Bagaimana kondisi geologi regional daerah Buton?

Stratigrafi


Jenis batuan yang terungkap di Pulau Buton sangat bervariasi demikian pula dengan umur batuannya yang mencakup mulai dari Mesozoik hingga Kuarter. Sebaran paling luas dari batuan Pra Tersier tersebut ditemukan di bagian ujung utara dari Pulau Buton di wilayah Kalisusu dan juga di sekitar aliran Sungai Mukito, Buton Selatan. Sedangkan batuan Kuarter yang didominasi oleh satuan batugamping terumbu, tersebar terutama di bagian selatan dan tengah Pulau Buton. Sebaran batuan permukaan daerah Buton seperti terungkap pada gambar berikut :

Gambaran urutan stratigrafi Pulau Buton dari tua ke muda adalah sebagai berikut:

Sekis Kristalin
Batuan malihan ini terutama terdiri dari sekis – plagioklas yang hanya tersingkap di aliran Sungai Mukito ( Buton Selatan). Menurut Hetzel (1936) satuan ini diperkirakan berumur lebih tua dari Trias yang didasarkan pada satuan Mesozoik lainnya tidak terlalu terubahkan seperti halnya sekis kristalin ini.

Sikumbang, dkk (1995) menamakan satuan batuan tersebut sebagai Formasi Mukito yang juga diperkirakan berumur Pra Trias.

Batuan Mesozoik

  • Formasi Winto
    Satuan ini tersingkap di daerah Buton Selatan, di bagian atas aliran sungai Winto, yang disusun oleh batuan selang seling serpih, serpih napalan, batupasir arkose, konglomerat dengan sisipan tipis batugamping berwarna gelap. Satuan ini menutupi sekis kristalin yang terlipatkan. Berdasarkan fosil yang terdapat dalam lapisan batugamping seperti Halobia sp., satuan ini berumur Trias Atas. Satuan ini tersingkap di sekitar Lawele dan bagian atas aliran Sungai Winto.

  • Formasi Doole
    Batuan dari Formasi Doole ini terutama terdiri dari batuan malihan yang berderajat rendah. Satuan ini tersingkap di sepanjang pantai timur Buton Utara antara Teluk Doole hingga Tanjung Lakancai. Adanya kemiripan dengan batuan Formasi Winto, satuan Formasi Doole ini diperkirakan berumur Trias Atas.

  • Formasi Ogena
    Batuan yang menyusun Formasi Ogena terutama terdiri dari batugamping dengan sisipan napal. Dalam lapisan napal sering ditemukan fosil amonit seperti Phylloceras sp. dan Arietites sp. Keberadaan fauna amonit ini menentukkan umur satuan tersebut sebagai Jura Bawah. Formasi Ogena tertutama didapatkan di bagian utara dan selatan Buton, sedangkan di bagian tengah tidak ditemukan sebaran satuan batuan ini.

  • Formasi Rumu
    Satuan ini terutama disusun oleh selang seling batugamping, napal dan sisipan batulempung. Dalam satuan ini banyak ditemukan fosil Belemnopsis sp., seperti Belemnopsis gerardi, Belemnopsis alfurica dan Ancella cf. malayomaorica. Kontak dengan satuan dibawahnya yaitu Formasi Ogena terlihat selaras. Berdasarkan kandungan fosil tersebut, umur satuan batuan ini diperkirakan Jura Atas.

  • Formasi Tobelo
    Seperti halnya duasatuan sebelumnya seperti Formasi Ogena dan Formasi Rumu, satuan batuan Formasi Tobelo terutama disusun oleh lapisan batugamping dengan sisipan tipis napal. Ciri satuan ini adalah terdapatnya sisipan tipis rijang, dengan kandungan fosil foraminifera yang banyak ditemukan dalam satuan ini umumnya terdiri dari Globotruncana canaliculata, Globigerina cretacea dan Pseudotextulaia globulosa. Fosil-fosil tersebut adalah fauna khas berumur Kapur. Lapisan batugamping dari satuan ini banyak mengandung fosil radiolaria. kalsilutit.

Batuan Tersier
Satuan batuan yang berumur Tersier ini terbagi atas batuan berumur Paleogen dan Neogen. Menurut Hetzel (1936) terdapat satuan batuan berumur Paleogen yang dinamakan Formasi Wani disekitar Pegunungan Tobelo, disusun oleh lapisan batuan konglomerat aneka bahan, batupasir dan batupasir gampingan. Dalam lapisan konglomerat tersebut ditemukan pecahan batugamping mengandung fosil Globotruncana yang berumur Kapur, juga ditemukan fosil nummulites, Isolepidina boetonensis. Berdasarkan keberadaan fosil nummulites, Asterocyclina sp, Spiroclypeus sp dan Borelis sp tersebut ditentukan satuan batuan tersebut berumur Eosen. Penyebaran satuan batuan ini terbatas di sekitar aliran Sungai Wani, Pegunungan Tobelo, Buton Utara.

