Bagaimana kisah penolakan iblis untuk sujud kepada nabi Adam as ?

Babi Adam as

Bagaimana kisah penolakan iblis untuk sujud kepada nabi Adam as ?

Berikut adalah ayat-ayat suci Al Quran yang menceritakan penolakan iblis untuk sujud kepada nabi Adam as.

QS. al-A’rāf/ 7: 11

Sesungguhnya kami telah menciptakan kamu (Adam as) lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para Malaikat, bersujudlah kamu kepada Adam as‚ maka merekapun bersujud kecuali Iblis. Dia tidak termasuk mereka yang besujud. (QS. al-A’rāf/ 7: 11).

Ibnu Kathīr dalam memulai pejelasan ayat ini memberikan penjelasan mengenai peringatan Allah kepada bani Adam as. (manusia) tentang kemulyaan bapak mereka, yaitu Adam as. Allah menjelaskan kepada mereka prihal musuh mereka (yaitu Iblis) dan kedengkian yang tersimpan di dalam diri Iblis terhadap mereka dan bapak mereka, supaya mereka bersikap waspada terhadapnya dan jangan mengikuti jalan iblis.

Ibnu Kathīr juga mengutip Makna ayat yang semisal dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:

Dan (ingatlah), ketika Tuhan mu berfirman kepada para malaikat‚ Sesungguhnya Aku akan menciptakan serang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk maka apa bila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya roh (ciptaan)-Ku maka tunduklah kalian kepadanya dengan bersujud. (al-Hajr/ 15: 28-29).

Demikian itu karena ketika Allah swt menciptakan nabi Adam as. dengan tangan lekuasaan-Nya dari tanah liat, lalu Allah memberinya bentuk manusia yang sempurna dan meniupkan kedalam tubuhnya sebagian dari roh (ciptann-Nya). Maka Allah memerintahkan kepada semua malaikat untuk bersujud kepada Allah sebagai penghormatan kepada keagungan Allah swt, semua malaikat mendengar dan menaati perintah itu kecuali Iblis, ia tidak mau bersujud.

QS. Al-Baqarah/ 2: 34

Tidak jauh berbeda dengan ayat sebelumnya dalam QS. Al-Baqarah/ 2: 34 juga menjelaskan hal yang sama mengenai penolakan Iblis bersujud kepada nabi Adam as. Firman Allah swt,

Dan (renungkanlah pula) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat, sujudlah kepada Adam as‘, maka merekapun segera sujud. Tetapi Iblis enggan dan angkuh dan dia termasuk kelompok yang kafir. (QS. Al-Baqarah/ 2: 34)

Ibnu Kathīr menjelaskan ayat di atas bahwa hal ini merupakan penghormatan yang besar dari Allah Swt. Buat nabi Adam as. dan dapat dilimpahkan kepada keturunannya, Allah Swt berfirman kepada para Malaikat yang bersamaan dengan Iblis secara khusus, bukan seluruh Malaikat yang berada di langit, “sujudlah kalian kepada Adam as.”, maka mereka semuanya sujud, kecuali Iblis, ia membangkang dan takabur karena didalam dirinya telah muncul sifat takabur dan tinggi diri.

Iblis berkata, ‚aku tidak mau sujud karena aku lebih baik dari pada dia dan lebih tua serta asalku lebih kuat, Engkau telah menciptakan aku dari api sedangkan dia telah Engaku ciptakan dari tanah liat. Sesungguhnya api lebih kuat daripada tanah liat. Setelah iblis menolak sujud kepada Adam as. maka Allah Swt menjauhkannya dari seluruh kebaikan dan menjadikannya setan yang terkutuk sebagai hukumkan atas kedurhakaannya. Dan Allah Swt berfirman,

“ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”

Ibnu Kathīr mengutip pendapat dari Abu Jafar meriwayatkan dari Ar-ra’bi dari Abu Aliyah yang dimaksud orang yang kafir adalah orang yang durhaka. Sehubungan dengan makna ayat ini as-Saddi mengatakan yang dimaksud dengan orang-orang yang kafir ialah mereka yang belum diciptakan oleh Allah saat itu, tetapi baru ada jauh sesudah masa itu.

