Bagaimana Menjaga Kesehatan Mental Keluarga ditengah Pandemi?

rahma dictio

Kata Mental berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai pengertian sama dengan Psyche artinya Psikis, jiwa atau kejiwaan. Kata mental juga diambil dari Bahasa Latin yakni dari kata Mens atau Metis yang memiliki arti jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat. Dengan demikian mental ialah hal-hal yang berkaitan dengan Psycho atau kejiwaan yang dapat mempengaruhi perilaku individu. Setiap perilaku dan ekspresi gerak-gerik indivdu merupakan dorongan dan cerminan kondisi (Suasana) mental.

Menurut World Health Organization kesehatan mental adalah keadaaan kesejahteraan dimana setiap individu menyadari potensi mereka sendiri, dapat mengatasi tekanan yang normal dalam kehidupan, dapat berfungsi secara produktif dan bermanfaat, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitas mereka.

Mental yang kuat sangat dibutuhkan dalam keadaan dan situasi yang dihadapi dalam kehidupan, apalagi dengan keadaan pandemi seperti sekarang ini. Pandemi artinya epidemi penyakit yang menyebar di wilayah yang luas beberapa benua atau seluruh dunia. Indonesia terdampak wabah yang pertama kali di temukan di Wuhan China pada bulan desember 2019. Kasus covid yang terus meningkat setiap harinya tercatat data real time pukul 01.13 GMT pada jumat [24/4/2020] ada sejumlahh 2.718.139 total kasus di seluruh dunia. Pasien dalam perawatan 1.782.004 pasien kondisi ringan 1.723.325 pasien dalam kondisi serius 58.679 pasien dan ada sejumlah pasien meninggal dunia.

Dalam mengahadapi situasi sulit seperti sekarang ditengah Pandemi, maka kesehatan mental amat sangat diperlukan dalam menghadapinya, akibat dari Pandemi banyak orang yang terpengaruh dan terjangkit kepanikan dalam mengahadapi Covid-19. Mereka merasaan ketakutan, kegelisahan dan trauma. kepanikan yang berlebihan sehingga lupa akan waspada yang seharusnya selalu diupayakan. Jika masyarakat Indonesia merasakan aman di bulan Januari–Februari belum ada himbaun apa-apa dari pemerintah, Indonesia merasa aman dengan iklim tropis yang dimiliki, namun semua semakin buruk ketika ditemukan kasus 3 maret Positif Covid-19 pertama di .

Mental yang dimiliki masyarakkat Indonesia sudah baik namun kurangnya kesiapan dalam mengahdapi covid-19 menjadikan respon berbeda pada setiap individu penulis temukan banyak kebijakan pemerintah menjadikan masyarakat stree dalam mengadapi kondisi Pandemi Covid-19, penulis dapati stree yang dialami oleh mahasiswa yang harus mempersipakan perkuliahan dan tugas akhir secara daring [online] kerepotan yang dihadapi mahasiswa seperti gangguan jaringan internet, respon lambat dari pengajar dan yang dialami ibu muda yang terbiasa di kantor selama 6-8 jam, ketika lookdown mereka mengurus anak 24 jam dirumah. kepala keluarga yang di Pemutusan Hubungan Kerja [PHK] ketidaksiapan mental tumpah ruah dirumah. peraturan pemerintah dalam memberlakukan lookdown diseluruh Indonesia bahkan dunia ditengah keadaan pandemi dapat menganggu kesehatan mental jika tidak mampu mengendalikan diri. masyarakat harus beradaptasi secara extra.

Keadaan mental jika tanpa persiapa yang baik sangat terganggu dengan perubahan keadaaan secara drastis. tetap dirumah saja bukan semakin menumbuhkan cinta malah berakibat petaka bagi sebagian orang. World Health Organization melaporkan perempuan mengalami kekerasan fisik, seksual, reproduksi dan mental dan PBB mencatat 1 dari 3 perempuan pernah menjadi korban kekerasan fisik maupun seksual, yang biasanya dilakukan oleh pasangannya.

Setiap manusia memiliki mental yang perlu dijaga dan dipertahankan untuk selalu berada dalam keadaan sehat, jangan pernah khawatir dengan keadan hidup ditengah pandemi, pasti setiap orang memiliki masalahnya sendiri terhadap keadaan yang dialami dan juga terhadap gangguan mental. Menurut Howie Mandel

Tidak ada diluar sana yang tidak memiliki masalah mental, apkah itu depresi, kecemasan, atau bagaimana mengatasi hubungan.”

Keluarga bagaikan satu sistem atau unit (seperti mesin mobil) orangtua menjadi poros sistem tersebut. Ada kelurga yang menjadi pelampiasan kemarahan, kecemasan, ketakutan dan khawatiran yang berlebih bahkan menjadi korban yang berujung secara psiki dan fisik. Namun Keluarga adalah satu satunya tempat kembali, keluarga menjadi solusi terbaik dalam memberikan kesembuhan dalam diri sesorang, jika kesehatan fisik saja selalu dijaga, jika sakit selalu mendukung untuk sembuh begitu juga dengan keadaan sulit ditengan Pandemi Covid-19. Semua bisa diatas bersama.

Bagaiamana menjaga kesehatan mental keluarga ditengah Pandemi Covid-19?

  1. Meditasi Emosi
    meditasi merupakan latihan mental untuk memfokuskan kesadara atau perhatian dengan cara nonanalisis melalui meditasi ini, seseorang dapat meredam atau mereduksi emosinya. Lakukan meditasi rutin bisa secara individu atau bersama dengan keluarga namun tetap memastikan tingkat ketenangan satu dengan yang lainya sehingga tidak merasa terganggu dan tujuan dari meditasi dapat terealisasikan.

