari konsol OUYA.

OUYA sendiri adalah sebuah konsol game berbasis tv yang menggunakan sistem operasi berbasis Android.

Namun bagaimana Ouya justru gagal mengambil peran di pasar konsol game dunia?

1519826349424

Proyek ini awalnya disambut meriah, dengan mendapat 8,5jt dolar dr Kickstarter. Sebenarnya ini jumlah yang sangat besar ini membuat Ouya mendapat gelar proyek termahal ke dua dalam sejarah.

Tetapi kenyataannya adalah Ouya gagal total. Ouya mempunyai banyak kejanggalan dalam masa perilisannya seperti pengunduran perilisan Ouya dan retailer lebih dulu mendapatkann Ouya yang harusnya para backer terlebih dahulu mendapatkannya.

Setelah adanya masalah perilisan bukannya berkurang tetapi masalah Ouya pun malah semakin banyak. Pembeli merasa tidak puas dengan produk dan janji yang ditawarkan oleh Ouya. Seperti kontroller yang grip nya terasa sangat aneh di genggaman, tombol d-pad yang unresponsive (respon telat), tombol trigger & pad yang sudah tersangkut setelah beberapa minggu pemakaian!

Dan lagi janji palsu Ouya yang katanya akan menyediakan 600+ game yang seru dan menjanjikan, tapi game yang ada bahkan tak mencapai 100 dan yang ada hanya beberapa game mini yang tak seru sama sekali dan lagi game ‘just rain’ yang hanya menampilkan hujan di layar anda.

Banyaknya pemberian harapan palsu dan kualitas produk yang sangat rendah, banyak konsumen yang mulai marah dan emosi oleh Ouya. Lalu, beberapa hari setelah nya Ouya mengumumkan kalau mereka akan menghapus fitur ‘free demo’ yang padahal di video promosi Ouya mengatakan hal yang sebaliknya.

          Pada awal perkembangannya, OUYA sangat menarik perhatian saya. Konsep console berukuran kecil yang sangat mobile menjadi daya tarik tersendiri. Di tahun 2012, game berbasis mobile seperti PSP, PS Vita, Nintendo DS, dan game konsole mobile lainnya. Berbeda dengan game mobile lainnya, OUYA memiliki konsep bahwa konsol ini sebenarnya adalah konsol dengan basis menggunakan TV sebagai tools untuk menampilkan visual (Sama seperti PS3 dan Xbox) namun dengan ukuran yang portable dan berbasis Android. Tahun 2012 memang game android belum terlalu berkembang seperti saat ini. Pada dasarnya, kehadiran OUYA menjadi angin segar bagi para gamer yang ingin merasakan teknologi baru dari dunia konsol.

          Perusahaan besar seperti Nvidia pun menjadi investor yang berinvestasi jutaan dollar kepada OUYA. Alibaba pun tidak mau kalah, $8 juta USD digelontorkan konsol revolusioner ini. Setelah total $15 juta USD tertampung, tahap Developing pun dimulai dan secara mengejutkan, Project ini gagal total. Ketika customer pertama mencoba OUYA, kekecewaan lah yang ia dapatkan. banyak dari para Unboxer merasa kecewa dari Packing OUYA. Tidak berhenti disana, User Experience yang di rasakan para customer pun sangat mengecewakan. Banyaknya Game original yang dijanjikan Developer di awal pengenalannya terbukti tidak ada saat OUYA pertama kali Launching.

          Tidak berhenti disana, masih banyak kekecewaan yang dirasakan oleh para gamer yang membeli OUYA, yaitu:

  1. Tidak adanya “Penonton” (Penggemar)
    Secara teori, Ouya adalah konsol terjangkau yang menjembatani kesenjangan antara perangkat seluler Android dan iOS dan konsol tradisional seperti Xbox 360 dan PlayStation 3. Namun, penonton yang Ouya pacaran tampaknya tidak ada. Harga yang diminta rendah 100, namun jika pengguna sudah memiliki perangkat Android (atau iOS), harganya 100 lebih banyak daripada yang benar-benar dibutuhkannya. Konsumen dapat membeli low-end Xbox 360 atau PS3 seharga $ 200, lengkap dengan banyak pilihan game high-end dan aplikasi video streaming.

