Bagaimana kisah nabi Adam memakan buah khuldi ?

Ketika Nabi Adam memakan buah khuldi, ia bukan lagi manusia suci sebagaimana penghuni syurga yang lain. Bagaimana kisah nabi Adam memakan buah khuldi ?

Nabi Adam adalah manusia pertama didunia ini. sebelumnya nabi adam as. tinggal didalam surga. Sebelum menciptakan nabi adam, Allah menciptakan malaikat dan jin. malaikat diciptakan dari caghaya, sementara jin diciptakan dari api. kedua makhluk hidup ini tinggal disurga. Suatu saat Allah mengumpulkan keduanya, lalu Allah berfirman:

“Hai malaikat dan jin, Aku akan menciptakan makhluk baru yaitu manusia, makhluk itu akan Aku buat dari tanah” malaikat bertanya kepada Allah “Ya Allah apakah aku kurang taat”?

Allah menjawab

“kalian selalu ta’at, tapi Aku berkehendak lain”

malaikat menuruti kehendak Allah SWT. sedangkan jin bersikeras dan keberatan dengan rencana Allah.

Allah berkata " Kun fayakun" (jadi maka terjadilah). maka terbentuklah sesosok manusia yang diberi nama Adam. Selanjutnya ALLah memerintahkan kepda malaikat dan jin agar bersujud kepada Nabi Adam. Malaikat menuruti perintah Allah sementara jin tidak mau bersujud kepada nabi Adam. Dia menganggap dirinya lebih mulia dari adam. karena adam diciptakan dari tanah sementara jin diciptakan dari api.

Karena jin menganggap dirinya lebih mulia, dan tidak mau bersujud kepada nabi Adam, maka Allah menghukumnya, sejak peristiwa itu Allah menghukumnya. dan jin dan iblis di usir dari surga, dikutuk selama-lamanya sampai hari kiamat.

Setelah ALLah menciptakan nabi Adam as. Allah menciptakan siti hawa sebagai pendamping nabi adam di surga sebagai batasan beliau di larang untuk mendekati buah khuldi adgar tidak termasuk kedalam golongan yang aniyaya. Mengetahui hal tersebut maka iblis sakit hati dan berniat untuk mengganggu nabi adam as beserta anak keturunannya sampai hari kiamat. Iblis mengganggu nabi adam agar mau mendekati buah khuldi dengan berbagai cara.

Pada awalnya nabi adam as. tidak menghiraukan segala ajakan iblis, namun karena dengan berbagai cara dan jurus akhirnya nabi adam mau mendekat ke buah khuldi. Iblis berkata kepada nabi adam as.

“Allah tidak melarang mendekati pohon ini melainkan, agar kalian tidak kekal disurga, jika kalian ingin kekal didalam surga makanlah buah khuldi”.

Singkat cerita nabi adam as. mau megikuti ajakan iblis. siti hawa dan adam akhirnya memakan buah khuldi, pada saat itu pula seluruh pakaian surga nabi adam dan hawa terlepas dari tubuhnya. Betapa menyesalnya mereka dan merekapun bertobat kepada Allah swt.

Allah menerima taubat mereka dan merekapun direncanakan untuk tinggal dibumi setelah kejadian ini maka nabi adam dan siti hawa resmi tinggal dimuka bumi. dan merekapun tinggal dimuka bumi dengan penuh ketabahan dan kesabaran.

Berikut adalah ayat-ayat Al Quran yang berkaitan dengan hasutan Iblis terhadap nabi Adam as untuk memakan buah khuldi, yang bertujuan mengusir nabi Adam as dari surga.

QS. Thāhā/ 20: 116-121

Dan ketika Kami berfirman kepada Malaikat:”sujudlah kepada Adam as”,maka mereka sujud kecuali Iblis enggan, maka Kami berfirman: “wahai Adam as, sesungguhnya ini adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali jangan sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari syurga yang menyebabkan kamu berdua menderita ‚Sesungguhnya engkau tidak akan lapar didalamnya dan tidak akan telanjang dan sesungguhnya engkau tidak akan merasa dahaga dan tidak pula didalamnya akan ditimpa terik matahari.‛ Maka Setan membisikkan kepadanya, dengan berkata: wahai Adam, maukah aku tunjukkan kepadamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa? Maka keduanya memakan darinya, lalu tamnpaklah bagi keduanya sehingga mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun syurga dan melanggarlah Adam terhadap Tuhannya maka sesatlah dia. (QS. Thāhā/ 20: 116-121)

Allah Swt menceritakan kemuliyaan dan penghormatan yang diberikannya kepada Adam as. dan keutamaan yang dianugrahkan kepadanya di atas kebanyakan mahluk-Nya dengan keutamaan yang sebenar-benarnya. Allah Swt menciptakan Adam as. dan memberikan perintah kepada para malaikat dan Iblis untuk bersujud kepada nabi Adam as. sebagai penghormatan mereka kepada Adam as. Namun Iblis membangkang perintah Allah Swt dengan tidak mentaati perintahnya.

Hal tersebut dijelaskan juga oleh Allah swt dalam firman-Nya yaitu:

Maka mereka sujud, kecuali iblis, ia membangkang , (QS. Thāhā/ 20: 116)

Yaitu menolak dan sombong tidak mau sujud,

Maka Kami berkata: “hai Adam as sesungguhnya ini (Iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu (Siti Hawa) maka sekali-kali jangan sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga yang menyebabkan kamu menjadi sengsara” . (QS. Thāhā/20:117) 10

Artinya: bersikap waspadalah kamu terhadapnya, dia akan berusaha mengeluarkan kamu dari surga, yang akibatnya kamu akan hidup payah, lelah, dan sengsara dalam mencari rizkimu. Karena sesungguhnya kamu sekarang disurga ini dalam kehidupan yang makmur lagi nikmat, tanpa beban dan tanpa bersusah payah. Hal tersebut Ibnu Kathīr mengutip ayat untuk menegaskan kembali dalam pembahasan sebelumnya

Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang".(QS. Thāhā/ 20: 118)

Sesungguhnya disebutkan diantara kelaparan dan telanjang secara bergandengan karena lapar merupakan kehidupan bagian dalam, sedangkan telanjang merupakan kehinaan bagian (lahir) luar.

Dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak pula akan ditimpa panas matahari di dalamnya” (QS. Thāhā/ 20:118)

Hal inipun merupakan dua perkara yang bertolak belakang dahaga meruapakan panas dalam, sedangkan kepanasan karena sinar matahari merupakan panas lahiriyah.

Firman Allah swt:

Maka Setan membisikkan kepadanya, dengan berkata: wahai Adam, maukah aku tunjukkan kepadamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa? (QS. Thāhā/ 20:120)

Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan bahwa setan merayunya dengan bujukan yang menjerumuskan.

Dan dia (Setan) bersumpah kepada keduanya, “sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang dapat memberi nasihat pada kamu berdua,” (QS. al-A’rāf/7: 21)

QS. al-A’rāf/ 7: 19-21

Ayat yang kedua ini juga menjelaskan hal yang serupa seperti dalam pembahasan sebelumnya

(Dan Allah berfirman), “hai Adam as, bertempat tinggalah kamu dan istrimu di surga serta makanlah oleh mu berdua (buah-buahan) dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim. “ maka setan membisikan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka, yaitu auratnya dan setan berkata “tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal(dalam surga). dan dia setan bersumpah kepada keduanya, “sesungguhnya saya termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua”. (QS. al-A’rāf/ 7:19- 21)

Ibnu Kathīr menjelaskan ayat di atas dengan memulai Allah swt bercerita bahwa dia membolehkan Adam as. dan Hawa bertempat tinggal di surga dan memakan semua buah-buahan yang ada padanya, kecuali suatu pohon.

Maka saat itulah timbul rasa dengki dalam hati Iblis, lalu Iblis berupaya melancarakan makar dan tipuan serta bisikannya, yang tujuannya untuk mencabut nikmat dan pakaian yang indah-indah dari keduanya. Yakni secara dusta,

Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi Malaikat (QS. al-A‟rāf/ 7: 20)12

Yaitu agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau kekal di dalam surga. Seandainya kamu berdua mau memakanya, niscaya akan kamu peroleh hal tersebut. Untuk memperjelas pemahaman di atas Ibnu Kathīr menjelaskan dengan apa yang terkandung didalam ayat yang lain, melalui firman-Nya:

Setan berkata, “hai anak adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerjaan yang tidak akan binasa? “(QS. Thāhā/ 20: 120)

Ibnu Kathīr menjelaskan pengertian an takūna ini sama dengan bentuk lain yang terdapat didalam firman-Nya:

Allah menerangkan (hukum ini) kepada kalian, supaya kalian tidak sesat (QS. an-Nisā/ 4: 176)

Maksudnya, Ibnu Kathīr menegaskan agar kalian tidak menjadi sesat. Sama pula dengan pengertian yang ada dalam ayat yang lainnya yaitu firman-Nya:

Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak berguncang bersama kalian (QS. an-Nahl/ 16:15)

Yakni agar bumi tidak terguncang menggoyahkan kalian.

Ibnu Kathīr mengutip riwayah dari Ibnu Abbas dan yahya Ibnu Abu Kasir membaca ayat ini dengan bacaan berikut:

Melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi raja (QS. al-A‟rāf/ 7: 20)

Yaitu dengan mengkasrahkan huruf lam dan lafaz mala kini, hingga bacaanya menjadi malikaini. Tetap jumhur ulama membacanya dengan fathah, yaitu malakaini.

Dan Setan bersumpah kiepada keduaanya (QS. al-A‟rāf/ 7:21)

Maksudnya, Setan mengemukakan sumpahya dengan menyebut nama Allah kepada Adam as. dan Hawa.

Sesungguhnya saya termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua (QS. al-A‟rāf/ 7: 21)

Yakni sesungguhnya saya telah ada disini sebelum kamu berdua ada, dan saya lebih mengetahui tentang tempat ini. Kata Qāsamahumā termasuk kedalam bab mufā’alah, tetapi makna yang maksus ialah salah satu pihak bukan kedua pihak.

Iblis bersumpah kepada Adam as. dan Hawa dengan menyebut nama Allah mengenai hal tersebut hingga Iblis berhasil memperdaya keduanya. Memang adakalanya seorang mukmin tertipu karena nama Allah disebutkan.

Ibnu Kathīr juga mengutip pendapat Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna ayat, bahwa Iblis bersumpah dengan menyebut nama Allah, “sesungguhnya saya diciptakan sebelum kamu berdua, saya lebih mengetahui dari pada kamu berdua. Maka ikutilah saya, niscaya saya memberimu petunjuk.”

Seorang ahlul’ilmi mengatakan,

“barang siapa menipu kita dengan menyebut nama Allah, maka kita akan terperdaya olehnya."

QS. Al-A‟rāf/ 7: 22-23

Dalam ayat yang ketiga ini, merupakan kelanjutan penjelasan dalam surah sebelumnya, yang di jelaskan dalam firman-Nya

Maka Setan membujuk keduanya untuk merasakan buah itu dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasakan buah kayu itu , tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mualailah keduanya menutupi dengan daun-daun surga., kemudia Tuhan mereka menyereu mereka, “bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan aku katakan kepadamu, “sesungguhnya Setan itu adalah musuh yang nayata bagi kamu berdua‟? keduanya berkata “ya Tuhan kami, kami telah menganiyaya diri kami sendiri, dan jika Engau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. ( QS. al-A’rāf/ 7: 22-23)

Ibnu Kathīr mengutip pendapat yang diriwayatkan oleh Sa‟id Ibnu Abuarubah meriwayatkan dari Qatadah, dari al-Hasan, dari Ubay Ibnu Ka‟ab r.a yang mengatakan bahwa Adam as. adalah seorang lelaki yang sangat tinggi seakan-akan tingginya itu seperti pohon kurma yang tertinggi dan rambutnya lebat. Ketika ia melakukan kesalah tersebut pada saat itu juga auratnya kelihatan (menjadi telanjang), padahal sebelum itu Adam as belum pernah melihat auratnya sendiri. Maka ia lari kedalam kebun surga dan salah satu pohon surga begantung pada kepalanya.

Maka Adam as berkata pada pohon itu “lepaskan saya.” Tetapi pohon itu berkata, “sesungguhnya saya tidak akan melepaskanmu.” Kemudian Tuhan menyerunya, “hai Adam, apakah engau lari dari-Ku?” Adam as. menjawab, “wahai Tuhanku sesungguhnya aku merasa malu kepada Engkau.

Ibnu Kathīr juga mengutip Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan Ibnu Uyaynah dan Ibnu Mubarak, telah menceritakan kepada kami al-Hasan Ibnu Imarah. Dari al-Minhal Ibnuamr, dari Said Ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa pohon yang Allah Swt melarang Adam as. dan istrinya memakannya ialah pohon gandum, setelah keduanya memakan pohon itu, maka dengan serta merta terlihatlah aurat keduanya.

Tersebutlah bahwa yang digunakan oleh keduanya untuk menutupi aurat adalah kukuhnya masing-masing. Lalu keduanya segera memetik dedaunan surga (yaitu daun pohon tin) dan lalu menambal sulamkan satu sama lainnya untuk dijadikan penutup aurat keduanya. Kemudian Adam as berlari kedalam kebun surga, dan bergantunglah kepada kepalanya suatu jenis pohon surga. Maka Allah Swt memanggilnya, hai Adam as. apakah engkau lari dari-ku”?

Adam as. menjawab tidak tetapi saya malu kepada Engkau, wahai Tuhanku.” Allah Swt berfirman, "bukankah segala sesuatu yang aku anugrahkan dan aku perbolehkan untukmu dari buah-buahan surga tidak cukup sehingga engaku berani memakan apa yang aku haramkan kepadamu?.

Adam as. menjawab, tidak wahai Tuhanku. Tetapi demi keagungan ku, saya tidak menduga bahwa ada seorang yang berani bersumpah dengan menyebut nama Engkau secara dusta.”

