Bagaimana menurut anda terkait dengan Transgender?

Istilah-istilah dalam Transgender menurut Eli R. Green dari Center for Human Sexuality Studies di Widener University, Pennsylvania, dan Luca Maurer dari Center for Lesbian, Gay, Bisexual & Transgender Education, Outreach, and Services di Ithaca College, New York.

Mereka berdua adalah penulis buku The Teaching Transgender Toolkit.

Agender: Menggambarkan orang yang tidak mengidentifikasikan bahwa dirinya memiliki identitas gender yang bisa dikategorikan sebagai pria atau wanita atau yang mengidentifikasikan bahwa dirinya tak memiliki identitas gender.

Androgynus/Androgini: Kombinasi dari ciri-ciri khas maskulin dan feminin atau merupakan ekspresi gender yang nontradisional.

Sisgender (cisgender): Istilah untuk menggambarkan orang yang identitas gendernya cocok dengan jenis kelamin biologis yang dinyatakan bagimereka saat lahir. (Kadang kala disingkat menjadi “sis.”)

Gender Binary/Binari gender: Gagasan bahwa gender merupakan pilihan mutlak satu dari antara dua, laki-laki/pria/maskulin atau perempuan/wanita/feminin, berdasarkan jenis kelamin yang dinyatakansaat lahir, dan bukan sebuah rentang atau spektrum dari identitas dan ekspresi gender. Binari gender dianggap membatasi dan problematik bagi mereka yang tidak tepat cocok dalam kategori satu di antara dua tadi.

Gender conforming: Orang yang ekspresi gendernya konsisten dengan norma budaya yang diharapkan dari gender itu. Menurut norma-norma ini, pria dan anak laki-laki adalah atau seharusnya maskulin, sedangkan wanita dan anak perempuan adalah atau seharusnya feminin. Tidak semua sisgender merupakan orang yang akur gender, dan tidak semua orang transgender merupakan orang yang tak akur gender. ( Contohnya, seorang wanita transgender bisa saja memiliki ekspresi gender yang sangat feminin.)

Gender dysphoria: Diagnosis medis bahwa seseorang adalah transgender sebagaimana didefinisikan oleh Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi kelima (DSM-5), yang dikeluarkan oleh the American Psychiatric Association. Masuknya disforia gender sebagai sebuah diagnosis dalam DSM-5 merupakan hal kontroversial dalam komunitas transgender karena hal itu menyiratkan bahwa menjadi transgender merupakan penyakit mental dan bukan identitas yang valid. Akan tetapi, karena diagnosis resmi umumnya dibutuhkan agar dapat menerima atau menyediakan pengobatan di Amerika Serikat, hal ini membuka akses bagi perawatan medis untuk sejumlah orang yang biasanya tidak bisa menerimanya.

Gender expression/Ekspresi gender: Tampilan gender yang terlihat dari luar pada diri seseorang, biasanya terdiri dari gaya pribadi, pakaian, gaya rambut, riasan, perhiasan, gaya bicara, dan gerak-gerik. Ekspresi gender secara khasdikategorikan menjadi maskulin, feminin, atau androgini. Semua orang mengekspresikan suatu gender. Ekspresi gender bisa sesuai dengan identitas gender seseorang atau bisa juga tidak.

Genderfluid: Seseorang yang identitas atau ekspresi gendernya berpindah-pindah antara pria/maskulin dan wanita/feminin atau berada di suatu tempat di antara spektrum ini.

Gendery Identitiy/Identitas gender: Sebuah perasaan internal dan amat terpatri dalam diri seseorang tentang siapa dia sebagai seseorang yang bergender; gender yang dipakai untuk mengidentifikasi diri sendiri.

Gender marker/Penanda gender: Istilah (laki-laki, perempuan, atau lainnya) yang ada dalam catatan resmi seseorang, seperti akta kelahiran atau SIM. Penanda gender dalam dokumen seorang transgender adalah jenis kelamin yang dinyatakan baginya saat lahir kecuali mereka mengubahnya secara resmi, di wilayah dunia yang memperbolehkan hal tersebut.