Penyebaran paling luas yaitu batuan Tersier dimana hampir tiga perempat wilayah Pulau Buton ditempati oleh batuan tersebut. Batuan Tersier Atas (Neogen) terletak tidak selaras di atas satuan yang lebih tua (Mesozoik). Secara umum endapan muda ini dimulai dengan batuan konglomeratik hingga pasiran, yang kemudian berubah menjadi lebih ke arah gampingan – napalan. Terdapat dua karakter sedimen berbeda dari satuan Tersier muda ini, yaitu sedimen konglomeratik – pasiran dari lapisan Tondo dan sedimen yang lebih gampingan – napalan dari lapisan Sampolakosa.

  • Formasi Tondo
    Satuan batuan dari Formasi Tondo terutama disusun oleh konglomerat dan batupasir ( Hetzel, 1936) berselang seling dengan lempung dan napal. Seperti halnya dalam Formasi Wani, dalam lapisan konglomerat dari Formasi Tondo juga ditemukan fragmen-fragmen batuan sedimen Mesozoik, peridotit dan serpentin. Selain itu juga dalam bagian satuan tersebut terdapat lapisan batugamping. Sikumbang, dkk. (1995) memasukkannya sebagai Anggota Batugamping Formasi Tondo. Kandungan fosil yang terdapat dalam satuan ini seperti Lepidocyclina sumatrensis, Lepidocyclina ferreroi, Miogypsina sp.,Amphistegina sp.,Heterostegina sp dan Cycloclypeus sp. mencirikan umur Miosen Tengah hingga Atas.

  • Formasi Sampolakosa
    Formasi Sampolakosa memperlihatkan satuan yang lebih napalan, jarang terdapat sisipan batupasir, dan terletak selaras di atas Formasi Tondo. Dalam satuan ini banyak sekali ditemukan fosil foraminifera plangton dari jenis globigerinae. Selain itu juga banyak ditemukan fosil moluska yang khas untuk lingkungan laut dalam (Hetzel, 1936, dalam Marks,1957). Umumnya Pulau Buton ditutupi sangat luas oleh satuan batuan dari Formasi Sampolakosa ini.

Batuan Kuarter
Kedalam batuan Kuarter ini termasuk batugamping terumbu, yang terutama tersebar di sebelah tengah dan selatan Pulau Buton. Batugamping terumbu sangat khas memperlihatkan satuan undak pantai. Sikumbang ,dkk., (1995) menamakan terumbu terangkat ini sebagai Formasi Wapulaka. Selain itu sedimen ini juga disusun oleh endapan batupasir gampingan, batulempung dan napal yang kaya akan foraminifera plangton. Di Buton selatan, ditemukan gamping terumbu yang terangkat hingga ketinggian 700 meter. Kedalam satuan Kuarter ini juga termasuk endapan aluvial yang banyak tersebar di sekitar aliran sungai.

Pola struktur

Kondisi tektonik Pulau Buton tidak terlepas dari keadaan pola tektonik yang berkembang di wilayah timur Sulawesi. Dampak proses tektonik tersebut menghasilkan perlipatan serta sesar sungkup yang terbentuk. Pelipatan seringkali asimetri yang lebih terjal di sisi bagian barat.

Terdapat perbedaan pola struktur dari Pulau Buton secara keseluruhan, dimana secara garis besar terdapat tiga bagian yang berbeda yaitu bagian selatan, tengah dan barat. Pelipatan dan patahan yang terbentuk sebagai dampak proses tektonik tersebut menghasilkan bentuk antiklinorium yang asimetris.

Pola struktur di sebelah selatan pulau memperlihatkan arah baratlaut – timurlaut, bagian tengah pulau berarah utara-selatan, sedangkan di bagian utara pulau memperlihatkan arah utama baratlaut – tenggara.

Sejumlah patahan yang berkembang di wilayah pulau ini memberikan nilai yang sangat penting dengan keberadaan aspal yang terbentuk. Fenomena tegasan tersebut di antaranya membentuk graben yang berarah baratdaya timurlaut memotong bagian selatan pulau, yang dikenal dengan graben Lawele.