Bagaimana Menjaga Kesehatan Mental Anak di Masa Pandemi?

sfh

“Masa sekolah merupakan masa yang paling indah” merupakan pernyataan yang sering kita jumpai. Namun, adanya COVID-19 yang melahirkan protokol kesehatan pakai masker, jaga jarak, dan sering cuci tangan telah mengubah mekanisme sekolah secara drastis. Sebuah perubahan yang terjadi dan mengundang pertanyaan besar bagi anak-anak tentang mengapa mereka tidak bisa lagi datang ke sekolah. Keseharian belajar di sekolah, keseharian bertemu dan bermain dengan teman-temannya, keseharian keluar rumah untuk datang dan pergi dari rumah ke sekolah, hal itu menjadi sirna seketika.

Menurut data dari Save The Children, selama pandemi anak-anak kehilangan kesempatan bermain di sekolah bersama teman-temannya. Sekitar 60 juta siswa belajar di rumah sehingga ada perubahan pola perilaku karena dipaksa untuk bisa beradaptasi dengan perubahan yang begitu cepat. Situasi demikian yang berpengaruh pada emosi dan kejiwaan anak-anak karena mereka harus memikirkan banyak hal. Ketidakpastian hari esok, kecemasan mengenai kesehatan diri dan keluarga, karantina di rumah, dan pembelajaran jarak jauh. Hal ini juga diperparah dengan penggunaan gawai atau gadget secara terus-menerus dalam rangka kegiatan pembelajaran jarak jauh yang bisa menyebabkan dampak buruk pada kesehatan. Selain itu, suasana jauh dari teman dan guru membuat anak cenderung menjadi pasif dan jenuh hingga bisa berakibat hilangnya motivasi belajar.

Bagi kalian para mahasiswa yang juga terkena dampak dari pandemi ini, atau mungkin sebagian dari kalian punya saudara/kerabat yang masih anak-anak, gimana sebaiknya untuk bisa menjaga kesehatan mental mereka? Apa yang sekiranya bisa dilakukan untuk bisa “menyelamatkan” masa sekolah mereka?

Sumber

Menjaga Kesehatan Mental Anak di Masa Pandemi

Kesehatan Mental adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar dengan perasaan bahagia. Pandemi Covid-19 sudah berlangsung lebih hampir 2 tahun, dan kejadian ini menimbulkan banyak sekali gangguan kesehatan bagi masyarakat. Kondisi ini terutama mengganggu kesehatan anak-anak.
Penelitian yang dilakukan Smantha Brooks pada pertengahan Juni 2020 menemukan, post-traumatic stress symptom (PTSS) meningkat kepada anak-anak sebesar 28-34%, dan tercatat 20% dari subyek penelitian tersebut bahkan mengalami ketakutan saat menjalani karantina di rumah.
Beragam masalah kesehatan mental pun bermunculan, seperti depresi, kehilangan mood, mudah tersinggung, insomnia, hingga kelelahan secara emosi. Apabila hal tersebut tidak diatasi secara serius tentu akan memunculkan masalah serius bagi perkembangan anak pada masa depan.
Ketty Murtini, Psikolog dari Biro Psikologi Metafora Purwokerto, seperti dikutip dari Merdeka.com edisi 30 Juni 2020, mengatakan, penting bagi orang tua untuk menjaga kesehatan mental anak agar mereka tetap merasa nyaman dan bahagia.
Menurut dia, perlu peran aktif orang tua untuk mengatasi masalah itu. Hanya saja, para orang tua juga perlu memastikan dirinya juga sehat mental dan bahagia sehingga pada akhirnya dapat menularkan rasa positif tersebut kepada anak-anak mereka.
Beberapa faktor untuk mejaga kesehatan mental anak :

  • Selalu temani anak agar mereka tidak merasa kesepian.
  • Hilangkan kecemasan terhadap virus covid supaya tidak menakuti anak
  • Ajak anak melakukan rutinitas seperti biasa
  • Awasi anak-anak anda untuk tetap menjaga kesehatan
  • Bantu anak tetap terhubung dengan teman-temannya
Summary

Pentingnya Jaga Kesehatan Mental Anak di Tengah Pandemi

Pandemi Covid-19 telah menyebabkan gangguan besar dalam kehidupan sehari-hari anak mulai dari bagaimana mereka bermain hingga belajar. Anak-anak harus beradaptasi dengan pembelajaran jarak jauh dalam waktu yang cukup lama. Penutupan sekolah selama masa pandemi bukan hanya berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran tapi juga kesehatan mental anak. Gangguan kesehatan mental pada anak-anak umumnya didefinisikan sebagai keterlambatan atau gangguan dalam mengembangkan pemikiran, perilaku, keterampilan sosial, atau pengaturan emosi yang sesuai dengan usia mereka. Masalah-masalah ini membuat stres anak-anak dan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi dengan baik di rumah, di sekolah, atau dalam situasi sosial lain.

