Bagaimana Macaca fascicularis (monyet ekor panjang) terinfeksi cacing saluran pencernaan?

Macaca fascicularis (monyet ekor panjang) selain digunakan sebagai hewan coba dalam penelitian biomedis juga dimanfaatkan sebagai hewan peliharaan (Sussman dan Tattersall, 1986; Bonnotte, 2001;

Macaca fascicularis (monyet ekor panjang) selain digunakan sebagai hewan coba dalam penelitian biomedis juga dimanfaatkan sebagai hewan peliharaan (Sussman dan Tattersall, 1986; Bonnotte, 2001; Eudey, 2008; Shepherd, 2008.). Satwa primata sebagai hewan peliharaan mempunyai kemungkinan besar sebagai sumber infeksi cacing seperti Strongyloides, Oesophagustonum, cacing pita, Toxocara, Ancylostoma, Ascaris dan Filaria (Soulsby, 1982). Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa satwa primata ini berpotensi sebagai sumber infeksi parasit bersifat zoonosis. Penelitian yang dilakukan oleh Chrisnawaty (2008) pada monyet ekor panjang di Pulau Tinjil, berhasil mengidentifikasi enam jenis cacing yang menginfeksi M. fascicularis diantaranya Hymenolepis, Ascaris sp., Oxyurid, Strongyl, Trichuris sp. dan Schistosoma. Macaca fascicularis asal beberapa hutan monyet di Bali ditemukan terinfeksi Ancylostoma, Ascaris sp., Taenia, Trichostrongylus sp., Trichuris sp., Enterobius dan Paragonismus (Lane, 2011). Beberapa jenis cacing yang dapat menginfeksi M. fascicularis yang digunakan dalam penelitian biomedis adalah nematoda (Trichuris trichiura, Enterobius spp., Ancylostoma duodenale, Necator americanus, Strongyloides stercoralis, Strongyloides fulleborni, Ternidens, Oesophagustonum sp., Ascaris lumbricoides, Trichostrongylus colubriformis), cestoda (Hymenolepis nana dan Bartiella spp.) dan trematoda (Fasciolopsis buski, Watsonius watsoni dan Gastrodiscoïdes homini) (Lacoste, 2009).

Berdasarkan sejarah evolusi antara manusia dan satwa primata, kerusakan habitat dan sempitnya hospes spesifik untuk beberapa parasit, dapat menimbulkan risiko kemunculan penyakit dan potensi tinggi menular dari satwa primata ke manusia (Schrag dan Weiner, 1995; Wolfe et al. 1998; Jones-Engel et al. 2004). Chapman et al. (2005) berhasil mengisolasi cacing saluran pencernaan yang menginfeksi primata dan manusia di Taman Nasional Kibale, Uganda diantaranya Trichuris sp., Strongyloides fulleborni, Strongyloides stericalis, Oesophagostonum stephanostonum, Colobenterobius sp., Enterobius sp., Streptopharagus sp., Ascaris sp., Bertiella sp. Kagein et al. (1992) mempublikasikan dua kasus Bertiellosis pada manusia di Sumatra Utara tersebab Bertiella studeri. Tiga kasus serupa juga dilaporkan terjadi di Jepang (Ando et al., 1996). Bertiella studeri merupakan cestoda yang umum ditemukan pada monyet di Afrika dan Asia (Stunkard, 1940).

Monyet ekor panjang tidak umum digunakan sebagai hewan peliharaan di Bali. Tetapi, berdasarkan wawancara dengan pedagang satwa ini di Pasar Satria, penjualan dapat mencapai 6-7 ekor per minggu atau rata-rata satu ekor terjual setiap harinya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat cukup berminat untuk memelihara monyet sebagai hewan peliharaan. Prevalensi infeksi parasit saluran cerna monyet yang dipelihara sebagai hewan kesayangan di Sulawesi mencapai 59,1% (Jones-Engel et al., 2004).

Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui jenis cacing, intensitas dan prevalensi kecacingan yang dialami oleh M. fascicularis yang diperdagangkan di Pasar Satria. Dengan demikian manfaat lain yang didapat melalui penelitian ini adalah dapat diketahui jenis cacing yang menginfeksi M. fascicularis yang bersifat zoonosis.