Bagaimana Kita Keluar dari Agorafobia?

Keberadaan seseorang dalam suasana ramai memanglah asyik dan bisa menghilangkan stres yang ada di diri kita. Namun, tidak semua orang menyukai keadaan ramai tersebut. Mereka justru merasakan kecemassan yang diakibatkan suasana ramai itu. Keadaan ini disebut dengan agorafobia atau bisa juga disebut fobia ‘pasar’ alias tempat umum.

Berbeda dengan sosialfobia, agorafobia muncul pada seseorang di tempat ramai namun dirinya bukan menjadi pusat perhatian utama. Situasi yang menyebabkan agorafobia antara lain, menggunakan angkutan umum, berada di ruang terbuka misal pasar, alun-alun, taman dan lainya.

Situasi lain yang mampu menimbulkan agorafobia yaitu tempat umum yang tertutup, pertokoan, gedung pertujukan, gedung olah raga. Terakhir, contoh situasi lain yang menyebabkan agorafobia adalah berada sendirian di luar rumah.

Menurut Mesriut Sutardjo A, Wiramihardja (dalam Zainuri & Wulandari: 2020) menjelaskan arti agorafobia yaitu suatu ketakuatan berada dalam suatu tempat atau situasi dimana ia merasa bahwa ia tidak dapat atau sukar menjadi baik secara fisik maupun psikologis untuk melepaskan diri.

Masih dalam sumber yang sama, (Kartini Kartono: 1981) menjelaskan arti agorafobia adalah suatu kondisi dimana penderita menjadi cemas di lingkungan yang asing atau di mana ia merasakan bahwa mereka memiliki sedikit kontrol. Pemicu untuk kegelisahan ini mungkin termasuk ruang terbuka lebar, orang banyak (kegelisahan sosial), atau bepergian (bahkan jarak pendek).

Gejala agorafobia pada manusia

Mengutip situs alodokter.com (16/11/2017) agorafobia memiliki gejala antara lain yaitu, pertama gejala fisik, biasanya hanya muncul ketika penderita dalam situasi atau lingkungan yang memicu rasa cemas.

Gejala fisik agorafobia,antara lain adalah detak jantung dan napas menjadi cepat, merasa panas dan berkeringat, merasa tidak sehat, nyeri dada, kesulitan menelan, diare, gemetar, pusing, tinnitus, dan merasa ingin pingsan.

Kedua gelaja kognitif, yaitu perasaan atau pikiran penderita yang dapat berhubungan dengan gejala fisiknya. Beberapa gejala kognitif agorafobia, antara lain adalah perasaan takut bahwa serangan panik yang dialami akan mengancam nyawa dan membuatnya terlihat seperti orang bodoh.

Bila terjadi serangan panik, penderita merasa bahwa dia tidak dapat kabur dari situasi tersebut. Penderita juga merasa takut akan kehilangan kewarasan, kontrol diri, dan menjadi pusat perhatian orang sekelilingnya.

Ketiga gejala perilaku, misalnya menghindari situasi yang rawan menimbulkan serangan panik, seperti berada di dalam transportasi umum, antrean, atau dalam keramaian. Penderita juga menghindar untuk keluar rumah atau tidak dapat meninggalkan rumah untuk waktu lama, dan membutuhkan orang yang dipercaya untuk menemaninya pergi ke mana pun.

Penyebab agorafobia sampai sat ini belum berhasil ditemukan. Agorafobia umumnya berkembang sebagai akibat dari komplikasi dari serangan panik. Hal ini karena kecemasan yang begitu besar terhadap kepanikan saat di tempat umum. Faktor biologis (kondisi kesehatan dan keturunan), sifat dan perilaku, tekanan lingkungan, serta pengalaman hidup turut berperan dalam berkembangnya agorafobia.

Cara mengatasi agorafobia menurut ahli

Mengutip situs halodoc.com (19/03/2019) ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengatasi kecemasan pada tempat umum atau agorafobia ini. antara lain sebagi berikut,

Pertama, mencari bantuan profesional. Agorafobia adalah kondisi yang dapat diobati. Terdapat ahli kesehatan mampu untuk meninjau gejala yang terjadi, mendiagnosis kondisi terkini, dan mengembangkan rencana perawatan. Ahli kesehtan tersebut akan siap untuk menyediakan rencana pemulihan yang aman dan efektif.

Agorafobia umumnya dapat berkembang pada tahun pertama ketika seseorang mulai mengalami serangan panik yang persisten dan tidak terduga. Karena itu, penting untuk mencari bantuan profesional segera setelah gejala muncul. Seseorang dengan agorafobia jangka panjang dapat memiliki hasil positif dan terlihat peningkatan dengan bantuan profesional.

Kedua, mempelajari teknik relaksasi. Teknik relaksasi menjadi salah satu cara untuk mengurangi stres. Teknik relaksasi mampu mengurangi rasa gugup pada diri kita. Hal tersebut dapat dipelajari dengan mudah di rumah sendiri. Mulailah mempraktikkan cara ini untuk mengelola serangan panik, mengurangi pikiran negatif, dan memperoleh efek relaksasi pada tubuh.

Ketiga, kurangi perasaan stres pada diri kita. Stres merupakan sebuah beban bagi mental kita. Sehingga banyak penyakit yang dapat ditimbulkan oleh stres termasuk agorafobia ini. Oleh sebab itu, untuk menguranginya kita bisa menjalani hobi kita, mendengarkan musik, menonton video, membaca dan kegiatan hiburan lainya.

Keempat, mengonsumsi obat. Obat yang dapat diminum untuk mengatasi agorafobia adalah obat antidepresan. Untuk mengonsumsi obat ini lebih baik kita kosultasi dahulu kepada ahlinya. Jangan sampai kita mengonsumsi obat yang berlebihan dosis. Karena akan berdampak buruk pada kesehatan tubuh kita.

Jangan lupa bahagia

Kebahagiaan merupakan salah satu hal yang bisa kita cari maupun kita ciptakan sendiri. Banyak orang tidak bersyukur dan akhirnya tidak bahagia. Sehingga dapat membuat stres dan panik pada pikiran seseorang yang kemudian menimbulkan agorafobia.

Oleh karena itu, salah satu kunci mengantisipasi agorafobia adalah dengan banyak bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.

“Bahagia lahir dari rasa syukur yang tak henti padaNya dan usaha untuk senantiasa berbagi apa yang kita bisa pada sesama. Itulah sebabnya kita bisa memilih untuk berbahagia setiap hari, setiap kali,” Helvy Tiana Rosa, penulis terkenal wanita Indonesia.

Bersyukur akan membawa diri kita pada situasi dimana hidup ini terasa begitu menyenangkan. Hidup yang menyenangkan inilah yang perlu kita ciptakan setiap hari. Sehingga tumbuh rasa percaya diri dan hilangnya rasa panik, hasilnya kita akan jauh dari agorafobia.

Referensi

1 Like