Bagaimana Manfaat Dzikir bagi Kebersihan Hati?

dzikir 2
Sumber Gambar : Rumaysho

Dzikir merupakan salah satu ibadah yang sangat mudah untuk dilakukan dalam islam, namun manfaat yang terkandung didalamnya sangat luar biasa. Esensi dari diberlakukannya ibadah ini adalah agar seorang hamba dapat merasakan kedekatan dengan Rabb-Nya, sehingga akan senantiasa merasa tenang dan menjaga segala perilakunya. Sayangnya, manfaat ini kurang disadari oleh manusia. Seringkali manusia melupakan urusan sepenting dzikir dengan berbagai aktivitas yang justru melalaikan manusia dengan keberadaan Tuhan-Nya.

Kata Dzikir berasal dari kosa kata bahasa arab yaitu dzakara, yang memiliki arti mengingat. Dzikir merupakan aktivitas mengingat dan menyebut sesuatu yang diingat secara berulang-ulang dengan hati dan lisan (Abu Bakr Muhammad Al Kalabadzi dalam Sajari Dimjati, 2014). Sedangkan Ibnu Taimiyah dalam Rachman Nur Khalil (2009) mengartikan dzikir sebagai kegiatan mengingat Allah Subhanahu Wa Ta’alla dengan cara berbuat baik dan selalu bersyukur atas apa yang diberikan Allah Subhanahu Wa Ta’alla.

Pemaknaan Ibnu Taimiyah tersebut sejalan dengan apa yang dimaksudkan oleh Purwanto Setyo (2006) bahwasanya dzikir tidak hanya sekedar menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’alla dengan lisan atau dalam pikiran dan hati melainkan lebih daripada itu. Berdzikir merupakan kegiatan dimana seseorang fokus untuk mengingat akan Dzat dan Perbuatan Allah Subhanahu Wa Ta’alla untuk kemudian memasrahkan diri sepenuhnya, hidup dan mati, di tangan Allah Subhanahu Wa Ta’alla. Pasrah dalam hal ini adalah mau melakukan segala sesuatu yang diperintahkan dan menjauhi segala sesuatu yang dilarang. Sehingga akan menghasilkan akhlak yang mulia.

Dzikir sendiri terbagi dalam dua jenis. Jenis dzikir yang pertama adalah dzikir secara Jahri . Dzikir ini dilakukan dengan cara mengucapkan kalimat-kalimat dzikir dengan suara yang mampu terdengar oleh telinga orang lain. Dzikir ini biasanya digunakan dalam berbagai majelis dzikir untuk mengajarkan tata cara ber- dzikir yang benar . Jenis dzikir yang kedua adalah Dzikir Sirri. Dzikir Sirri dapat dilakukan dengan menyebut kalimat-kalimat dzikir dalam hati atau lisan namun dengan volume suara yang hanya dapat didengar oleh telinga masing-masing individu.

Dalam pandangan medis dua jenis dzikir tersebut memiliki manfaat yang cukup besar bagi kesehatan dan kerja jantung. Dalam sebuah penelitian, dzikir jahri dan sirri terbukti dapat mempengaruhi variabilitas denyut jantung atau yang lebih sering dikenal dengan HRV. Dzikir menjadi salah satu sarana bagi Umat Islam untuk lebih dekat dengan Rabb-Nya. Melalui dzikir seseorang dapat mencapai kondisi yang tenang. Efek penenang inilah yang akan menyebabkan ritme jantung yang lebih stabil (Wahab Muhammad Nubli dan Azham Abdul Rahman, 2015). Lebih lanjut, individu yang mampu membuat dirinya mencapai kondisi yang tenang memiliki kesempatan yang lebih mudah untuk mengendalikan berbagai perilakunya. Mampu mengendalikan perilaku merupakan salah satu ciri dari akhlak yang mulia (Wahab Muhammad Nubli dan Azham Abdul Rahman, 2015).