Gender nonconforming: Orang yang ekspresi gendernya dianggap tidak konsisten dengan norma-norma budaya yang diharapkan dari gender tersebut. Secara spesifik, pria atau anak laki-laki tidak “cukup maskulin” atau dianggap feminin, sementara wanita atau anak perempuan tidak “cukup feminin” atau dianggap maskulin. Tidak semua orang transgender merupakan orang yang tak akur gender, dan tidak semua orang tak akur gender mengidentifikasikan diri sebagai transgender. Orang sisgender bisa juga tak akur gender. Orang sering kali tertukar secara tidak akurat antara ketidakakuran genderdengan orientasi seksual.

Queergender: Orang yang identitas gendernya bukan pria maupun wanita, di antara atau melampaui gender, atau merupakan kombinasi dari gender-gender.

Interseks: Kategori yang menjabarkan orang dengan gangguan perkembangan seksual atau disorder of sexual development (DSD), suatu susunan reproduktif, genetik, genital, atau hormonal yang menghasilkan tubuh yang sering kali tidak dapat dengan mudah dikategorikan sebagai laki-laki atau perempuan. Orang sering tertukar antara interseks dan transgender, namun kedua hal ini amat berbeda. Istilah yang lebih dikenal umum, hermafrodit, dianggap sudah kuno dan kasar.

LGBTQ: Akronim yang dipakai untuk menyebut individu atau kelompok lesbian, gay, biseksual, transgender, queer, dan/atau yang terkait. LGBTQ bukanlah sinonim untuk “nonheteroseksual,” karena istilah tersebut menyiratkan bahwa transgender merupakan orientasi seksual. Varian istilah ini di antaranya LGBT dan LGBQ.

Nonbinari: Spektrum identitas dan ekspresi gender, sering kali berdasarkan penolakan terhadap asumsi binari gender bahwa gender adalah pilihan mutlak dari satu di antara dua, yakni laki-laki/pria/maskulin atau perempuan/wanita/feminin, berdasarkan jenis kelamin yang dinyatakan saat lahir. Istilah lain yang juga dipakai adalah “agender,” “bi-gender,” “genderqueer,” “cair gender,” dan “pangender.”

Kata ganti orang: Kata ganti orang yang mendukung keadaannya merupakan kata ganti paling tepat dan paling menghargai orang yang dimaksud sebagaimana yang didefinisikan oleh orang itu sendiri. Lebih baik tanyakan terlebih dahulu kata ganti orang apa yang ia gunakan. Selain kata ganti orang dalam Bahasa Inggris yang telah dikenal seperti “he,” “she,” dan “they,” kata ganti orang nongender yang baru diciptakan di antaranya adalah “zie” dan “per.”

Puberty Suppression: Proses medis yang menghentikan untuk sementara perubahan hormonal yang mengaktifkan pubertas dalam diri remaja muda. Hasilnya adalah penundaan disengaja terhadap perkembangan karakteristik seksual sekunder (seperti pertumbuhan payudara, pembesaran testis, kumis dan jenggot, penyebaran ulang lemak tubuh, perubahan suara). Supresi/penahanan ini memberi lebih banyak waktu untuk mengambil keputusan tentang intervensi hormon dan dapat mencegah meningkatnya disforia yang sering kali menyertai pubertas kaum muda transgender.

Queer: Istilah yang memayungi orang-orang yang bukan heteroseksual dan/atau sisgender. Istilah ini dalam sejarahnya digunakan sebagai hinaan; ada orang yang mengklaim ulang kata ini sebagai kata yang memberi dukungan, ada pula yang masih menganggapnya sebagai kata yang merendahkan.

Orientasi seksual: Rasa ketertarikan seseorang terhadap orang lain. Seseorang bisa tertarik dengan orang berjenis kelamin sama, lawan jenis, kedua jenis, atau dengan tanpa referensi seks atau gender. Ada orang-orang yang tidak mengalami ketertarikan seksual dan bisa jadi mengidentifikasi diri sebagai aseksual. Orientasi seksual adalah tentang ketertarikan terhadap orang lain (eksternal), sementara identitas gender merupakan rasa tentang diri sendiri yang sangat tertanam dalam benak (internal).

