Apakah olahraga bisa mengurangi Depresi?

Depresi

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan, prevalensi gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia (gila) adalah 1,7% per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang (depkes, 2014).

Stres yang berkepanjangan bisa membuat semangat hidup redup, tidak nafsu makan, hingga merasa tidak berdaya mengontrol mood sedihnya. Kondisi ini memang tidak bisa hilang dengan sekejab, namun olahraga bisa membantu meringankannya.

Menurut anjuran Layanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris, kita direkomendasikan beraktivitas fisik selama 150 menit dalam sepekan. Tidak perlu yang terlalu berat, cukup melakukan jalan cepat, naik tangga, bersepeda atau berkebun.

Melakukan olahraga secara teratur untuk kebugaran merupakan salah satu cara terbaik untuk mengurangi stres). Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak dan meningkatkan kemampuan gerak. Seperti halnya makan, gerak (olahraga) merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya terus menerus, artinya olahraga sebagai alat untuk mempertahankan hidup, memelihara dan membina kesehatan, tidak dapat ditinggalkan seperti halnya makan.

Kusumawardhani (2009) mengatakan bahwa berolahraga teratur dapat membuat tubuh dan pikiran lebih tahan terhadap stres, bahkan depresi. Pasalnya, dengan melakukan olahraga yang cukup takarannya dapat meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh. Hormon ini dapat memperbaiki suasana hati, yang membantu mengatasi dan mencegah stres. Saat anda berolahraga, tubuh mengeluarkan beta-endorphins yang menangkal hormone stres yang menjalar ke tubuh, sehingga kita mendapati perasaan nyaman dan rasa senang sehabis
berolahraga.

Menurut Joko Susilo (2010) olahraga yang cukup dapat membantu mengurangi ketegangan anda. Berolahraga membantu anda lebih sehat, meningkatkan energi dan stamina anda, membuat pikiran lebih fresh, dan membuat tidur lebih pulas. Mereka yang secara fisik lebih aktif cenderung menyesuaikan diri lebih baik terhadap stres emosional dan mental serta lebih jarang menderita kelainan kepribadian, lebih kecilnya kecenderungan untuk menderita tukak (luka) lambung dan penyakit-penyakit lain yang berkaitan dengan stres mungkin juga karena kemampuan yang lebih baik untuk menyesuaikan diri terhadap stres psikis (Giam, C.K. Teh, K.C., 1993).

Banyak jenis olahraga yang bermanfaat untuk mencegah atau merendam stres, tidak perlu menghabiskan waktu berjam-jam di pusat kebugaran, anda bisa melakukan latihan aerobik yang murah dan efektif, seperti jalan kaki, jogging, lompat tali, bersepeda, berenang, dan lainnya. Tiga kali per minggu latihan aerobik 20 – 30 menit adalah porsi minimum untuk memperbaiki mood anda

Menurut Jonathan K dan Kathleen L.K. (1992) otot anda akan menjadi tegang bila anda menghadapi stres. Stres tersebut bisa dalam bentuk fisik maupun emosi. Ketegangan emosi pada otot terjadi bila otot anda dipenuhi dengan perasaan yang tidak dapat ditanggulangi, seperti kedukaan, frustasi yang terus-menerus, marah yang tersembunyi, dendam dan perasaan bersalah. Semua perasaan tersebut menghasilkan ketegangan di berbagai kumpulan otat. Ketegangan otot juga menyebabkan berbagai sakit kepala, sakit punggung, kaku leher, beberapa macam arthritis, dan gejala komplikasi lainnya.