  2. Kelola kecemasan, rasa takut dan kekhwatiran yang berlebih bersama keluarga
    Mengelola kecemasan, rasa takut dan khawatiran yang berlebihan dengan cara tarik nafas yang dalam dan ucapkan kata Astagfirullahal adzim ini adalah cara yang diberikan dr. Aisyah Dahlan dalam pengolahan emosi dan kecemasan, semua itu terjadi ketika keadaan tidak sesuai dengan ekspetasi atau harapan. Semuanya akan terkelola dengan baik rasa cemas dapat menjadi baik jika dikelola dengan sangat apik! Mengapa bisa? tentu saja bisa
    ketika seseorang panik memikirkan masa depannya karena Pandemi Covid -19 tentu saja ia akan memikirkan hal-hal baik untuk menghadapinya dihari esok, penanganan kecemasan yang baik ini bisa memberikan energi positif atau hal positif. Menurut Jessica Moore

    “Ketika Kecemasan Seimbang, itu membantu kita berpikir ke depan ke masa depan, membuat rencana dan terorganisir”

  3. Menjaga komunikasi dalam keluarga
    Komunikasikan semua hal pada pasangan, dan anggota keluarga jika anda laki-laki sampaikan semua kegelisan pada istri sehingga istri tahu kesulitan yang anda hadapi dan menerima serta memaklumi kesulitan tersebut, terkadang istri bisa memberikan solusi diluar nalar suami dan ternyata bisa diaplikasikan dengan baik namun kesalahan yang sering terjadi suami enggan menceritakan sehingga istri merasa tidak dihargai. Jika anda adalah perempuan ceritakan keluah kesah anda pada suami minta suami mendengarkan sekian menit, permasalahan yang anda hadapi. bagi istri sudah didengarkan tanpa suami memberikan solusi apa-apa untuk istri itu sudah lebih dari cukup membuat keadaan hatinya menjadi tenang serta merasa aman. Menurut Fierasa Besari

    “Komitmen berarti komunikasi. Komitmen berati mementingkan satu sama lain diatas ego kita sendiri”

  4. Menerima Keadaan Sulit Bersama
    Bayangkan jika seandainya kesulitan hanya dipikirkan oleh satu orang yakni kepala keluarga mungkin ia akan marah-marah dan cemas serta bingung mengadapai masalah, sekali lagi penulis katakan bahwa keluarga adalah tempat ternyaman dan tenang untuk kembali dikala hati merasakan kehancuran, kekecewaan, dan kebingungan. Maka dari itu anggota keluarga perlu menerima keadaan sulit bersama ditengah pandemi, dengarkan isi hatinya, tenangkan jiwanya dengan kata-kata penerimaan yang baik, bahwa semua ini adalah kehendak sang Maha Pencipta, kesulitan ini akan berlalu dan akan ada kemudahan dikemudian hari, satu lagi bukan hanya kita yang merasakan kesulitan tapi seluruh belahan dunia sedang mengalami kesulitan dan penderitaan yang sama. Penerimaan terbaik dalam menghadapi kesulitan serta cari kesempatan atau peluang terbaik yang bisa diambil atau dilakukan bersama dengan anggota keluarga. Menurut Albert Einstein

    “Di tengah kesulitan terdapat kesempatan”

  5. Berpikir Positif dengan Harapan Bersama
    Mari berpikir positif satu anggota keluarga dengan anggota keluarga lainya sehingga tercipta keadaan mental yang sehat dan kondusif, jika hidup ini hanya dipikirkan untuk hal-hal negative amat sayang daya pikir manusia, coba cari tahu hal positif yang bisa diambil dari kesulitan ketika Pandemi Covid-19, pikirkan peluang apa saja yang tercipta ketika Pandemi ini melanda. Jika masih belum ditemukan hal postif terus pikirkan dan gali terus sehingga tercipta kebahagian dari kesulitan dan penderitaan yang sedang dunia alami. Menurut Aristoteles

    “Penderitan menjadi Indah ketika seseorang menghadapi kesulitan besar dengan keceriaan, tidak dengan keterpurukan tapi dengan kebesaran pikiran”

    Jika sudah menemukan pola pikir positif hal terbaik dalam berpikir ciptakan harapan-harapan indah dalam kehidupan, sehingga semakin kuat dan bertumbuhlah keadaan mental diri sendiri. Menurut Srephanie Garber

    “Harapan adalah hal yang kuat”

    Perbaharui terus harapan demi harapan dalam kehidupan ini sehingga kita terus dapat hidup dan berkembang dalam semua aspek kehidupan ini. Menurut Hal Lindsay

    “Manusia dapat hidup 40 hari tanpa makan, sekitar 3 hari tanpa air, sekitar 8 menit tanpa udara tapi mati bila 1 detik tanpa harapan.”

    Cara terbaik dalam menjaga kesehatan mental adalah dengan selalu kembali pada keluarga sebagai pendukung dan kembali berharap dalam sekala besar atau kecil hanya kepada Maha Pencipta Sebagai pemiliki kehidupan. QS. Al-Insyirah : 8

    “Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”

  6. Mendekatkan diri pada Sanga Maha Pencipta
    Lakukan ibadah sesuai ketentuan agama perbanyak jumlahnya, perbaiki setiap ritual ibadah dengan penuh kekhusuan, berdoa mohon ketenangaan hati jiwa dan pikirkan penuh optimisme

Menjaga diri dari segala hal yang membahayakan diri semoga selalu diupayakan secara maksimal. Menjaga kesehata mental semoga menjadi hal penting dalam setiap individu dan dalam hubungan keluarga, semoga selalu produktif dan menebar hal postif.

#kesehatanmental
#mentalkelurga
#tetapdirumaaja
#prduktifdengantulisan
#BawaPerubahanlewattulisam

sekian

Sumber:

1 Like