  2. Controller yang payah
    Desain yang terkesan biasa dan cenderung “mengikuti” controller konsol lain terasa sangat biasa saja. Pemilihan bahan material juga merupakan concern gamer karena terasa amat licin ketika digunakan. Karet analog yang tidak nyaman juga menjadi hal krusial yang merusak nilai OUYA

  3. Kemampuan terbatas
    Ouya adalah perangkat yang murah, namun biaya rendah datang dengan harga tinggi. Untuk menghemat biaya produksi, Ouya memiliki bagian yang relatif tidak mengesankan. Perusahaan Benchmarking Futuremark menempatkan Ouya No 141 pada daftar 422 perangkat Android yang saat ini beredar di pasaran, dilampaui oleh ponsel seperti Samsung Galaxy S4 dan tablet seperti Google Nexus 7. Jika Anda telah membeli ponsel atau tablet Anda dalam satu tahun terakhir , itu mungkin akan menjalankan game dengan kesetiaan grafis dan kecepatan pemrosesan yang lebih baik daripada Ouya.


    Referensi

OUYA Failure Factors
Why did OUYA failed?
OUYA crowdfunding

Meskipun Ouya menjadi project yang paling sukses dalam sejarah Kickstarter setelah mendapatkan uang sebanyak 8.5 juta dollar, tetapi hal itu tetap tidak dapat menjamin bahwa Ouya akan sukses di pasaran. Ada beberapa alasan mengapa Ouya tidak dapat mengambil peran dalam persaingan konsol game, yaitu:

  1. Sedikitnya Original games untuk Ouya
    Konsol video games hidup matinya adalah berasal dari keanekaragaman game yang dimiliki. Ouya mempunyai banyak games yang bagus tetapi hanya sedikit sekali yang dibuat khusus untuk Ouya. Seperti contoh kalian dapat memainkan Angry Birds di ponsel android dan iphone dan tidak harus menggunakan Ouya, lalu game Final Fantasy 3 dimana game ini sudah dirilis untuk konsol Nintendo DS dari tahun 2006

  2. Pengiriman yang kacau
    Pada saat Ouya sudah siap dikirim, seharusnya para investor dan para pembeli pre-order dari device tersebut mendapatkan unit terlebih dahulu dibandingkan retailer atau konsumen umum. Namun kenyatannya sampai lewat 3 bulan dari jadwal yang seharusnya para konsumen prioritas mendapatkan konsol ouya ternyata mereka belum mendapatkannya, bahkan ternyata ada beberapa retailer yang sudah mendapatkan terlebih dahulu dibanding konsumen prioritas. Hal ini mulai membuat pandangan terhadap Ouya menjadi buruk

  3. Controller yang jelek
    Dari segi desain, controller Ouya memamng terlihat menarik dan keren, tetapi pada kenyataannya saat dipakai controller tersebut tidak seperti yang dibayangkan. Stik analog kurang presisi dan tombol yang seringkali tersangkut menjadi permasalahan yang sering ditemui. Selain itu untuk mengganti baterai pun tidak semudah yang sudah di iklan kan

  4. Redundancy
    Ouya memang sangat mudah untuk disambungkan ke TV, namun smartphone pun dapat melakukan hal yang sama tanpa harus terlalu sulit. Hanya dengan bermodalkan HDMI Adapter dan Android controller maka konsumen pun dapat merasakan sensasi menggunakan Ouya. Bahkan dengan smartphone dirasa lebih mudah karena jika ingin bepergian konsumen hanya perlu mencabut Smartphonenya dari koneksi ke TV

sumber:
http://www.grabitmagazine.com/blog/post/reflecting-on-the-ouya-the-little-console-that-couldn%E2%80%99t/
https://www.tomsguide.com/us/ways-ouya-console-failed,review-1881.html

OUYA merupakan microconsole berbasis android yang proyeknya dimulai pada tahun 2012. Diawali sebagai sebuah proyek untuk mewujudkan suatu produk yang siap jual, OUYA memulai kampanye untuk melihat seberapa banyak orang yang tertarik dengan ide proyek ini.

CEO OUYA, Inc. mengatakan bahwa OUYA yang pada saat itu masih berupa purwarupa dengan perangkat lunak dan antarmuka yang masih dalam pengerjaan akan memiliki cip Nvidia Tegra 3 serta akan dibanderol dengan harga USD99.

Proyek ini didukung oleh Kickstarter yang menetapkan goal biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi OUYA secara massal dengan metode fundraising. Target yang ditetapkan dengan mudah tercapai dalam waktu 8 jam, rekor kinerja hari pertama terbaik dari proyek yang didukung Kickstarter.

