Bagaimana menentukan prioritas dan Roadmap Produk


Menentukan prioritas dan membuat product roadmap selalu menjadi topik hangat yang sering dibahas oleh para product manager di seluruh dunia. Topik yang selalu jadi perdebatan di internal startup karena kita semua selalu berhadapan dengan scarcity resources dan target tinggi yang harus diraih. Topik yang memaksa kita mengoptimalkan resources yang ada untuk memberikan impact yang maksimal kepada user. Bagaimana menentukan Roadmap dengan baik?

Teknik prioritas yang paling umum digunakan dan tanpa kita sadari sering melakukannya adalah stacked ranking, biasanya prioritas ini berupa daftar fitur-fitur yang sudah diurutkan berdasarkan expert judgement dari product manager. Idealnya, daftar tersebut merupakan hasil diskusi dengan stakeholder atau user terkait dan disetujui oleh management. Namun yang banyak terjadi adalah prioritas ini dibuat secara subjektif oleh satu orang atau bahkan hanya dibuat untuk menyenangkan stakeholder tertentu tanpa memperhatikan end user yang menggunakan product.

Adapula teknik prioritas lain yang lebih bersifat kuantitatif, diperkenalkan oleh Anthony Ulwick, Outcome-Driven Innovation framework. Singkatnya, prioritas yang diurutkan berdasarkan tingkat kepentingan (importance) dan kepuasan user saat ini (satisfaction). Setiap fitur diukur berdasarkan ukuran peluang mana yang masih underserved (fiturnya penting, sering digunakan namun tingkat kepuasannya rendah atau sulit digunakan oleh user) dan mana yang overserved. Formulanya sederhana,

Opportunity = Importance + (Importance - Satisfaction)

Elemen dalam kurung memiliki nilai minimum nol, karena memberikan satisfaction yang berlebihan tidak mengurangi nilai opportunity.

Understand your users
Seringkali product manager menggunakan judgement pribadi dalam menentukan prioritas tanpa melihat dari sisi user. Product manager harus mampu melihat masalah dan peluang berdasarkan customer journey ketika menggunakan produk, misalnya:

  • Content creation, fitur yang memudahkan user untuk membuat content. Jika di vidio.com artinya fitur terkait dengan upload video dan cara ikutan kontes. Instagram dengan upload video dan gambar dengan beragam filter yang membuat hasilnya lebih bagus. Atau Medium dengan text editor yang simple, fokus kepada teks dan gambar dan bisa menghasilkan tulisan yang nyaman dibaca.

  • Awareness, fitur yang bertujuan untuk mendatangkan user. SEO optimization adalah salah satunya agar content bisa mudah dicari dari Google. Atau menampilkan gambar preview ketika link di post di Facebook, Twitter, atau media sosial lainnya supaya CTR lebih tinggi. Promosi ajakan untuk download mobile apps dari web. Atau membuat campaign dengan landing page khusus misalnya salary benchmark yang dilakukan oleh karir.com.

  • Consumption, fitur yang membuat user nyaman menikmati konten yang tersedia. Misalnya untuk news portal bagaimana menampilkan artikel terkait berdasarkan kontekstual dari isi kontennya, bukan sekedar yang judulnya mirip. Atau merekomendasi video terkait berdasarkan watched history dan collective behavior dari user lain yang menonton video yang sama. Atau Tinder dengan swipe ke kanan dan kiri untuk memilih calon pasangan yang disukai.

  • Acquisition and Engagement, fitur untuk meningkatkan jumlah user yang register, login, dan melakukan engagement. Fitur paling umum dari siklus ini misalnya register dan login dengan Facebook. Memberikan komentar di artikel dan bisa saling balas membalas komentar juga salah satu bentuk engagement.

  • Retention, fitur yang membuat user kembali lagi menggunakan produk kita. Salah satu contoh yang paling sering dilakukan adalah menggunakan media email. Medium misalnya, setiap minggu selalu mengirim artikel yang sesuai dengan topik kesukaan user. Lalu buat penulis, selalu ada email tiap kali ada response, likes dan followers. Semua itu membuat user termotivasi untuk datang lagi dan menulis konten.

  • Monetisation, fitur yang fokus untuk meningkatkan revenue. Produk SaaS biasanya mempunyai skema harga yang berbeda berdasarkan per jumlah user atau fitur yang ditawarkan. Produk messaging seperti BBM, Line mempunyai monetisasion berupa sticker atau gift.

Setelah memahami siklus customer journey, lakukan mapping journey terhadap produk yang kamu buat, apakah produk kamu sudah melayani user dengan baik di setiap siklus? jika sudah, apakah fitur tersebut bisa diukur? jika bisa diukur, bagaimana tren pertumbuhannya setiap minggu? jika belum mulailah track performanya, ada banyak cara untuk tracking, bisa menggunakan events di Google Analytics atau KissMetrics.

Dave McClure juga memperkenalkan customer lifecyle yang mirip dengan siklus di atas dan sudah populer digunakan sebagai referensi terutama untuk growth hacking, yaitu AAARR framework.

Define and prioritise goals
Langkah selanjutnya adalah menentukan siklus mana yang menjadi prioritas. Lalu tentukan goals dari siklus tersebut. Jika produk kamu saat ini sudah mendapatkan cukup banyak traffic tapi user hanya berkunjung 2 halaman, coba fokus pada siklus consumption, acquisition dan engagement. Berikut salah satu contoh goals framework untuk produk news,

Brainstorm and prioritise features
Setelah memahami customer journey produk kamu, menentukan prioritas siklus dan goals yang diharapkan. Lakukan brainstorm fitur dengan tim. Usahakan fokus pada optimalisasi fitur yang ada terlebih dahulu sebelum mengusulkan ide baru yang belum ada. Pastikan setiap fitur yang dibuat harus mempunyai impact kuantitatif, jika belum bisa diukur, pastikan bahwa ada perubahan user behavior yang diharapkan.

Ketika brainstorming akan banyak ide yang muncul bahkan bisa juga yang tidak berhubungan dengan goals yang ditentukan atau ide yang belum bisa dilakukan karena membutuhkan resources yang banyak. Sehingga saya biasanya membagi fitur-fitur ke dalam dua kategori besar, fitur yang ingin dibuat dalam waktu dekat (priority) dan fitur berupa ide-ide yang bisa berasal darimana saja (backlog & ideas).

Product Goals and Roadmap
Seluruh proses di atas sebaiknya dilakukan setiap kuarter bersama dengan semua stakeholder dan di review setiap bulan. Dengan perkembangan produk digital yang sangat cepat, membuat roadmap untuk satu tahun bahkan enam bulan bisa dibilang tidak berguna, karena besar kemungkinan akan berubah, apa yang menurut kita penting sekarang belum tentu 6 bulan kemudian masih relevan.