Bagaimana membuat produk yang diinginkan pelanggan menggunakan MVP?

Product

Dalam mengembangkan suatu produk baru atau bisnis yang baru, memenuhi ekspektasi dan keinginan pelanggan adalah prinsip yang utama. Tanpa adanya pelanggan yang menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan maka bisnis tersebut tidak akan bisa bertahan.

1 Like

Dalam mengembangkan suatu produk baru atau bisnis yang baru, memenuhi ekspektasi dan keinginan pelanggan adalah prinsip yang utama. Tanpa adanya pelanggan yang menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan oleh bisnis anda maka bisnis tersebut tidak akan bisa bertahan.

Pengembangan produk baru atau bisnis baru yang tidak melalui prosescustomer development mempunyai risiko dimana produk yang telah dibuat tersebut rupanya tidak direspon positif oleh Pelanggan atau lebih buruk lagi Pelanggan tidak memandang masalah yang ingin diselesaikan oleh produk tersebut bukan sebagai suatu masalah.

Dalam buku “Lean Startup:How Today’s Entrepreneurs Use Continuous Innovation to Create Radically Successful Businesses” Eric Riess menjelaskan bahwa pendekatan “Just Do It” dalam pengembangan suatu produk atau bisnis bukanlah satu-satunya pilihan.

Terdapat pilihan lain untuk menggunakan pendekatan yang lebih sistematis guna mencapai product/market fit (berada dalam pasar/segmen yang bagus dan produk yang dapat memenuhi kebutuhan pasar). Pilihan lain tersebut adalah Lean Startup.

Lean startup mengajarkan prinsip-prinsip utama yang diperlukan untuk mencapai hal tersebut, prinsip-prinsip utama dari Lean Startup adalah sebagai berikut:

1. VALIDATED LEARNING

Validated Learning didefinisikan sebagai suatu proses dari demonstrasi secara empirik bahwa suatu tim telah menemukan kenyataan berharga mengenai suatu prospek bisnis masa sekarang dan masa depan. Dalam bahasa yang lebih mudah mengerti Validated Learning dapat didefinisikan sebagai proses mencari tahu fakta yang relevan terkait dengan prospek bisnis startup. Lalu bagaimana cara mencari tahu fakta yang relevan terkait dengan prospek bisnis dari startup tersebut? disinilah diperlukannya suatu hipotesis atau asumsi inti terkait dengan prospek bisnis startup. Hipotesis atau asumsi inti tersebut kemudian diuji dengan eksperimen lapangan untuk memperoleh tanggapan dari calon pelanggan apakah hipotesis tersebut benar atau tidak.

Sebagai contoh bayangkan ada startup bernama “Transuransi” yang mempunyai hipotesis masalah dari rendahnya penetrasi asuransi di Indonesia disebabkan oleh image asuransi yang buruk, tidak transparan dan tidak menjelaskan manfaat secara benar. Kemudian untuk mengetahui apakah asumsi tersebut tepat, pendiri Transuransi bernama Romi menanyakan kepada orang-orang yang berdasarkan hipotesisnya adalah calon pelanggan dari “Transuransi” yaitu orang-orang yang kurang teredukasi mengenai asuransi.

Dari proses eksperimen yang dilakukan “Transuransi” kemudian akan diketahui apakah memang benar masalah dari rendahnya penetrasi asuransi adalah masalah-masalah image, tidak transparan atau tidak jelasnya manfaat yang diberikan, dan bukan terkait masalah harga premi. Benar atau tidaknya hipotesis tersebut tentu berdampak kepada produk yang akan dibuat oleh Transuransi, jika memang benar masalahnya ada pada image asuransi yang buruk, tidak transparan dan tidak menjelaskan manfaat secara benar maka fitur yang harus ditonjolkan oleh Transuransi jelas adalah transparansi dan edukasi terkait dengan asuransi. Sebaliknya jika rupanya masalahnya adalah harga premi yang tinggi maka Transuransi harus membuat produk asuransi menjadi lebih terjangkau bagi masyarakat yang belum berasuransi.

2. BUILD-MEASURE-LEARN

Build-Measure-Learn adalah siklus umpan balik yang menjadi inti dari metodologi Lean Startup. Tujuan dari Build-Measure-Learn adalah untuk memberikan fakta empirik yang dibutuhkan dalam Validated Learning, proses dari Build-Measure-Learn digambarkan sebagai tiga tahap yang berulang sebagai berikut:

Build: Buat produk berdasarkan hipotesis-hipotesis inti yang telah diuji dengan Validated Learning. Untuk pertama kali produk yang dibuat berupa Minimum Viable Product (“MVP”). MVP adalah produk dalam bentuk minimal yang hanya memiliki fitur-fitur inti untuk menguji lebih lanjut hipotesis-hipotesis yang belum tervalidasi.

Measure: Kumpulkan data reaksi,saran, masukan dan umpan balik dari pengguna MVP dan ukur hasil yang diperoleh dengan tujuan memperoleh pengetahuan terkait hiposis yang diuji.

Learn: Buat kesimpulan dari hasil proses Measure apakah hipotesis yang diuji benar atau salah.
Hasil dari tahap Learn kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan atau perubahan terhadap produk atau strategi. Kesimpulan yang diambil dari proses ini juga menentukan keputusan apakah kemudian Pendiri Startup harus “Persevere” atau “Pivot”. Persevere adalah melanjutkan proses pengembangan dengan strategi atau produk yang sama, sedangkan Pivot adalah melakukan perubahan atau mengganti sebagian atau seluruh strategi atau produk.

3. AKUNTASI INOVASI

Dalam sebuah startup, akuntasi tidak dapat hanya menghitung hal-hal terkait keuangan seperti pendapatan, rugi, laba dan penjualan, namun juga harus melibatkan bagaimana mengatur pencapaian, bagaimana untuk memprioritaskan pekerjaan. Akuntansi jenis ini disebut sebagai Akuntansi Inovasi yang bertujuan untuk memastikan sang Entrepreneur bertanggungjawab secara objektif bahwa mereka sedang bekerja untuk membangun bisnis yang berkelanjutan.

Proses Akuntansi Inovasi dilakukan dalam tiga tahap sebagai berikut:

  1. Menetapkan baseline.
    Bagi yang tidak tahu baseline adalah dasar dimulainya suatu implementasi dan digunakan untuk menilai kinerja dari suatu aktivitas. Dalam tahap ini anda dapat membuat MVP untuk menilai reaksi awal dan ketertarikan pelanggan terhadap suatu produk atau jasa. Jumlah reaksi dan ketertarikan pelanggan pada MVP tersebut adalah titik permulaan untuk menilai apakah suatu aktivitas memberikan dampak negatif atau positif terhadap kinerja MVP. Kinerja tersebut dapat berupa jumlah pendaftaran pengguna baru, durasi rata-rata pemakaian pengguna, sampai dengan kepuasaan pelanggan.
  2. Penyetelan mesin.
    Dalam proses ini, perubahan terhadap MVP mulai dilakukan dan di uji untuk mengetahui apakah perubahan yang dilakukan memberikan dampak negatif atau positif terhadap kinerja MVP.
    Pivot/Persevere. Setelah melakukan beberapa perubahan dalam beberapa siklus, maka dapat dilihat apakah anda bergerak dari baseline ketarget ideal yang ditetapkan dalam rencana bisnis. Jika terdapat perbedaan yang signifikan maka mungkin sudah waktunya untuk evaluasi.

Referensi: