Bagaimana Manajemen Waktu dalam Islam?

Waktu adalah hal yang tak dapat kembali sekalipun kamu berusaha. Waktu melukis kenangan yang semakin hari semakin jauh. Waktu sangat berharga dan tak ternilai. Jika waktumu terasa sempit dan selalu merasa kurang, tandanya ada yang perlu dibenahi. Ada yang salah. Ada yang terlupakan.

Bagaimana Islam melihat waktu ?

Dalam pepatah Arab dikatakan: “hazhzhukal yauma” (keberuntunganmu adalah hari ini), dan waktu kita sesungguhnya memang saat ini dan detik ini. Hari ini adalah amal dan “ghaniimah”.

Waktu kemarin akan menjadi milik kita jika apa yg diperankan adalah yang terbaik. Hari kemarin telah berakhir (ajal) dan menjadi nasihat (mau’izhah). Dan hari esok penuh harapan akan menjadi milik kita jika niat dan dan perbuatan telah terprogram debgan baik saat ini. Hari esok adalah “angan-angan” (amal). Hal itu tergantung dari pekerjaan yang diperankan manusia dalam kehidupan, apakah perbuatan itu yang terbaik atau sebaliknya?

Hari keberuntungan adalah hari-hari yang diisi dengan penuh ketaatan kepada Allah, di mana setiap hari yang kita lalui semakin mendekatkan diri kepada Allah Apakah perbuatan kita sudah sesuai dengan ridha-Nya atau murka-Nya?

Sementara benda-benda alam lainnya di jagat raya berjalan sesuai dgn aturan ketetapan-Nya, tertib disiplin dan memberikan manfaat yang luar biasa besarnya untuk kehidupan segenap makhluq Allah; Waktu kini tak mungkin terulang kembali, juga takkan tergantikan dengan lain waktu.

Waktu adalah “kesempatan”, dan kesempatan emas takkan terulang dua kali. Waktu berlalu begitu cepat bak meteor, dan “kerugianlah” bagi mereka yang tak sempat mengerjakan amal kebaikan di dalamnya. Waktu itu secepat manusia yg sigap menangkap peluang kehidupan dan menjadikannya sebagai kunci bagi keberhasilan hidupnya.

Oleh karena itu, maka carilah “keuntungan” (ghanimah/ightanim) yang lima sebelum datang lima perkara:

  1. Masa mudamu sebelum masa tuamu;
  2. Masa sehatmu sebelum tiba masa sakitmu;
  3. Masa kayamu sebelum masa fakirmu;
  4. Masa sempat/luangmu sebelum tiba masa sibukmu;
  5. Masa hidupmu sebelum masa kematianmu.

Demikian sabda Rasulullooh Saw. kepada Abdullah ibn Umar ibn Khaththab r.a.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT. banyak bersumpah dgn mempergunakan momentum waktu yang di antaranya adalah:

" Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari."
" Dan bulan apabila mengiringinya."
" Dan siang apabila menampakkannya."
" Dan malam apabila menutupinya (gelap gulita)."
" Dan langit serta pembinaannya (yang menakjubkan)."
" Dan bumi serta penghamparannya." (QS.Al-Syams [91]:1-6).

" Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)."
" Dan siang apabila terang benderang." (QS. Al-Lail [92]: 1-2).

" Demi masa [waktu asar]," (QS.Al-'Ashr [103]:1).

Sebelum membahas manajemen waktu, di dalam Al’Quran terdapat kata-kata yang berhubungan dengan kata waktu, misalnya :

  • Kata ajal memberi kesan bahwa segala sesuatu ada batas waktu berakhirnya, sehingga tidak ada yang abadi kecuali Allah swt. sendiri.

  • Kata dahr memberi kesan bahwa segala sesuatu pernah tiada, dan bahwa keberadaannya menjadikan ia terikat oleh waktu (dahr).

  • Kata waqt digunakan dalam konteks yang berbeda-beda, dan diartikan sebagai batas akhir suatu kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan. Arti ini tercermin dari waktu-waktu shalat yang memberi kesan tentang keharusan adanya pembagian teknis mengenai masa yang dialami (seperti detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, dan seterusnya), dan sekaligus keharusan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam waktu-waktu tesebut, dan bukannya membiarkannya berlalu hampa.

  • Kata ‘asr memberi kesan bahwa saat-saat yang dialami oleh manusia harus diisi dengan kerja memeras keringat dan pikiran.

Didalam ajaran agama Islam, kita dituntut untuk benar-benar menghargai waktu, dimana waktu adalah sesuatu yang sangat berharga, karena ketika kita sudah kehilangan waktu, maka kita tidak akan pernah mendapatinya kembali.

Seperti yang disampaikan oleh imam Al-Ghazali, bahwa sesuatu yang paling jauh di dunia ini adalah masa lalu, karena kita tidak akan pernah kembali ke masa lalu kita. Permaslahan ini juga sudah disampaikan oleh Nabi Muhammad saw, dalam hadist berikut,

Diriwayatkan oleh Bukhari, Tirmizi, dan Ibnu Majah, dari Ibnu Abbas ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda :

…Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.”

Dari peringatan nabi Muhammad saw diatas sangat jelas bahwa banyak manusia yang menyia-nyiakan waktunya dengan hal-hal yang tidak produktif.

Salah satu cara untukdapat melakukan manajemen waktu yang baik adalah dengan mengingat firman Allah swt sebagai berikut,

Terjemahnya: Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. QS al-Insyirah/94: 7

Dari ayat diatas jelas terlihat bahwa gunakan waktumu dengan hati-hati, dengan cara mengerjakan segala urusanmu dengan sungguh-sungguh. Segala urusan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh akan bernilai positif dan produktif.

Selanjutnya, ketika kita telah menyelesaikan satu urusan, maka selesaikanlah urusan berikutnya, dalam artian, manfaatkan waktu yang ada dengan melakukan segala urusan yang telah kamu rencanakan sebelumnya.

Selain itu, Allah swt juga telah memberikan ciri-ciri orang yang beriman, dimana salah satunya adalah tidak membuang-buang waktu, berdasarkan firman Allah swt sebagai berikut,

dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna QS. Al-Mu’minun Ayat 3

Sebagai penutup, berikut adalah nasihat nabi Muhammad saw, yang berkaitan dengan lima perkara yang harus dipergunakan sebelum lima perkara, yaitu:

Al Hasan bin Halim Al Marwazi mengabarkan kepadaku, Abu Al Muwajah memberitakan, Abdan memberitakan, Abdullah bin Abi Hindun mengabarkan, dari ayahnya, Ibnu Abbas ra, dia berkata: Rasulullah Saw bersabda kepada seorang laki-laki dan beliau menasehatinya,

“Pergunakanlah lima perkara sebelum datang lima perkara: Masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu, masa kosongmu sebelum masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum matimu.”

Referensi :

  • M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an; Tafsir Maudhu‘i atas Pelbagai Persoalan Umat

Manajemen waktu adalah suatu keterampilan untuk mengatur waktu agar berhasil mencapai cita-cita atau tujuan hidup positif yang dikehendaki. Jika tujuan hidup telah tercapai, itu berarti kesuksesan telah didapatkan. Sebab orang yang sukses adalah orang yang berhasil mencapai tujuan hidup positif yang dikehendakinya.

Waktu adalah sumber daya yang tidak bisa dibeli dan dijual, dibagikan dengan orang lain atau diambil dari mereka. Waktu tidak dapat ditambah atau dikurangi setiap hari, semua memiliki waktu yang sama, yaitu 24 jam. Apa yang dilakukan dengan waktu itulah yang membedakan. Orang yang berhasil memaksimalkan penggunaan waktu mereka mungkin menggunakan tekhnik dan sistem yang berbeda-beda namun memiliki satu hal yang sama. Mereka memiliki visi tentang bagaimana mereka ingin menghabiskan waktu, visi yang mengandung kesadaran tentang prioritas. Mereka tahu apa yang mereka ingin lakukan dengan waktu mereka.

Seseorang yang ingin sukses harus cerdas mengelola waktu. Ada enam sifat dasar waktu:

  1. Waktu adalah berkah Allah yang paling adil dan konsisten, artinya manusia diberi waktu yang sama yaitu 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.
  2. Waktu adalah kekayaan individual.
  3. Waktu tidak berubah, artinya kita tidak dapat menambah dan menguranginya.
  4. Waktu tidak dapat disimpan atau dikumpulkan.
  5. Waktu selalu berjalan maju.
  6. Waktu berwajah penggoda, artinya waktu dapat datang dengan godaannya yang sangat memikat untuk ditunda-tunda.

Karakteristik waktu dalam Al-Quran dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

  1. Waktu yang cepat berlalu, tertera dalam QS. An-Nazi‟at: 46 dan Yunus: 45.
    Pada hari ketika mereka melihat hari Kiamat itu (karena suasananya hebat), mereka merasa seakan-akan hanya (sebentar saja) tinggal (di dunia) pada waktu sore atau pagi hari”. (QS. An-Nazi‟at/79: 46).

  2. Tak dapat kembali dan tak dapat diganti
    Setiap detik, menit, jam, bahkan hari berlalu begitu cepat dan tidak akan pernah terganti.

  3. Waktu adalah harta yang paling berharga
    Waktu bukan barang berharga seperti emas, namun ia jauh lebih berharga dari segala harta di dunia. Pentingnya waktu bagi kehidupan manusia menurut AlQuran tertuang dalam (QS. Al-Furqan: 62 dan Ibrahim : 33-34).
    Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau yang ingin bersyukur. (QS. Al-Furqan/25: 62).

Allah SWT bahkan bersumpah dalam beberapa surah dalam Al-Quran dengan beberapa bagian dari waktu, seperti: waktu malam, siang, fajar, dhuha, ashar, dan sebagainya. Hal ini menandakan betapa pentingnya waktu bagi kehidupan manusia. Seperti dalam Q.S Al-Lail : 1-2, Al-Fajr: 1-2, Adh Dhuha 1-2; dan Al- Ashr.
“Demi masa. Sungguh, manusia itu berada dalam kerugian, (QS. Al-„Ashr/103: 1-2).