Ketenangan yang dihasilkan dari berdzikir dapat menjadi sarana bagi perbaikan kondisi tubuh secara fisik. Benson dalam Setyo Purwanto (2006) menjelaskan bahwa kegiatan relaksasi yang digabungkan dengan keyakinan agama dapat mempercepat respon ketenangan yang dihasilkan. Pengulangan frasa yang terdapat pada kegiatan berdzikir secara ritmis dapat memberikan ketenangan yang lebih dalam (Sangan dalam Setyo Purwanto, 2006). Dengan catatan dzikir dilakukan dengan penuh konsentrasi dan mengabaikan berbagai rangsangan, diluar dari mengingat Allah Subhanahu Wa Ta’alla, baik dari luar maupun dari dalam diri seseorang.

Pada penelitian yang lain, dzikir dinilai mampu mempengaruhi kinerja kelenjar pineal. Kelenjar inilah yang berfungsi dalam meproduksi melatonim. Kinerja melatonim turut menentukan kualitas hidup seseorang. Individu yang terbiasa untuk berdzikir memiliki kualitas tidur yang lebih baik. Hal ini dikarenakan dzikir memberikan dorongan untuk melawan rasa takut (Fandlani Martha Yulla, et al (2017). Individu dengan kualitas tidur yang baik, dapat menekan stress yang timbul dari berbagai hal, sehingga individu tersebut akan lebih kebal dari berbagai penyakit fisik maupun mental.

Selain mampu merelaksasi tubuh, sebagai salah satu bagian dari ibadah, tentu manfaat dzikir tidak hanya berhenti pada manfaat kesehatan, yang telah teruji secara ilmiah. Sebagaimana yang telah diungkapkan sebelumnya, dzikir dapat dijadikan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’alla. Dikutip dari tausyiah yang disampaikan oleh Ustadz Firanda (2020), Allah Subhanahu Wa Ta’alla berfirman dalam Quran Surat Al-Ahzab ayat 35 yang artinya :

“Sesungguhnya, laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormantannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang benar”

Berkaitan dengan ayat tersebut Hamka menjelaskan bahwasanya ayat diatas memberikan perincian kepada kita mengenai ciri-ciri laki-laki dan perempuan yang mendapatkan ampunan dari Allah Subhanahu Wa Ta’alla atas segala kesalahan yang telah diperbuat. Salah satu ciri laki-laki dan perempuan yang mendapat ampunan dari Allah Subhanahu Wa Ta’alla adalah laki-laki dan perempuan yang senantiasa berdzikir dan mengingat Allah Subhanahu Wa Ta’alla. Hamka lebih lanjut menyatakan senantiasa mengingat Allah Subhanahu Wa Ta’alla menjadi jalan bagi seseorang untuk tetap kokoh dalam mengerjakan ketaatan (Hamka dalam Salpon Abdul, 2019).

Ibnu Taimiyah menyatakan, sebagian dari para ahli terdahulu dari Syam, mengatakan, ‘Dzikir bagi hati laksana makanan bagi tubuh.’ Maka sebagaimana tubuh tidak merasakan kenikmatan makanan ketika menderita sakit, demikian pula hati tidak akan dapat merasakan kemanisan dzikir apabila dalam keadaan kotor. Oleh karena itu, membiasakan diri untuk berdzikir menjadi jalan bagi kita untuk mengasah hati agar menjadi hati yang lebih bersih.