Namun, pada April 2015, dilaporkan bahwa perusahaan OUYA akan dijual karena tidak mampu merenegosiasi hutang-hutangnya. Pada akhirnya Razer, Inc mengakuisisi semua karyawan dan aset konten milik OUYA.

Menurut saya, ketidaksiapan OUYA dalam menerima permintaan yang sangat luar biasa dalam waktu yang sangat singkat adalah sumber kegagalannya. Hal ini dikarenakan OUYA harus memenuhi hampir 65.000 konsol yang siap pakai dan didistribusikan kepada seluruh pemesannya. Sementara, purwarupa yang dimiliki oleh OUYA sendiri belum lah sempurna, terutama dengan perangkat lunak dan antarmuka yang “masih dikerjakan”.

Kenyataan bahwa jumlah pesanan yang sangat besar harus diimbangi dengan kecepatan pengembangan suatu produk yang bahkan belum memiliki purwarupa lengkap yang berfungsi sesuai dengan semua fungsionalitasnya merupakan tantangan yang pada akhirnya menjadi sumber kejatuhan produk ini.

Selain itu, ide untuk memberikan sistem operasi Android yang terkustomisasi khusus untuk OUYA juga justru memperpanjang daftar hal yang harus segera diselesaikan dalam pengembangan produk yang bahkan (ketika pertama kali ide proyeknya diluncurkan ke publik) belum masuk ke tahap pengujian.

OUYA sendiri juga bertekad untuk mengambil tempat di antara konsol tradisional dan mobile game dengan tetap mempertahankan jenis game yang ia rencanakan, yaitu game yang dapat dinikmati secara kasual (bukan untuk gamers, tapi untuk semuanya). Permasalahannya menurut saya adalah, para pemain yang bukan gamers tidak akan mau untuk membeli konsol permainan hanya untuk bermain permainan “sekali-duduk”. Bagi mereka yang bukan fans game, mobile games sudah sangat cukup mengakomodir keinginan mereka bermain game.

Untuk menguasai pangsa pasar konsol game secara global dibutuhkan strategi yang matang. Karena sebelumnya pangsa pasar game yang ada saat ini telah dikuasai oleh beberapa vendor kenamaan seperti sony playstation, xbox milik Microsoft dan Nintendo.

Dalam pengusaan pangsa pasar, ouya tidak dapat melakukannya karena berbagai aspek:

  1. Developer game
    Developer game pasti memiliki tujuan agar game yang dibuatnya dapat dikenal secara luas dan mendapatkan keuntungan dari penjualan game. Developer game melihat pangsa pasar konsol game mana yang paling menguntungkan. Sedangkan ouya merupakan produk baru yang berbasiskan Android yang memiliki pangsa pasar yang sedikit sehingga tidak banyak developer yang membuat game untuk ouya. Berbeda dengan konsol game yang telah lama berkecimpung di dunia gaming seperti playstation, xbox, dan nintendo. Mereka punya pangsa pasar yang luas sehingga developer lebih memilih untuk membuat game untuk konsol tersebut.

  2. Konsol vs PC gaming
    Sekarang dunia gaming cenderung lebih suka PC gaming dibandingkan konsol. Ada beberapa kelebihan yang ditawarkan oleh PC gaming seperti upgrade hardware untuk peningkatan performa, pemakaian alat untuk gaming yang lebih fleksibel seperti penggunaan mouse, joystick, maupun alat lain yang menyesuaikan dengan game yang dimainkan, dan adanya komunitas gaming pc yang kuat seperti steam. Berbeda dengan konsol yang tidak dapat di upgrade hardware-nya. Lalu konsol hanya menggunakan joystick untuk dapat memainkannya. Memang dikonsol saat ini ada komunitas namun, khusus untuk konsol ouya belum ada komunitas yang berkualitas seperti playstation.

  3. Spesifikasi hardware
    Konsol ouya memiliki spesifikasi hardware yang kurang baik untuk memainkan game saat ini. Dibandingkan dengan PlayStation 4 seperti CPU, ram, dan kapasitas penyimpanan, konsol ouya kalah telak.
    Perbandingan
    Playstation 4
    CPU = amd jaguar ber inti 8
    Ram = 8 GB
    Penyimpanan = 1 TB
    Ouya
    CPU = arm cortex ber inti 4
    Ram = 1 GB
    Penyimpanan = 8 GB