Dalam hadis Nabi saw dijelaskan lima perkara yang harus dipergunakan sebelum lima perkara, yaitu:

Al Hasan bin Halim Al Marwazi mengabarkan kepadaku, Abu Al Muwajah memberitakan, Abdan memberitakan, Abdullah bin Abi Hindun mengabarkan, dari ayahnya, Ibnu Abbas ra, dia berkata: Rasulullah Saw bersabda kepada seorang laki-laki dan beliau menasehatinya, “Pergunakanlah lima perkara sebelum datang lima perkara: Masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu, masa kosongmu sebelum masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum matimu.

Al-Qur‟an menggunakan beberapa kata untuk menunjukkan makna waktu, yaitu:

  1. Ajal, rangkaian huruf ء ,ج ,dan ل menujukkan beberapa kata yang berbeda, yang sulit untuk diqiyaskan satu dengan yang lainnya, karena masing-masing merupakan makna yang berdiri sendiri.
  • Al-Ajal ; Batas waktu pada persoalan utang-piutang dan sebagainya.

  • Al-Ijl ; Sekumpulan sapi liar, jamaknya adalah ajal.

  • Al-Ijl ; Sakit pada leher.

    Ajal menunjukkan waktu berakhirnya sesuatu, seperti berakhirnya usia manusia atau masyarakat. Setiap manusia memiliki batas waktu berakhirnya usianya. Firman Allah swt. QS Yunus/10: 49. Terjemahnya: …“Bagi setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.

  1. Dahr, digunakan untuk saat berkepanjangan yang dilalui alam raya dalam kehidupan dunia ini, yaitu sejak diciptakannya sampai punahnya alam sementara ini. QS al-Insan/76:1. Terjemahnya: Bukankah telah datang kepada manusia satu waktu dari masa, yang ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?.

    Ada beberapa pendapat tentang pengertian al-dahr. Pendapat pertama mengatakan bahwa al-dahr adalah masa sejak sebelum penciptaan. Pendapat kedua seperti yang dikatakan oleh al-Asfahani, al-dahr pada asalnya berarti masa yang dilalui oleh alam, mulai masa penciptaannya hingga kehancurannya. Pendapat ketiga seperti disebutkan oleh al-Tabarsi menyatakan bahwa kata ini berarti berlangsungnya malam dan siang. Jamaknya adalah adhur atau duhur.

  2. Waqt (ت و ,(rangkaian huruf و , ق dan ت adalah akar kata yang menunjukkan makna batas sesuatu dan kadar/ukuran dalam hal masa dan sebagianya. Darinya lahir kata waqt yang berarti masa/waktu yang telah maklum, al-mauqut: sesuatu yang dibatasi. Waqt digunakan dalam arti batas akhir kesempatan atau peluang untuk menyelesaikan suatu peristiwa. Karena itu, sering kali Al-Qur‟an menggunakannya dalam konteks kadar tertentu dari suatu masa. Misalnya Firman Allah swt. QS al-Nisa/4: 103. Terjemahnya: ….“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”

  3. Kata ‘asr berasal dari kata ‘ashoro, ya’shiru, dan ‘ashron. Di dalam berbagai bentuknya baik dalam bentuk kata kerja maupun dalam bentuk kata benda di dalam al-Qur‟an kata itu disebut lima kali, tersebar di dalam empat surah (tiga surah makkiyah dan satu surah madaniyah) dan lima ayat.

Dari kata-kata di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang pandangan al-Qur‟an mengenai waktu (dalam pengertian-pengertian bahasa Indonesia), yaitu:

  1. Kata ajal memberi kesan bahwa segala sesuatu ada batas waktu berakhirnya, sehingga tidak ada yang abadi kecuali Allah swt. sendiri.

  2. Kata dahr memberi kesan bahwa segala sesuatu pernah tiada, dan bahwa keberadaannya menjadikan ia terikat oleh waktu (dahr).

  3. Kata waqt digunakan dalam konteks yang berbeda-beda, dan diartikan sebagai batas akhir suatu kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan. Arti ini tercermin dari waktu-waktu shalat yang memberi kesan tentang keharusan adanya pembagian teknis mengenai masa yang dialami (seperti detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, dan seterusnya), dan sekaligus keharusan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam waktu-waktu tesebut, dan bukannya membiarkannya berlalu hampa.

  4. Kata ‘asr memberi kesan bahwa saat-saat yang dialami oleh manusia harus diisi dengan kerja memeras keringat dan pikiran.

Manajemen waktu juga termasuk salah satu bagian dari manajemen diri. Di dalam manajemen diri, terdapat istilah fiqih prioritas. Adapun yang dimaksud dengan fiqih prioritas adalah meletakkan segala sesuatu di posisi dan urutannya masing-masing, tidak mengakhirkan sesuatu yang seharusnya didahulukan ataupun sebaliknya, mendahulukan sesuatu yang seharusnya diakhirkan.

Referensi