Bagaimana mengobati Angina Pektoris ?

Angina pektroris (angina) adalah rasa nyeri pada dada yang terjadi saat aliran darah dan oksigen menuju otot jantung tersendat atau terganggu, khususnya saat arteri jantung mengeras atau menyempit. Bagaimana mengobatinnya ?

kesehatan1

Angina pektroris (angina) adalah rasa nyeri pada dada yang terjadi saat aliran darah dan oksigen menuju otot jantung tersendat atau terganggu, khususnya saat arteri jantung mengeras atau menyempit. Angina umumnya terjadi pada orang dewasa berusia antara 55 hingga 64 tahun, dengan mayoritas berjenis kelamin laki-laki.

Angina pektoris dapat ditangani dengan:

Perubahan gaya hidup.
Penderita umumnya disarankan untuk berhenti merokok atau menjauhi asap rokok, mengonsumsi makanan bergizi dan rendah lemak dalam porsi kecil, melakukan olahraga sesuai petunjuk dokter, dan menjaga kadar glukosa bagi penderita diabates. Perubahan gaya hidup disarankan bukan hanya pada saat pengobatan, tetapi untuk jangka panjang agar serangan angina pektoris berkurang atau berhenti sepenuhnya.

Obat-obatan.
Saat angina menyerang, obat glyceryl trinitrate bisa dikonsumsi untuk meredakan gejala dalam waktu singkat. Glyceryl trinitrate termasuk dalam golongan nitrat yang berfungsi untuk menenangkan dan melebarkan pembuluh darah agar memudahkan darah mengalir menuju jantung. Efek samping seperti pusing dan kulit kemerahan mungkin akan terjadi. Hindari mengonsumsi alkohol, mengoperasikan alat berat, atau menyetir saat dalam pengobatan ini. Glyceryl trinitrate dapat dikonsumsi dalam dua dosis, saat angina menyerang dan saat gejala tidak mereda dalam jangka waktu 5 menit. Jika gejala masih dirasakan, kunjungi rumah sakit terdekat agar cepat ditangani. Glyceryl trinitrate juga dapat digunakan sebagai pencegah sesaat sebelum berolahraga atau melakukan aktivitas berat lainnya. Pastikan Anda menanyakan dokter sebelum mengonsumsi obat ini. Jika angina sering terjadi, dokter mungkin akan meresepkan salah satu atau beberapa obat berikut ini:

  • Aspirin, termasuk golongan obat antiplatelet (pengencer darah) yang berfungsi untuk meredakan atau menghindari penggumpalan darah, dan menekan risiko serangan jantung. Efek samping yang mungkin dialami adalah iritasi pada perut, mual dan masalah pencernaan. Hindari pemberian obat ini pada anak-anak atau remaja berusia 16 tahun ke bawah sebelum berkonsultasi dengan dokter.
    Obat penghambat beta (beta blocker), membantu menurunkan tekanan darah dengan menghambat efek hormon epinephrine atau adrenalin yang dapat meningkatkan denyut jantung secara berlebihan. Obat ini juga membantu melebarkan pembuluh darah dan melancarkan aliran darah. Efek samping yang mungkin dialami adalah mudah lelah, diare, mual, dan keringat dingin.
    Obat anti pembekuan darah, digunakan untuk menghambat pembekuan darah dengan cara mencegah sel platelet darah menempel. Efek samping yang mungkin dialami adalah pusing hebat, pendarahan, rambut rontok, dan memar pada kulit.
  • Obat penghambat kanal kalsium (calcium channer blockers). Obat ini berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah dengan merelaksasi otot dinding arteri. Efek samping yang mungkin dialami adalah wajah kemerahan, pusing, dan mudah lelah.
  • Statin, digunakan untuk menghambat enzim pembuat kolesterol dalam hati dan menekan risiko terjadinya serangan jantung atau stroke. Obat ini juga membantu tubuh meresap kolesterol yang terakumulasi sebagai plak yang menempel di dinding arteri, dan memberikan efek positif lainnya. Efek samping yang mungkin dialami adalah konstipasi, diare, dan nyeri perut.
    Obat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitors), bekerja dengan menghambat hormon angiotensin II sebagai pemicu penyempitan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah dalam tubuh. Obat ini dapat mengurangi pasokan darah ke ginjal, karena itu sangat disarankan untuk memeriksa kondisi ginjal melalui tes darah dan urine sebelum dan saat mengonsumsi obat ini. Efek samping yang mungkin dialami adalah pusing, mudah lelah, dan batuk kering yang umumnya hanya bersifat sementara.
  • Ivabradine. Obat ini menurunkan kecepatan denyut jantung seperti obat penghambat beta, tetapi memiliki tingkat keamanan lebih bagi penderita infeksi paru, atau penyakit lainnya yang tidak diperbolehkan mengonsumsi obat penghambat beta. Efek samping yang mungkin dialami adalah penglihatan buram atau silau untuk beberapa saat. Penderita disarankan untuk tidak mengemudi setelah mengonsumsi obat ini.
  • Ranolazine, digunakan untuk melemaskan otot jantung dan meningkatkan aliran darah. Obat ini umumnya diresepkan bagi penderita gagal jantung dan artimia karena tidak mempengaruhi kecepatan denyut jantung. Efek samping yang mungkin dialami adalah pusing, mudah lemas, dan konstipasi.
  • Nicorandril. Obat ini mengandung penggerak kanal kalium yang berfungsi melebarkan pembuluh arteri dan melancarkan peredaran darah menuju jantung. Nicorandil umumnya digunakan sebagai pengganti obat penghambat kanal kalsium bagi penderita dengan kondisi medis tertentu. Efek samping yang mungkin dialami adalah mual dan pusing.

Operasi.
Jika gelaja angina pektoris tidak mereda dengan pengobatan, tindakan operasi dapat disarankan. Terdapat dua jenis tindakan operasi untuk kasus angina pektoris, di antaranya:

  • Coronary artery bypass graft (CABG). Tindakan bedah yang dilakukan dengan menciptakan aliran baru pada titik penyempitan atau penyumbatan arteri melalui pencangkokan pembuluh darah dari anggota tubuh lainnya. Tindakan ini biasanya disarankan bagi penderita angina dengan penyakit diabetes, berusia di atas 65 tahun, dan memiliki lebih dari 3 penyumbatan pada arteri.
  • Percutaneous coronary intervention (PCI). Tindakan bedah yang disebut juga dengan angioplasti koroner ini dilakukan dengan memasukkan balon kecil pada bagian luar arteri yang mengalami penyempitan, dan ditahan menggunakan cincin besi (sten) agar aliran darah kembali lancar. Tindakan ini tidak direkomendasikan bagi penderita dengan kelainan struktur pembuluh darah.

Terapi dan tindakan medis lainnya.
Jika pengobatan dan tindakan operasi tidak dapat dilakukan atau tidak membantu banyak, saran untuk melakukan terapi perilaku kognitif atau cognitive behaviour therapy (CBT) dapat menjadi pilihan. Terapi ini dilakukan dengan mengubah pola pikir penderita dengan respons positif dengan tujuan mengurangi gejala-gejala yang berkaitan dengan stres pikiran dan memudahkan proses penyembuhan. Terapi ini juga dapat dilakukan jika penderita mengalami depresi atau kegelisahan dikarenakan gejala angina pektoris yang berulang kali menyerang. Terkadang, terapi akupuntur menjadi pilihan alternatif terapi. Disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukannya, guna menghindari efek samping yang dapat membahayakan.

Sumber: www.alodokter.com