Bagaimana kisah pembunuhan pertama didunia dalam islam?

Pembunuhan adalah suatu tindakan untuk menghilangkan nyawa seseorang dengan cara yang melanggar hukum, maupun yang tidak melawan hukum.

Bagaimana kisah pembunuhan pertama didunia dalam islam?

Pembunuhan pertama di dunia, dimulai sejak jaman manusia pertama di turunkan ke Bumi, yaitu Nabi Adam as. Nabi Adam as dan istrinya Siti Hawa, merupakan orang tua dari seluruh manusia yang kini berada di Bumi.

Siti Hawa melahirkan anak kembar dua pasang yang pertama lahirlah pasangan Qabil dan adik perempuannya yang bernama “Iqlima” kemudian anak berikutnya lahirlah Habil dan adik perempuannya yang bernama “Lubuda”

Adam dan Hawa menyambut gembira kehadiran anak mereka. Seiring dengan berjalannya waktu anak-anak mereka pun menjadi remaja kemudian menjadi seorang yang dewasa. Lubuda dan Iqlima sesuai kodratnya sebagai perempuan kesehariannya membantu ibunya Hawa mengurus rumah tangga dan segala hal yang tugaskan oleh seorang wanita. Sedangkan Habil dan Qabil berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka masing-masing. Habil berternak sedangkan Qabil sibuk becocok tanam.

Melihat perkembangan keempat anaknya yang sudah masuk usia bhaliq dimana kebutuhan akan sahwat, Adam sesuai ilham dari Allah swt menikahkan ke empat anaknya. Habil akan dinikahkan dengan adik Qabil yaitu Iqlima sedangkan Qabil akan dinikahkan dengan adik Habil yaitu Lubuda.

Namun, apa yang direncanakan Adam kepada anaknya tidak direspon baik oleh Qabil, kakak Iqlima. Qabil tidak mau menikahi Lubida lantaran Iqlima lebih cantik jika dibandingkan dengan Lubida. Ia juga bersikeras tidak menyerahkan adiknya Iqlima untuk dinikahi oleh Habil. Kejadian yang tidak disangkah oleh Nabi Adam as ini membuatnya menyerahkan urusan ini kepada Allah swt, hanya Allahlah Yang Mahatahu tentang segala sesuatu dan dari pada-Nya keputusan yang seadil-adilnya. Hingga akhirnya, Allah memerintahkan Habil dan Qabil untuk berqurban. Habil menyerahkan hewan ternaknya yang dianggap paling baik kepada Allah swt dan Qabil menyerahkan hasil bercocok tanam yang paling buruk diantara hasil cocok tanamnya yang lain. Kedua qurban ini diletakkan di puncak sebuah bukit. Kejadian ini disaksikan oleh seluruh keluarga Adam as. Hingga akhirnya kobaran api besar melahap hewan qurban milik Habil hingga habis tak tersisa, sedangkan hasil cocok tanam Qabil tidak tersentuh sedikitpun oleh api.

Habillah yang menjadi pemenang dan dialah yang berhak memilih wanita yang hendak ia sanding menjadi istrinya, yaitu Iqlima.

Hingga pada suatu hari, Adam hendak berpergian dan menyerahkan tanggungjawab keluarganya kepada Qabil sebagai anak pertama darinya. Qabil menyanggupi tanggung jawab ini dan berjanji akan menjalankan amanat yang diberikan kepadanya dengan semestinya.

Kepergian Adam dimanfaatkan Qabil untuk berlaku jahat kepada Habil. Diam-diam Qabil menaruh dendam dengan Habil yang menikahi Iqlima.

Hingga Qabil menemui Habil yang sedang mengurus ternaknya. Qabil menghampiri Habil seraya berkata, “Aku hendak membunuhmu, sudah tiba masanya untuk aku melenyapkanmu dari muka Bumi ini”

Habil menjawab dengan herannya, "Apa salahku?“tanya Habil. Dengan asalan apakah engkau hendak membunuhku?”

Qabil berkata:“Ialah kerana korbanmu diterima oleh Allah sedangkan korbanku ditolak yang bererti bahwa engkau akan mengahwini adikku Iqlima yang cantik dan molek itu dan aku harus mengahwini adikmu yang buruk dan tidak mempunyai gaya yang menarik itu.”

Habil berkata:"Adakah berdosa aku bahawa Allah telah menerima korbanku dan menolak korbanmu?

Tidakkah engkau telah bersetuju cara penyelesaian yang diusulkan oleh ayah sebagaimana telah kami laksanakan? Janganlah tergesa-gesa wahai saudaraku, mempertaruhkan hawa nafsu dan ajakan syaitan! Kawallah perasaanmu dan pikirlah masak- masak akan akibat perbuatanmu kelak! Ketahuilah bahawa Allah hanya menerima korban dari orang-orang yang bertakwa yang menyerahkan dengan tulus ikhlas dari hati yang suci dan niat yang murni. Adakah mungkin sesekali bahwa korban yang engkau serahkan itu engkau pilihkannya dari gandummu yang telah rusak dan busuk dan engkau berikan secara terpaksa bertentangan dengan kehendak hatimu, sehingga ditolak oleh Allah, berlainan dengan kambing yang aku serahkan sebagai korban yang sengaja aku pilihkan dari perternakanku yang paling sihat dan kucintai dan ku serahkannya dengan tulus ikhlas disertai permohonan diterimanya oleh Allah.

Namun, nasehat dari Habil ini tidak didengarkan oleh Qabil, ketika ia mulai lunak, iblis mengobarkan amarah Qabil membangkitkan kembali amarah dan rasa dengki Qabil terhadap Habil. Dengan lihainya iblis kala itu menyamar menjadi burung dan burung tersebut membunuh sesamanya. Qabil yang dalam pengaruh Iblis tanpa berpikir panjang menghantam Kepala Habil hingga ia tersungkur ke tanah kemudian meninggal.

Melihat Adiknya yang terkapar di tanah, Qabil kebingungan dan tidak tahu mau berbuat apa, kemudian ia kembali melihat burung iblis tadi menggali tanah dan menguburkan bangkai burung sesamanya. Qabil pun melakukan hal demikian terhadap saudaranya.

Ketika Nabi Adam kembali dari perjalanannya ia menanyakan kepada Qabil:“Di manakah Habil berada? Aku tidak melihatnya sejak aku pulang.”

Qabil menjawab:“Entah, aku tidak tahu dia ke mana! Aku bukan hamba Habil yang harus mengikutinya ke mana saja ia pergi.”

Mendengar penjelasan ini Adam hanya bisa mempasrahkan semuanya kepada Allah SWT.

Kisah ini diabadikan dalam Al qur’an, agar menjadi pelajaran bagi umat manusia untuk tidak terperangkap dalam jebakan iblis.

Dan bacakanlah (wahai Muhammad) kepada mereka kisah (mengenai) dua orang anak Adam (Habil dan Qabil) yang berlaku dengan sebenarnya, iaitu ketika mereka berdua mempersembahkan satu persembahan korban (untuk mendampingkan diri kepada Allah). Lalu diterima korban salah seorang di antaranya (Habil), dan tidak diterima (korban) dari yang lain (Qabil). Berkata (Qabil):" Sesungguhnya aku akan membunuhmu!". (Habil) menjawab: "Hanyasanya Allah menerima (korban) dari orang-orang yang bertaqwa; (Al-Maidah 5:27)

Maka nafsu jahat (Qabil) mendorongnya (sehingga ia tergamak) membunuh saudaranya, lalu ia membunuhnya. Oleh itu menjadilah dia dari golongan orang-orang yang rugi.(Al-Maidah 5:30)

Kemudian Allah hantarkan seekor burung gagak (menyuruhnya) mengorek-ngorek di bumi supaya, diperlihatkan kepada (Qabil) bagaimana cara menimbus mayat saudaranya. (Qabil) berkata: “Wahai celakanya aku! Alangkah lemah serta bodohnya aku, aku tidak tahu berbuat seperti burung gagak ini, supaya aku dapat menimbuskan mayat saudaraku?”. Kerana itu menjadilah ia dari golongan orang-orang yang menyesal. (Al-Maidah 5:31)