Transgender: Kadang kala disingkat menjadi “trans,” suatu kata sifat yang dipakai untuk menjabarkan orang yang identitas gendernya tidak sesuai dengan jenis kelamin biologis yang dinyatakan baginya saat lahir. Kata ini dapatdigunakan bagi satu rentang identitas, termasuk anak-laki-laki dan pria transgender – orang yang mengidentifikasi diri sebagai anak laki-laki atau pria tetapi dinyatakan sebagai perempuan saat lahir – serta anak perempuan dan wanita transgender – orang yang mengidentifikasi diri sebagai anak perempuan atau wanita tetapi dinyatakan sebagai laki-laki saat lahir.

Transseksual: Ini merupakan istilah lebih lawas yang digunakan bagi orang transgender yang melakukan intervensi hormonal atau pun operasi untuk mengubah tubuh mereka agar lebih sejalan dengan identitas gender mereka ketimbang dengan jenis kelamin yang dinyatakan bagi mereka saat lahir. Meskipun kata ini masih digunakan sebagai label identitas bagi sebagian orang, “transgender” telah menjadi istilah pilihan yang umum.

Secara etimologi transgender berasal dari dua kata yaitu “trans” yang berarti pindah (tangan; tanggungan); pemindahan dan “gender” yang berarti jenis kelamin.

Istilah lain yang digunakan dalam operasi pergantian kelamin ialah “transseksual” yaitu merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris. Disebut transseksual karena memang operasi tersebut sasaran utamanya adalah mengganti kelamin seorang waria yang menginginkan dirinya menjadi perempuan.

Sedangkan secara terminologi transgender atau transseksual diartikan dengan suatu gejala ketidakpuasan seseorang karena merasa tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik dan kelamin dengan kejiwaan, atau adanya ketidakpuasan dengan alat kelamin yang dimilikinya. Beberapa ekspresi yang dapat dilihat ialah bisa dalam bentuk dandanan (make up), gaya dan tingkah laku, bahkan sampai kepada operasi penggantian kelamin.

Pada dasarnya transgender atau transeksual diakibatkan oleh dua faktor, yaitu : faktor bawaan (hormon dan gen) dan faktor lingkungan.

  • Faktor bawaan (hormon dan gen) yaitu lemahnya rangsangan pembentukan jenis kelamin.
  • Faktor lingkungan di antaranya ialah perubahan dalam keadaan biologik sekelilingnya seperti pendidikan yang salah pada masa kecil dengan membiarkan anak laki-laki berkembang dalam tingkah laku perempuan, pada masa pubertas dengan homoseksual yang kecewa dan trauma, trauma pergaulan seks dengan pacar, suami atau istri.

Hal-hal ini dapat mengakibatkan differensiasi yang tidak sempurna dari tingkat yang ringan sampai yang berat.

Perlu dibedakan penyebab transseksual kejiwaan dan bawaan. Pada kasus transgender karena keseimbangan hormon yang menyimpang (bawaan), menyeimbangkan kondisi hormonal guna mendekatkan kecenderungan biologis jenis kelamin bisa dilakukan.

Sehingga, terkait dengan pertanyaan transgender, maka sebaiknya kita memahami terlebih dahulu permasalahan mereka sehingga mereka merasa perlu untuk melakukan transgender. Kita tidak bisa memvonis pelaku transgender harus selalu salah.

Bagi saya, yang dipersalahkan adalah mereka yang sebenarnya normal karena tidak memiliki kelainan genetikal maupun hormonal dan memiliki kecenderungan berpenampilan lawan jenis hanya untuk memperturutkan dorongan kejiwaan dan nafsu.

Sungguh susah seseorang mengetahui kondisi kejiwaan, apalagi hawa nafsu seseorang hanya dari penampilan luarnya saja. Butuh seorang ahli, psikolog atau psikiater untuk mengetahui secara detail, apa penyebab mereka ingin melakukan transgender.

Di negara maju, orang-orang yang ingin melakukan transgender “dipaksa” untuk berkonsultasi terlebih dahulu kepada psikolog atau psikiater untuk mengetahui penyebabnya. Apabila memang karena kelainan hormonal maka direkomendasikan untuk melakukan operasi transgender.

Tetapi apabila karena masalah kejiwaan, maka para psikolog dan psikiater wajib untuk berusaha menyembuhkan mereka agar kembali normal.