Bagaimana Media Sosial Mengubah cara Kita Berkomunikasi?

media sosial

Media sosial telah mengubah cara kita berkomunikasi dengan sedemikian besarnya. Namun, bagaimana kah sebenarnya cara media sosial mengubah cara kita dalam berkomunikasi?

Komunikasi menurut Adler & Rodman memiliki pemahaman yaitu proses manusia merespon perilaku simbolik dari orang lain, dengan bahasa, kata, gesture, dan tanda sebagai bagian dari simbol yang digunakan oleh manusia dalam mendefinisikan sesuatu atau menyampaikan sesuatu ke orang lain.

Kemudian, media sosial sendiri merupakan salah satu bentuk new media yang menawarkan digitalisasi, penyebaran, interaktifitas, dan pengembangan jaringan terkait pembuatan pesan dan penyampaiannya. Hal ini memungkinkan penggunanya untuk memilih informasi apa saja yang ingin ia konsumsi/tidak konsumsi, sekaligus mengendalikan keluaran informasi yang dihasilkan.

Masuknya media sosial dalam komunikasi manusia, memungkinkan suatu pesan yang ingin dicapai oleh komunikasi untuk dapat menyebar ke seluruh dunia dalam hitungan detik serta memiliki cakupan audiens yang jauh lebih luas dibandingkan yang dapat diraih oleh media cetak.

Tetapi hal yang harus disadari adalah apakah komunikasi tersebut benar-benar otentik?

Ketika kita melihat dari sudut pandang “pengertian komunikasi”, maka berkomunikasi melalui media sosial telah mencapai definisi komunikasi tersebut. Namun pada kenyataannya, komunikasi tidak hanya memiliki cakupan seputar respon antar manusia mengenai suatu topik, tetapi juga berkaitan dengan pertukaran emosi yang dibagi antar manusia ketika hal tersebut disampaikan kepada lawan bicaranya.

Contoh konkritnya adalah ketika seseorang menceritakan tentang kegiatannya dalam sehari di media sosial. Ketika hal ini terjadi, dapat dipastikan bahwa tidak semua orang yang menekan tombol “like” pada hal tersebut benar-benar mengambil waktu untuk membaca dan memahami bagaimana keseluruhan cerita orang tersebut mengenai harinya.

Hal ini tentunya berbeda ketika seseorang bercerita mengenai harinya kepada orang lain secara langsung. Ketika kita bercerita tentang hari kita kepada orang lain secara langsung, mereka akan mendengarkan suara kita, melihat gerak-gerik kita, dan akan memberikan respon yang mereka anggap sesuai dengan pesan yang kita sampaikan. Adapun emosi yang kita rasakan ketika kita bercerita, akan sedikit banyak mempengaruhi orang yang mendengarkan cerita kita. Sehingga, secara tidak disadari, telah terjadi suatu pertukaran pengaruh dalam hal emosi ketika kita berkomunikasi secara langsung.

Lalu mengapa berkomunikasi melalui media sosial terasa kurang “genuine” atau tulus dibandingkan berkomunikasi secara langsung? Hal ini menurut saya adalah karena hilangnya unsur gesture dalam komunikasi melalui media sosial. Padahal unsur tersebut adalah pendukung komunikasi dan berperan sebagai “jembatan emosi” antar manusia ketika saling berkomunikasi secara langsung.

Namun, perkembangan teknologi saat ini telah semakin meningkatkan upaya melibatkan unsur gesture tersebut dalam berkomunikasi melalui media sosial. Hal ini dapat dilihat dari besarnya investasi para perusahaan teknologi dalam mengembangkan teknologi “emoji” yang seakan-akan dapat mewakili gesture atau emosi antar manusia ketika berkomunikasi dengan satu sama lain.

Bahkan saat ini, sudah ada perusahaan teknologi yang menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) kepada emojinya (seperti “animoji” terbaru milik Apple yang dirilis di iPhone X) yang memungkinkan emoji tersebut menangkap serta merekam gesture dan mimik wajah kita dalam waktu yang sangat singkat dan cara yang sangat mudah. Teknologi yang telah digunakan cukup lama dalam industri film animasi ini sebelumnya memiliki biaya yang cukup tinggi, namun kebutuhan manusia akan komunikasi di media sosial yang terasa otentik dan “nyata”, memungkinkan perusahaan-perusahaan teknologi untuk meningkatkan investasinya dalam pengembangan emoji yang semakin realistis dari tahun ke tahun.

foto jawaban thread 1