Bagaimana metode belajar dalam Islam?

meode belajar dalam Islam

Belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai materi yang telah dipelajari.

Bagaimana metode belajar dalam pandangan Islam?

Metode Belajar dalam Islam


Dalam proses belajar, manusia menggunakan metode yang berbeda-beda. Terkadang mereka meniru dari apa yang diamatinya atau dari apa yang telah diajarkan oleh orang lain, dalam hal ini, mungkin orang tua, ataupun gurunya. Kalau diamati, pada anak-anak sering mereka belajar dari pengalaman dan coba-coba atau yang sering disebut dengan metode trial and eror. Tetapi ada pula belajar yang dilakukan dengan pemahaman intelektual. Lebih lanjut Utsman Najati menjelaskan bahwa, dalam belajar menurut Islam ada beberapa metode yang bisa dilakukan, antara lain, peniruan, pengalaman praktis (trial and error) dan berfikir.

  • Metode pertama

Dalam uraian lebih lanjut bahwa pada tataran peniruan, secara tidak langsung manusia selalu mengalaminya. Bahkan sejak kecil manusia selalu berusaha belajar tetapi dalam prosesnya, dilakukan dengan usaha meniru. Peniruan ini dilakukan dalam tahap bicara, berjalan, maupun kebiasaan-kebiasaan lainnya. Al-Qur’an telah menjelaskan contoh bagaimana manusia belajar lewat metode peniruan, dalam hal ini dicontohkan ketika Habil dan Qabil berseteru, ketika Habil terbunuh Qabil merasa perlu untuk menguburkannya, tetapi ia tidak tahu cara untuk menguburkan. Akhirnya Allah mengutus burung gagak untuk menggali kuburan bagi gagak lain.

“Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya, berkata Qabil: “Aduhai celaka Aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini” karena itu jadilah Dia seorang diantara orang-orang yang menyesal. (Q-S; alMaidah: 31).

Dalam hadits, Rasulullah bersabda: “ Ajarkanlah anakmu shalat ketika berumur tujuh tahun dan pukulah ia karena meninggalkan shalat ketika berumur sepuluh tahun. (HR. Tirmidzi). Al-Qur’an memuat ajaran, ibadah yang sekiranya masih perlu penganalisaan lebih lanjut sehingga umat islam mampu memahami ajaran tersebut. Allah mengutus Rasul-Nya untuk menjelaskan isi al-Qur’an tersebut sehingga umat islam dapat memahaminya. Rasul sebagai suri tauladan member contoh-contoh ibadah yang tidak diterangkan oleh al-Qur’an secara rinci.
“Sesungguhnya telah ada pada diri rasulullah itu suri tauladan yang baik bagi kamu yaitu bagi orangorang yang mengharap (rahmat) Allah (kedatangan) hari kiamat dan banyak mengingat Allah” (Q-S. Al Ahzab).

  • Metode kedua

Adalah dengan menggunakan pengalaman praktis, Trial and error. Segala kegiatan yang dilakukan manusia tentunya telah menghasilkan sesuatu pengalaman hidup baginya. Secara tidak sadar hasil pengalaman itu merupakan hasil belajar yang
telah dilakukan. Dalam kehidupan manusia selalu menghadapi berbagai situasi dan peristiwa-peristiwa. Tentunya tidak semua manusia mau menghadapi peristiwa tersebut. Maka manusia mencoba untuk menyelesaikan dengan memberi respon terhadap peristiwa tersebut untuk mengatasi jalan keluarnya. Pada metode kedua ini adalah mencoba dan gagal, sebagai usaha untuk mencari jalan keluar. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat selesai dengan sempurna. Hal ini sesuai dengan Hadits Nabi SAW “kamu lebih tau tentang urusan duniamu”. Dari Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa manusia berhak untuk membuat dan mencoba sesuai dengan respon yang ada, atau bahkan membuat respon baru. Al-Qur’an sendiri mengisyaratkan hal tentang itu.
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. (Q-S; Ar-Rum; 7). Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat-ayat itu, bahwa kebanyakan orang-orang tidak mempunyai pengetahuan kecuali tentang dunia, penghidupan dan masalah-masalahnya, dan apa yang ada di dalamnya mereka sungguh-sungguh cerdik dan pandai dalam mengeksploitasi dan mengelola sumber alam.

  • Metode ketiga

adalah belajar adalah berfikir. Sebenarnya dengan jalan berfikir manusi dapat belajar dengan cara untuk mencari jalan keluar dari problem-problemnya,selain itu dapat mengungkapkan dan menganalisa berbagai peristiwa, serta dapat menyimpulkan sehingga menemukan teori baru. Sistem belajar dengan metode berfikir bisa dalam
bentuk berdiskusi, dan meminta pendapat dari para ahli adalah salah satu faktor yang dapat memperjelas pemikiran. Al-Qur’an sendiri telah mendorong dan memperjelas konsep tersebut dengan ayat yang menjelaskan tentang musyawarah : Dan musyawarahlah dengan mereka dalam urusan bersama”. (Q-S. Ali Imran [3]: 159). Pada dasarnya metode musyawarah atau berdiskusi adalah upaya untuk mempertajam daya fikir agar kemampuan intelek manusia semakin berkembang dan berkualitas. Jadi ketiga metode yang diterapkan oleh Islam (al-Qur’an) adalah berupa fase-fase yang harus ditempuh dalam proses belajar Segala aspek (kognitif, afektif dan psikomotorik) adalah kesatuan yang integral, maka ketiganya semakin terlibat dalam proses belajar melalui ketiga metode tersebut.