Muhammad Ibnu Ka’ab al-Qurazi yang juga dikutip oleh Ibnu Kathīr mengatakan bahwa Iblis sejak semula diciptakan oleh Allah Swt ditakdirkan berbuat kekufuran dan kesesatan, tetap beramal seperti amalnya malaikat kemudian Allah menjadikannya sesuai dengan apa yang ditetapkan-Nya sejak semula yaitu kafir.

QS. Al-Kāhfi/ 18: 50

Dalam ayat ini juga tidak jauh berbeda dengan ayat sebelumnya, Ibnu Kathīr dalam menafsirkan ayat ini tidak seperti ayat sebelumnya, dalam ayat ini ia lebih ringkas dan tidak mengutip hadis atau pendapat para periwayah.

Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat‚ sujudlah kalian kepada Adam‛. Maka sujudlah mereka kecuali iblis dia adalah dari golongan Jin maka ia mendurhakai perintah Tuhannya patutkah kamu mengambil dia dan teman-temanya sebagai pemimpin selain dari-ku, sedangkan mereka adalah musuh kalian? Amat buruk Iblis itu sebagai pengganti dari Allah bagi orang-orang yang zalim. (QS. Al-Kāhfi/ 18: 50).

Ayat di atas di jelaskan oleh Ibnu Kathīr dengan megawali firman Allah Swt yang mengingatkan anak-anak nabi Adam as akan permusuhan Iblis kepada mereka dan kepada kakek moyang mereka sebelum mereka yaitu nabi Adam as. Hal ini difirmankan oleh Allah Swt seraya mengingatkan sebagaian dari mereka yang mengikuti Iblis dan menentang Tuhan yang menciptakan dan melindunginya. Padahal Dialah yang memulai menciptakannya, dan berkat kelembutannya Dia memberinya rizki dan makan. Tetapi sesudah itu dia berpihak kepada Iblis dan berbalik memusuhi Allah Swt. Untuk mengingatkan hal tersebut Allah Swt berfirman:

dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para Malaikat, yakni kepada seluruh malaikat sujudlah kalian kepada Adam,

yaitu sujud penghormatan dengan maksud sebagai pengakuan atas kelebihan dan kemulyaan yang dimilkinya.

QS. al-Hajr/ 15: 28-29

Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat‚ sesungguhny Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejdiannya, dan telah meniupkan ke dalam roh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kalian dengan bersujud (QS. al-Hajr/ 15: 28- 29)

Adapun firman Allah swt:

Maka sujudlah kalian kecuali iblis (QS. al-Kahfi/18: 50)

Yakni Iblis itu berasal dari Jin, karena sesungguhnya Jin itu diciptakan dari nyala api, sedangkan para Malaikat diciptakan dari cahaya, untuk memperkuat pendapat tersebut Ibnu Kathīr mengutip hadis sahih muslim melalui Siti Asiyah r.a dari Rasulullah saw. Yang bersabda:

Malaikat diciptakan dari cahaya, Iblis diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa (tanah liat) yang telah digambarkan kepada kalian. Maka apabila saat kejadian telah tiba, masing-masing wadah dimasak berikut apa yang terkandung di dalamnya, lalu pada saat itu juga dibekalkan kepadanya wataknya. Iblis dalam sikap dan sepak terjangnya mempunyai kesamaan dan kemiripan dengan para Malaikat, karena itulah maka Iblis dimasukkan ke dalam golongan malaikat saat mendapat perintah dari Allah, tetapi Iblis durhaka kepada-Nya karena menetang perintahnya.

Dan dalam ayat ini Allah swt. Menegaskan bahwa Iblis itu sebagian dari mahluk Jin, yakni diciptakan dari api, untuk memperkuat pendapat tersebut Ibnu Kathīr menjelaskan dengan firman Allah

Aku lebih baik dari padanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah. (QS. Shād/38: 76)

Selain itu Ibnu Kathīr juga mengutip dari riwayah Al-Hasan al- Basri mengatakan bahwa Iblis itu sama sekali bukan dari golongan malaikat, dan sesungguhnya Iblis itu adalah asalnya Jin, sebagaimana nabi Adam as adalah asal dari manusia. Hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dengan sanad yang shahih bersumberkan dari al-Hasan al-Basri.

Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa pada asal mulanya Iblis adalah segolongan dari kalangan malaikat yang disebut dengan panggilan Jin. Mereka diciptakan dari api yang sangat panas, yang hidupnya di kalangan para malaikat. Nama Iblis adalah al-Haris, pada asal mulanya ia berasal dari surga sebagai salah satu penjaganya.

Sedangkan para malaikat diciptakan dari cahaya yang berbeda dari golongan jin tersebut.

Ad-Dahak mengatakan bahwa Jin yang disebutkan di dalam al-Qur’an diciptakan dari nyala api, yaitu bagian yang paling atas dari api apabila menyala.

Ad-Dahhak telah meriwayatkan pula dari Ibnu Abbas, bahwa Iblis dimasa dahulu termasuk golongan para malaikat yang dimuliakan dan dihormati golongannya, di ditugaskan untuk menjaga surga dan diberi kekuasaan di langit dan di bumi dan termasuk diantara apa yang telah ditakdirkan oleh Allah swt ialah Iblis mempunyai hati yang angkuh dan sombong ketika Iblis melihat darinya dihormati dikalangan penduduk langit, maka timbulah rasa takabur dalam hatinya yang tidak ada seorangpun megetahuinya selain Allah swt. Dan keangkuhan Iblis itu baru tampak saat Allah memerintahkan kepada Iblis untuk bersujud kepada Adam as, Ibnu Kathīr juga menjelaskan melalui firman Allah

Ia enggan dan takabur (sombong) dan adalah termasuk golongan orang-orang yang kafir (QS. al-Baqarah/ 2: 34)

Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan degan firman-Nya:

Dia adalah dari golongan Jin (QS. al-Kahfi/ 18: 50)

Yakni termasuk penjaga surga, seperti halnya dikatakan kepada seseorang yang berasal dari Mekkah adalah Makkii, yang berasal dari Madinah adalah Madani, yang berasal dari Kufah adalah Kufi, serta yang berasal dari Basrah adalah Basri. Ibnu Juraij telah meriwayatkan hal yang semisal dari Ibnu Abbas. Dengan kata lain, yang dimaksud dengata al-Jinni di sini adalah dinisbatkan kepada al-jinān, bentuk jamak dari jannah (surga)

Sa’id Ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Iblis adalah salah satu penjaga surga, ia ditugaskan untuk mengatur urusan langit dan bimi (oleh Allah swt). Hal ini telah diriwatkan oleh Ibnu Jarir melalui Hadis al-Amasy, dari Habib Ibnu Abu Sabit, dari Sa’id dengan sanad yang sama. Said Ibnul Musayyab mengatakan bahwa iblis itu adalah pemimpin para malaikat yang ada di langit yang terdekat.

Ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Khallad Ibnu Ata, dari Tawus, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bawa sebelum melakukan kedurhakaan, Iblis termasuk kedalam golongan Malaikat, namanya ialah Ajazil. Iblis termasuk penghuni bumi, dan ia dari kalangan malaikat yang kerjanya paling keras dan paling banyak ilmunya. Faktor inilah yang mendorongnya bersikap takabur dan sombong. Iblis berasal dari suatu golongan mahluk Jin.

Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Sale Maula Tau-amah dan Syarik Ibnu Abu Namir yang salah seorang atau kedua-duanya dari Ibnu Abbas yang mengakatakan bahwa sesungguhnya diantara malaikat terdapat segolongankaum dari jenis Jin, dan Iblis adalah sebagian dari mereka. Iblis sering naik turun antara lagit dan bumi, kemudian ia durhaka, maka Allah mengutuknya menjadi Setan yang dirajam dan yang menjauhkannya dari rahmat-Nya. Ibnu Abbas mengatakan. Apabila dosa seorang berkaitan dengan masalah kesombongan maka tidak ditangguh-tangguhkan lagi hukumannya, dan apabila dosa seorang hanya berkaitan dengan maksiat, maka masih ditangguhkan.

Dari Sa’id Ibnu Jubair, disebutkan bahwa ia pernah mengatakan‚ “Iblis pada asal mulanya termasuk mereka yang bekerja didalam surga” Dari riwayah-riwayah di atas yang telah dikutip oleh Ibnu Kathīr

Sehubungan dengan masalah Iblis ini, Ibnu Kathīr berpendapat bahwa banyak sekali asar-asar yang diriwayatkan dari ulama salaf, tetapi mayoritasnya bersumber dari nukilan-nukil lan israiliyyat. Hanya Allah sajalah yang mengetahu kenyataan dari kebenaran sebagian besranya. diantara berita israiliyyat itu ada yang dipastikan kedustaanya karena bertentangan dengan pegangan yang ada pada kita keterangan yang ada pada al-Qur’an sudah cukup tanpa memerulkan lagi berita-berita terdahulu dari kaum Bani Israil tesebut, karena sesungguhnya berita-berita itu tidak terlepas dari penggantian, penambahan, dan pengurangan. Mereka telah menuangkan banyak hal lainnya kedalam beriita-berita tersebut, sedangkan dikalangan mereka Bani Israil tidak terdapat para penghafal yang benar-benar ahli, yang dengan hafalannya itu mereka dapat terhindar dari penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh orang-orang yang batil.

Lain halnya dengan apa yang dilakukan oleh umat ini (umat nabi Muhammad saw), mereka memiliki para Imam, para ulama, para pemimpin orang-orang yang bertakwa, orang-orang yang berbakti orang-orang yang pandai dari kalangan para cendekiawan yang kritis lagi mempunyai hafalan yang dapat dihandalkan. Mereka telah menghimpun dan mencatat hadis-hadis nabi saw dan menjelaskan ke- sahih -an, ke- hasan -an, dan ke- daif -annya. Mereka menjelaskan hadis yang mungkar, yang maudu’ (buatan), yang mathruk, dan yang makzub.

Bahkan mereka memperkenakan orang-orang yang suka membuat hadis-hadis palsu, orang-orang yang dusta orang-orang yang tidak kenal dan lain sebagainya lengap berikut predikatnya masing-masing. Semuanya itu dimaksudkan untuk memelihara keutuhan hadis nabi saw. Penutup para rasul dan penghulu umat manusia agar janganah dinisbahkan kepada beliau suatu kedustaan, atau suatu hadis yang pada hakikatnya beliau tidak pernah mengatakannya, semoga Allah melimpahkan ridhanya kepada mereka yang memberi mereka pahala yang memuskan, serta menjadikan surga firdaus tepat menetap mereka dan alhamdulillah Allah telah melakukannya.

Ibnu Kathīr menjelaskan kembali dengan Firman Allah swt:

Maka ia mendurhakai perintah Tuhannya (QS. al-Kāhfi/18:50)

Yakni keluar dari jalan ketaatan kepada Allah swt, karena makna fasik artinya ialah keluar atau menyimpang. Dikatakan fasaqatir rutbah, kurma itu telah muncul dari mayangnya. Dikatakan pula fasaqatil fa’ratul min juhrihā, tikus itu telah keluar dari liangnya untuk menimbulkan kerusakan dan kotoran.

Kemudian Allah swt, berfirman, menegur dan mencela orang yang mengikuti jejak Iblis dan mentaatinya:

Patutkan kamu mengambil dia dan turun-turunannya sebagi pemimpin selain dariKu. (QS. al-Kahfi/ 18: 50).

Yaitu menjadi Iblis sebagai pengganti dari Allah yang kalian taati. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim (QS. al-Kahfi/ 18: 50).

Ungkapan ini sama pengertiannya dengan yang disebutkan oleh Allah swt, dalam firman-Nya sesudah menceritakan tentang hari kiamat dan kengerian-kengerian yang padanya serta tempat kembali kedua golongan, yaitu oang-orang yang berbahagia dan orang-orang yang celaka dalam firaman Allah swt

Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir) “berpisahlah kaian dari orang-orang mukmin) pada hari ini, hai orang-orang yang berbuat jahat. (QS . Yāsīn/ 36: 59).

Sampai dengan firmannya:

Maka apakah kalian tidak memikirkan? (QS. Yāsīn/ 36: 62)