Untuk menjaga kesehatan mental anak selama masa pandemi dan pembelajaran jarak jauh ada beberapa cara seperti :

  • Berikan anak lebih banyak perhatian selama masa pandemi COVID-19.
  • Lebih sering ajak anak berbicara.
  • Dengarkan keluhan dan pendapat anak.
  • Libatkan anak dalam berdiskusi untuk menyusun agenda selama pandemi.
  • Dampingi anak bermain dan belajar, termasuk ketika pembelajaran jarak jauh atau online.
  • Beri kesempatan anak untuk istirahat atau time-out yang sesuai.
  • Tetap lakukan aktivitas fisik yang cukup.

Situasi di tengah pandemi COVID-19 mempengaruhi banyak hal, termasuk kesehatan mental anak. Anak-anak harus beradaptasi dengan sistem pembelajaran sekolah daring dalam waktu yang cukup lama. Kondisi tersebut bukan hanya berpengaruh pada kualitas pembelajaran, tapi juga kesehatan mental anak. Pentingnya peran orang tua dalam menjaga kesehatan mental seorang anak menjadi faktor penentu kualitas mental emosional anak tersebut. Menurut sumber yang say abaca, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan mental anak saat pandemic :

  1. Jaga komunikasi yang baik
    Menjaga komunikasi yang baik penting untuk mengatasi stres pada anak. Anak ingin merasa dekat dengan orang tuanya ketika mereka memiliki masalah dan perlu berbicara. Membaca situasi dan merespons dengan tepat adalah cara terbaik agar komunikasi tetap berjalan lancar.
  2. Mendengarkan pendapat dan keluhan anak
    Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, mendengarkan pendapat dan keluhan anak bisa membantu orang tua mengetahui apa yang sebenarnya mereka rasakan, meski pendapat mereka tak harus Anda setujui sepenuhnya. Hal tersebut menunjukkan kepedulian Anda terhadap anak sehingga mengurangi tingkat kecemasan yang mereka rasakan.
  3. Berikan banyak perhatian
    Memberi perhatian ekstra merupakan salah satu cara menjaga kesehatan mental anak selama pandemi. Beri perhatian dan kasih sayang sehingga mereka selalu merasa dicintai. Coba fokus mendengarkan apa yang mereka katakan. Bila perlu, hentikan sejenak aktivitas yang sedang Anda lakukan untuk memperhatikan anak dengan baik.
  4. Dampingi anak
    Meski kegiatan banyak dilakukan di rumah, pastikan Anda tetap mendampingi mereka selama beraktivitas. Dampingi anak saat belajar daring selama pandemi dan bantu mereka jika mengalami kesulitan. Model pembelajaran daring atau jarak jauh membuat durasi anak menatap layar perlu diperhatikan. Dampingi anak termasuk ketika mereka menghabiskan waktu bermain game atau menonton video di depan layar.
  5. Menjaga rutinitas
    Walaupun kegiatan berkurang selama pandemi, tetap pastikan untuk menjaga rutinitas anak selama di rumah. Hal ini penting untuk menjaga kesehatan mental anak dan mencegah stres yang mungkin dialami anak selama pandemi. Cari cara agar anak memiliki aktivitas di rumah yang membuat mereka tetap ceria dan bersemangat. Sediakan waktu bermain bersama anak. Anda juga bisa menjadwalkan olahraga bersama di rumah secara rutin untuk menjaga kesehatan.
  6. Menjadi contoh yang baik
    Cara mengatasi stres pada anak selama pandemi selanjutnya ialah menjadi role model yang baik. Contoh yang bisa Anda berikan misalnya mengajarkan kepada anak bagaimana cara menjaga kesehatan dengan rajin mencuci tangan, makan makanan bergizi, olahraga secara teratur di rumah atau melakukan hobi yang menyenangkan bersama anak.
Summary

Rumah Sakit dengan Pelayanan Berkualitas - Siloam Hospitals

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan dalam lingkup keluarga untuk membantu menjaga kesehatan mental anak. Adapun hal tersebut adalah dengan mengurangi asupan berita, dan lebih banyak bercerita.

Membaca informasi atau berita memang diperlukan, namun jangan sampai hal itu membuat cemas. Terlalu banyak mengonsumsi berita dengan topik tertentu dapat membuat kesehatan mental juga terganggu. Makanya dalam hal ini, hanya perlu membaca 1-2 berita setiap harinya dari sumber yang terpercaya agar kesehatan mental tetap terjaga.

Kemudian jika anak merasa tidak nyaman pada hal tertentu dan sudah ditahap mengganggu aktivitasnya, kita supaya bisa membuka diri agar anak mau berbagi ceritanya. Dengan berbagi cerita, anak akan merasa lega dan setidaknya suasana hati akan menjadi lebih tenang. Dan tugas kita adalah menjadi wadah curahan ceritanya tanpa menjudge anak, karena sebagian anak enggan cerita kepada orang tuanya karena takut dijudge.

Summary