Bagaimana Konsep Teori Dialektikal Sosial Praksis?

Pada umumnya kajian-kajian linguistik di abad ke 21 merupakan turunan dari kajian linguistik yang berasal dari pandangan Ferdinand de Saussure kecuali kajian ekolinguistik. Ekolinguistik merupakan payung yang dapat memayungi dan menyelesaikan keberagaman-keberagaman lingkungan alam dan lingkungan bahasa melalui pendekatan-pendekatan teori secara luas. Salah satunya ada teori "Dialektikal Sosial Praksis, bagaimanakah konsep teori tersebut?

Dalam pandangan kajian ini norma-norma bahasa merupakan bagian dari praksis sosial (social praxis). Berpatokan kepada teori yang bertalian dengan praksis sosial, pakar ekolinguistik menganggap bahwa bahasa merupakan produk sosial dari semua kegiatan manusia, namun pada waktu bersamaan bahasa itu sendiri dapat mengubah atau memodifikasi kegiatan-kegiatan manusia dan praksis sosial manusia.

Interelasi dan interdependensi yang tergambar antara keterhubungan bahasa dan praksis sosial, menurut Lindo dan Jeppe (2000:9), merupakan sebuah hubungan dialektikal antara bahasa dan praksis sosial. Lebih lanjut Lindo dan Jeppe (2000:9) menjelaskan bahwa dalam hubungan dialektikal ini praksis sosial mendominasi bahasa. Pendominasian praksis sosial terhadap bahasa disebabkan oleh satu pemahaman bahwa praksis sosial tanpa bahasa mungkin saja terjadi, akan tetapi baik secara historis maupun secara logis, bahasa tanpa praksis sosial mustahil terjadi. Lindo dan Jeppe (2000:10) juga berpendapat bahwa penelitian ilmiah terhadap bahasa juga merupakan penelitian ilmiah tentang praksis sosial, sehingga teori-teori bahasa juga merupakan teori-teori praksis sosial. Ini berarti secara disadari maupun tidak semua teori bahasa berhubungan dengan praksis sosial.

Akibat keterhubungan antara teori bahasa dan teori praksis sosial, kajian ekolinguistik merancang sebuah teori linguistik yang dihubungkan dengan teori dialektikal praksis sosial yang dikenal sebagai The Three dimensionality of social praxis (Tiga Dimensi Praksis Sosial). Teori tiga dimensi praksis sosial merupakan teori ekolinguistik yang banyak dipergunakan oleh Odense School, sekolah yang didirikan oleh Bang and Door (1998). Teori ini diaplikasikan dalam mengamati lingkungan dan isu-isu lingkungan untuk menjelaskan tentang norma-norma bahasa lingkungan yang direpresentasikan dalam bentuk kerangka teori.

Menurut Lindo dan Jeppe (2000:10) teori tiga dimensi tersebut adalah, pertama dimensi ideologis (the ideological dimension), yaitu hubungan individual dan mental kolektif, kognitif dan sistem psikhis seseorang yang terlefleksi pada bahasa, khasanah kebahasaan dengan kandungan maknanya dan perilakunya. Berikutnya dimensi sosiologis (sociological dimension) yaitu tentang cara seseorang mengorganisasi hubungan antara sesama untuk membangun, menjalin dan memelihara keharmonisan hubungan individual secara kolektif, seperti rasa saling menyayangi satu sama lain di antaranya rasa saling menyayangi dalam anggota keluarga, atau antara sesama teman, dan saling mengenal antara tetangga atau suku. Ketiga adalah dimensi biologis (biological dimension) yaitu yang bertautan dengan lingkungan alam dan hidup berdampingan dengan alam serta seluruh isinya, termasuk ke dalamnya spesies flora, fauna, batu-batuan, mikro dan makro organisme.

Berdasarkan teori dialektikal ini, tidak ada satu kejadianpun atau perwujudan yang monodimensi atau monologikal. Lindo dan Jeppe (2000:11) menjelaskan bahwa aktivitas bernafas sebenarnya bukan sekedar kegiatan biologis manusia, tetapi juga berkaitan dengan aktivitas mental dan sosial manusia. Kajian ekolinguistik tiga dimensi praksis sosial ini mengandung arti bahwa bahasa juga merupakan tiga dimensi entitas dari praksis sosial. Oleh sebab itu kajian linguistik perlu mengurai bahasa dalam tiga dimensi ini. Menurut pandangan kedua pakar ini, ekolinguistik merupakan sebuah kajian keterhubungan bio-, sosio-, dan ideo-logis dimensi bahasa, sehingga hubungan mental, kognitif, lingkungan sosial harus saling bahu membahu.