Menurut Allport (1951) dalam kutipan Sumadi Suryabrata bahwa pribadi yang telah dewasa itu pada pokoknya harus memiliki komponen- komponen seperti di bawah ini (Suryabrata, 1998:204). Komponen ini dapat digunakan sebagai parameter untuk memiliki sifat dewasa yang diharapkan. Berikut penjelesannya :
-
Extension of Self yaitu bahwa hidupnya tidak harus terikat pada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan dan kewajiban langsung. Yang paling penting dari extension of self adalah proyeksi ke masa depan yaitu merencanakan dan mengharapkan (planning hoping) .
-
Self Objectification , adapun komponen pokoknya adalah :
- Insight
Kecakapan individu untuk mengerti dirinya.
- Humor
Kecakapan untuk mendapatkan kesenangan dan mentertawakan dan juga mempertahankan hubungan positif dengan dirinya sendiri dan objek yang disenangi.
-
Filsafat hidup , latar belakang yang mendasari segala sesuatu yang dikerjakan yang memberinya arti dan tujuan.
Untuk penjelasan lebih lengkap, Allport secara eksplisit mengklasifikasikan kepribadian yang matang menjadi enam bagian, yaitu (Mahpur, 2003).
- Perluasan Perasaan Diri
Seseorang memiliki perasaan untuk memperhatikan sesuatu di luar dirinya. Keadaan lingkungan menjadi sangat penting. Kesejahteraan hidup bersama dengan orang lain diperhatikan, bukan hanya diri sendiri, pribadi yang matang memiliki pertimbangan dan jiwa sosial yang kuat. Seseorang kemudian menjadikan dirinya memiliki pandangan diri yang luas terhadap suatu kenyataan hingga bisa dengan mudah menyelesaikan berbagai persoalan yang menghimpit dirinya. Pribadi ini tidak menjadi seorang yang suka mengunci diri, lari dari tanggung jawab sosial.
Seseorang dengan kualifikasi ini akan mencari beragam kemungkinan agar keberadaan dirinya menjadi eksis, hal ini karena diarahkan pada partisipasi langsung. Aktifitas ini yang kemudian oleh Allport disebut partisipasi otentik yang dilakukan dalam beberapa suasana penting. Semakin dirinya terlibat dalam kegiatan dan penggunaan ide, maka dirinya akan menjadi semakin sehat dan matang secara psikologis.
- Hubungan Diri yang Fangat dengan Orang Lain
Orang yang mampu menjalin hubungan dengan orang lain secara hangat antara lain bersifat keintiman ( intimacy) dan keharuan (compassion) . Seseorang pribadi matang tentu memiliki empati, peduli dan bisa merasakan penderitaan orang lain. Dalam arti kata, pribadi yang hangat akan menjalin keseimbangan hidup bersama, tidak hanya mencakup kebutuhan diri sendiri dan menjadikan orang lain aman bersama dirinya, yakni menjaga keharmonisan, kedamaian dan persaudaraan yang bermuara pada tumbuhnya solidaritas maupun toleransi antar manusia.
Seorang pribadi matang akan mudah membangun rasa cinta untuk menciptakan harmoni dan keselarasan antara dirinya dan sesuatu yang ada diluar dirinya. Apa yang dihasilkan dari kapasitas cinta (keintiman) ini adalah suatu perasaan perkembangan diri yang baik. Kesejahteraan itu diperoleh dengan mengungkapkan partisipasi otentik dengan orang yang dicintai dan memperhatikan kesejahteraannya.
- Penerimaan Diri
Kepribadian yang sehat mampu menerima semua segi yang terdapat pada sesuatu yang ada di luar dirinya, termasuk segala
kelemahan dan kekurangan tanpa menyerah secara pasif denga disertai toleransi. Orang yang sehat mampu hidup dengan segi lain dalam kodratnya, dengan memiliki sedikit konflik, baik dengan diri sendiri terlebih dengan masyarakat.
Kepribadian yang sehat juga mampu menerima emosi- emosi manusia, bukan akibat dari rasa emosinya, melainkan diarahkan pada emosi yang lebih positif. Juga mampu mengontrol emosi, sehingga tidak mengganggu aktivitas antar pribadi. Kualitas lain dari keamanan emosional adalah “sabar terhadap kekecewaan”. Orang yang sehat akan sabar dalam menghadapi kemunduran, tidak menyerah pada kekecewaan, melainkan mampu memikirkan jalan keluar untuk mencapai tujuan.
- Persepsi Realistis Mengenai Kenyataan
Orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Dimana dirinya tidak mempercayai bahwa orang di luar dirinya dan lingkungan besikap kurang bersahabat atau semuanya baik menurut prasangka pribadi terhadap realitas. Memiliki keterampilan menyelesaikan masalah (problem centeredness) .
Hal ini menjadi pengertian untuk memahami dunia luar dan menjadi pendorong munculnya kemauan untuk melakukan terobosan yang lebih produktif dari pada larut dalam kenyataan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
- Obyektifikasi Diri
Usaha untuk memahami diri secara obyektif mulai awal kehidupan dan tidak akan pernah berhenti, tetapi ada kemungkinan mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang lebih tinggi daripada orang-orang yang neurosis.
Orang yang memiliki tingkat pemahaman diri yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas- kualitas pribadinya yang negative kepada orang lain. Biasanya orang seperti ini akan diterima dengan lebih baik oleh orang lain. Allport mengatakan bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang kurang.
Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan keterampilan dan bakat tertentu. Menurut Allport orang yang sehat tidak akan tidak mengarahkan keterampilan pada pekerjaan. Komitmen pada orang sehat begitu kuat sehingga mengantarkan mereka pada kesanggupan menenggelamkan semua pertahanan yang berhubungan dengan ego dan dorongan ketika terbenam dalam pekerjaan.
Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas hidup. Kematangan dan kesehatan psikologis tidak akan tercapai tanpa melakukan aktivitas yang penting dan melakukannya denga penuh dedikasi, komitmen, dan keterampilan- keterampilan.
- Filsafat Hidup yang Mempersatukan
Orang yang sehat tentunya akan melihat ke depan, yang didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Menurut Allport, dorongan yang mempersatukan adalah arah (directness) , dan lebih terlihat pada kepribadian yang sehat daripada orang yang neurotis. Arah akan membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu tujuan serta memberikan seseorang alas an untuk hidup.
Kerangka untuk tujuan khusus itu adalah ide tentang nilai- nilai. Menurut Allport nilai-nilai sangat penting bagi perkembangan suatu fisafah hidup yang mempersatukan. Suara hati juga ikut berperan dalam suatu filsafah hidup yang mempersatukan. Allport berpendapat bahwa, terdapat perbedaan antara suara hati yang matang dan suara hati yang tidak matang atau neurotis. Suara hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan kepda orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai agama atau etis, sedangkan suara hati yang tidak matang sama seperti suara hati kanak-kanak yang pstuh dan membudak, penuh dengan pembatasan dan larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak kedalam masa dewasa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Kepribadian Remaja
Dalam perkembangan pribadi remaja itu berkembang dan mengalami suatu perubahan-perubahan. Akan tetapi di dalam perkembangan itu sendiri semakin terbentuklah pola atau arah yang tetap dan khas, sehingga merupakan ciri-ciri yang unik bagi setiap individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian itu dapat dibagi sebagai berikut (Purwanto, 1992:160-166):
- Faktor Sosial
Faktor sosial disini adalah masyarakat, yakni manusia lain disekitar individu yang mempengaruhi individu yang bersangkutan. Dalam faktor ini peranan lingkungan keluarga sangatlah penting dan menentukan bagi perkembangan pribadi anak selanjutnya. Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan pribadi anak sejak kecil adalah sangat mendalam dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Hal ini disebabkan karena (Purwanto, 1992:161):
- Pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama.
- Pengaruh yang diterima anak itu masih terbatas jumlah dan luasnya.
- Intensitas tinggi karena berlangsung terus-menerus siang dan malam.
- Umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana aman bersifat intim dan bernada emosional.
Dari penjelasan di atas, nyatalah betapa besar pengaruh faktor sosial yang diterima anak itu dalam pergaulan dan kehidupannya sehari-hari dari kecil sampai besar, terhadap perkembangan kepribadiannya.
- Faktor Kebudayaan
Menurut Ralph Linton (1978) dalam kutipan Ngalim Purwanto (1992) merumuskan kebudayaan itu seperti berikut; “Kita mengetahui bahwa kebudayaan itu tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. Kita dapat mengenal pula, bahwa kebudayan tiap daerah/ negara berlainan.” Sehingga ini semua menunjukkan cara-cara hidup, adat-istiadat, kebiasaan-kebiasaan, bahasa, kepercayaan, dan sebagainya. Dengan demikian perkembangan kepribadian pada diri masing-masing anak tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana anak itu dibesarkan. Kemudian juga di dalam faktor ini terdapat beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian remaja dalam kehidupan sehari-hari, antara lain adalah (Purwanto, 1992:164-166):
-
Nilai-nilai
Di dalam setiap kebudayan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh setiap manusia yang hidup dalam kebudayan itu. Mentaati dan mematuhi nilai-nilai hidup di dalam kebudayaan, sehingga nilai-nilai itu menjadi idaman dan kewajiban setiap anggota masyarakat. Dan semuanya itu akan dapat diterima sebagai masyarakat, yang harus memiliki kepribadian yang selaras dengan kebudayan yang berlaku di masyarakat.
-
Adat dan Tradisi
Di setiap daerah terdapat adat dan tradisi yang berlainan. Sehingga dengan adat dan tradisi yang ada di dalam masyarakat dan yang masih berlaku disuatu daerah, di samping menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan pula cara bertindak dan bertingkah laku manusia-manusianya.
-
Pengetahuan dan Ketrampilan
Pengetahuan yang dimiliki setiap orang sangat mempengaruhi sikap dan tindakan. Tiap orang pula memiliki pengetahuan yang berlainan, dari pengetahuan yang sangat elementer sampai kepada yang tinggi dan luas. Demikian pula kecakapan dan ketrampilan seseorang membuat dan mengerjakan sesuatu adalah merupakan bagian dari kebudayaan.
-
Bahasa
Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, sesungguhnya bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menentukan ciri-ciri khas dari suatu kebudayaan. Betapa eratnya hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang memilki bahasa itu. Pertama, kita mengetahui bahasa merupakan alat komunikasi antara individu dengan individu lain yang sangat penting. Kedua, bahasa adalah alat berfikir bagi manusia. Sehingga dengan begitu jelasnya, bahwa bagaimana sikap dan cara kita bertindak dan reaksi terhadap orang lain, bagaimana cara kita hidup bermasyarakat, sebagian besar dipengaruhi oleh bahasa yang kita miliki.
Demikianlah bahasa merupakan faktor kebudayan yang sangat penting, dan turut mempengaruhi dan bahkan menentukan kepribadian seseorang (Purwanto, 1992:166).
Dari uraian di atas, jelaslah kiranya bahwa perkembangan kepribadian seseorang sangatlah dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis, faktor sosial, dan faktor kebudayaan. Sehingga dalam ketiga faktor ini yang akan mempengaruhi dan menjadikan suatu kepribadian sesuai dengan pola atau arah perkembangannya ke depan.