Bagaimana konsep kebutuhan dalam pandangan ekonomi Islam?

Bagaimana konsep kebutuhan dalam pandangan ekonomi Islam ?

Bagaimana konsep kebutuhan dalam pandangan ekonomi Islam ?

Sebelumnya kita berangkat dari definisi kebutuhan dan keinginan sudut pandang konvensional bahwa kebutuhan dan keinginan merupakan segala sesuatu yang diperlukan oleh manusia yang bertujuan untuk mempertahankan dan mensejahterakan hidupnya.
Kebutuhan adalah cerminan perasaan ketidakpuasan
atau kekurangan dalam diri manusia yang ingin
dicapainya.

Akan tetapi hal tersebut tidak didukung pendapat
yang disampaikan oleh Imam Al-Ghozali, beliau
berpendapat bahwa kebutuhan dan keinginan itu
berbeda jauh. Menurut Imam al-Ghazali kebutuhan
adalah keinginan manusia untuk mendapatkan sesuatu
yang diperlukan dalam rangka mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan menjalankan
fungsinya yaitu menjalankan tugasnya sebagai hamba
Allah dengan beribadah secara maksimal. Karena ibadah
kepada Allah adalah wajib, maka berusaha untuk
memenuhi kebutuhan agar kewajiban itu terlaksana
dengan baik, hukumnya menjadi wajib juga,
sebagaimana kaidah yang berlaku.

Menurut Islam, yaitu senantiasa mengaitkannya
dengan tujuan utama manusia diciptakan yaitu ibadah.
Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka Allah menghiasi
manusia dengan hawa nafsu (syahwat), dengan adanya
hawa nafsu ini maka muncullah keinginan dalam diri manusia.

Menurut al-Syathibi, rumusan kebutuhan manusia dalam Islam terdiri dari tiga macam, yaitu dharuriyat, hajiyat, dan tahsiniyat.

  1. Dharuriyat (primer)
    Dharuriyat (primer) adalah kebutuhan paling utama
    dan paling penting. Kebutuhan ini harus terpenuhi agar
    manusia dapat hidup layak. Jika kebutuhan ini tidak
    terpenuhi hidup manusia akan terancam didunia maupun akhirat. Kebutuhan ini meliputi, khifdu din(menjaga agama), khifdu nafs (menjaga kehidupan), khifdu
    ‘aql (menjaga akal), khifdu nasl (menjaga keturunan), dan
    khifdu mal (menjaga harta).

Oleh sebab itu tujuan yang bersifat dharuri adalah
tujuan utama untuk pencapaiaan kehidupan yang abadi bagi manusia Lima kebutuhan dharuriyah tersebut harus
dapat terpenuhi, apabila salah satu kebutuhan tersebut

diabaikan akan terjadi ketimpangan atau mengancam

keselamatan umat manusia baik didunia maupun
diakhirat kelak. Manusia akan hidup bahagia apabila ke
lima unsur tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.

  1. Hajiyat (sekunder)

Kebutuhan hajiyat adalah kebutuhan sekunder atau
kebutuhan setelah kebutuhan dharuriyat. Apabila
kebutuhan hajiyat tidak terpenuhi tidak akan
mengancam keselamatan kehidupan umat manusia, namun manusia tersebut akan mengalami kesulitan dalam melakukan suatu kegiatan. Kebutuhan ini
merupakan penguat dari kebutuhan dharuriyat.
Maksudnya untuk memudahkan kehidupan,
menghilangkan kesulitan atau menjadikan pemeliharaan
yang lebih baik terhadap lima unsur pokok kehidupan
manusia. Apabila kebutuhan tersebut tidak terwujudkan,
tidak akan mengancam keselamatannya, namun akan
mengalami kesulitan. Pada dasarnya jenjang hajiyat ini
merupakan pelengkap yang mengokohkan, menguatkan,
dan melindungi jenjang dharuriyat. Atau lebih spesifiknya lagi bertujuan untuk memudahkan atau
menghilangkan kesulitan manusia di dunia.

  1. Tahsiniyat (tersier)

Kebutuhan tahsiniyah adalah kebutuhan yang tidak
mengancam kelima hal pokok yaitu khifdu din (menjaga
agama), khifdu nafs (menjaga kehidupan), khifdu aql
(menjaga akal), khifdu nasl (menjaga keturunan), serta
khifdu maal (menjaga harta) serta tidak menimbulkan
kesulitan umat manusia.
Kebutuhan ini muncul setelah kebutuhan
dharuriyah dan kebutuhan hajiyat terpenuhi, kebutuhan
ini merupakan kebutuhan pelengkap…

1 Like