Dalam sebuah riwayat, ketika Fatimah Radhiyallahu ‘anha, atas saran Ali Radhiyallahu ‘anhu, memutuskan mendatangi Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam untuk meminta seorang budak, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam justru memberikan amalan dzikir sebagai pengganti budak tersebut. Dalam hal ini, Fatimah Radhiyallahu ‘anha meminta seorang budak dikarenakan pekerjaan rumah tangga yang dirasa terlalu berat smentara dirinya tidak memiliki seorang pun yang dapat membantunya. Oleh karena itu, Ali Radhiyallahu ‘anhu menyarankan agar Fatimah Radhiyallahu ‘anha untuk mendatangi Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam untuk meminta seorang budak. Sayangnya, hal ini ditolak oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam, dimana Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam menggantinya dengan sebuah amalan dzikir, yang keutamaannya, jauh lebih baik daripada seorang budak. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, yang artinya,

“Maukan kalian berdua aku tunjukkan pada sesuatu yang lebih baik dari seorang pembantu ? Apabila kalian hendak tidur, ucapkanlah Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Allahu Akbar 34 kali. Maka itu semua lebih baik bagi kalian daripada seorang pembantu.” (H.R Bukhari nomor 3502, Muslim nomor 2727, dan Abu Dawud nomor 2988)

Menurut Mis’ad (2020), menyatakan bahwa ulama berpendapat yang dimaksud dengan “lebih baik” dalam hadits tersebut bukan hanya dalam masalah pahala, tetapi lebih daripada itu. Orang yang senantiasa berdzikir akan diberi hati yang bersih sehingga akan timbul kekuatan, semangat, dan etos kerja, dan tanpa disadari dia tidak lagi membutuhkan pembantu. Dalam riwayat ini, Fatimah Radhiyallahu ‘anha dan Ali Radhiyallahu ‘anhu diberi saran oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam untuk senantiasa berdzikir. Melalui dzikir diharapkan hati mereka akan menjadi lapang dan mampu menerima segala ketentuan Allah Subhanahu Wa Ta’alla dengan baik. Hal ini dikarenakan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam sangat mengerti bahwasannya yang lebih dibutuhkan oleh mereka adalah kekuatan untuk terus memperbaiki akhlaknya terutama dalam kasus ini adalah mengasah kesabaran.

Hal demikian tidak akan dapat dicapai tanpa hati yang bersih. Manusia dengan hati yang bersih akan senantiasa mampu menerima nasihat-nasihat kebaikan. Mereka percaya bahwa sesuatu yang baik, tidak selalu datang dengan cara yang baik. Mereka senantiasa merasakan ketenangan dalam hidup karena hati senantiasa disinari dengan keimananan. Hati yang senantiasa disinari keimanan terpancar dari segala perilaku yang juga dipenuhi dengan kebaikan. Dzikir merupakan salah satu solusi agar hati selalu terdidik sehingga hati akan kembali kepada fitrahnya, sebagai bagian dari seorang hamba yang taat.

SUMBER :

  • Departemen Agama Republik Indonesia, 2007, Al-Hikmah Al-Quran dan Terjemahan, Bandung, Diponegoro, Cetakan 10
  • Dr. Mis’ad, 2020, diakses melalui Almanhaj.or.id/4251-sarana-mensucikan-hati.html pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2020.
  • Musfah Jejen, 2004, Hati dalam Tafsir Al-Azhar Hamka, Jakarta, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, diterbitkan oleh Mizan Bandung dengan Judul Meraih Makrifat, Tesis.
  • Rahmaniar, 2018, Lalai dalam Al-Quran (Studi Kasus Tahlili dalam QS. Al-A’raf /7:179), Makasar, Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar
  • Setyo Purwanto, 2006, Relaksasi Dzikir, Surakarta, SUHUF, Vol. XVII
  • Wahab Nubli Muhammad, Azham Abdul Rahman, 2015, A Study Of The Effect Of Dzikir On the Psychology Student With Dicplinary Problems Using Heart Rate Variabillity (HRV), Kuala Lumpur, The International Journal Research Publication’s, Vol. 5, diakses melalui www.Internationaljournal.org pada tanggal 5 Mei 2020, pukul 14.29
  • Tausyiah Ustad Firanda, 10 Kiat Hati yang Bersih, diakses melalui channel youtube pribadi Ustad Firanda pada tanggal 9 Mei 2020 pukul 12.31
1 Like