Ibnu Kathīr mengutip pendapat Ibnu Abas yang mengatakan hal tersebut adalah apa yang disebutkan dalam firman-Nya: dan Setan bersumpah kepada keduanya sesungguhnya saya termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua” Allah Swt berfirman: demi keagunganmu aku benra-benar akan menurunkanmu ke Bumi, kemudian kamu tidak dapat memperoleh kehidupan kecuali dengan cara demikian.”

Ibnu Abas melanjutkan kisahnya, bahwa Adam as lalu diturunkan dari surga, padahal sebelum itu keduanya memakan buah surga dengan berlimpah ruah dan tanpa susah payah. Kemudian ia duturunkan ketempat (dunia) yang makana dan minumannya tidak berlimaph, tetapi harus dengan susah payah.

Maka mulailah Adam as. membuat alat besi, dan diperintahkan untuk membajak. Lalu Adam as. membajak dan menanam tanaman serta mengairinya. Ketika telah tiba masa panen, maka ia menunainya dan memilih biji-bijiannya serta menggilingnya menjadi tepung, lalu mebuat adonan roti darinya, setelah itu baru ia memakannya. Tetapi Adam as tidak dapat melakukan itu kecuali Allah Swt mengizinkannya.

Ibnu Kathīr mengutip pendapat as-Sauri yang telah meriwayatkan dari Ibnu Abu Laila, dari al-Minhal Ibnu Amr, dari Sa‟id Ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, sehubungan dengan nama firman-Nya: dan mulailah keduanya menutupi (aurat) dengan daun-daun surga. Bahwa daun-daun surga itu adalah daun pohon tin.

Berbeda dengan pendapat Wahb Ibnu Munabbih yang di kutip oleh Ibnu Kathīr , mengatakan sehubungan dengan kalimat yang mengatakan bahwa pakaian Adam as dan Hawa dilucuti. Pakaian Adam as dan Hawa yang menutupi aurat keduanya adalah nur, sehingga Adam as tidak dapat melihat aurat Hawa. Begitu pula sebaliknya. Hawa tidak dapat melihat aurat Adam as. Tetapi ketika keduanya memakan pohon terlarang itu, maka keliahatanlah aurat masing-masing oleh keduanya demikainlah riwayar Ibnu Jarir dengan sanad yang sahih sampai kepada Ibnu Abbas.

Ibnu Kathīr mengutip riwayat Abdur Razzaq yang mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mamar, dari Qatadah yang menceritakan bahwa Adam as. berkata, wahai Tuhan ku, bagaimanakah jika saya bertaubat dan memohon ampun kepada Engkau?” Allah berfirman, “kalau demikian, niscaya aku masukkan kamu kedalam surga.”

Tetapi Iblis tidak meminta taubat hanya memita masa tangguh. Maka masing-masing pihak diberi oleh Allah swt, apa yang diminta masing-masing.

Ibnu Kathīr mengutip riwayat Ibnu Jarir mengatakan telah menceritakan kepada kami al-Qasim, telah menceritakan kepada kami al- Husain, telah menceritakan kepada kami Abbad Ibnu Awwam, dari Sufyan Ibnu Husain, dari Ya’la Ibnu Muslim, dari Saad Ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa setelah Adam as memakan buah pohon terlarang maka dikatakan kepadanya: “mengapa engkau memakan buah pohon yang telah aku larang engkau memakannya?”

Adam as menjawab, “Hawalah yang mengajarkannya kepadaku” Allah Swt berfirman, “maka sekarang aku akan menghukumnya, bahwa tidak sekali-kaliia hamil melainkan dengan susah payah, dan tidak sekali-kali ia melahirkan anak melainkan dengan susah payah” pada saat itu juga Hawa merintih, maka dikatakan kepadanya “engkau dan anakmu akan merintih”

Ibnu Kathīr mengutip riwayat ad-Dahhak Ibnu Muzahim mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

“ya Tuhan kami, kami telah menganiyaya diri kami sendiri, dan jika Engau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kamilah termasuk orang-orang yang merugi”.

Inilah kalimat-kalimat (do’a-doa) yang diterima Adam as dari Tuhannya, yakni yang diajarkan oleh Allah swt. kepada Adam as. dalam taubatnya.

QS. al-A‟rāf/ 7: 27

Sama dengan ayat-ayat sebelumnya dalam QS. al-A’rāf/ 7: 27 merupakan kelanjutan penjelasan dalam surah sebelumnya. Dengan firman Allah swt sebagai berikut:

Hai anak Adam as, janganlah sekali-kali kamu ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapak kamu dari surga, ia mencabut dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya aurat mereka berdua. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman . (QS. al-A‟rāf/ 7: 27)

Allah memperingatkan anak nabi Adam as. agar bersikap wasapada terhadap Iblis dan teman-temnanya, seraya menjelaskan kepada mereka (anak Adam) bahwa Iblis itu adalah musuh bebuyutan bapak seluruh umat manusia, yaitu nabi Adam as. Iblis telah berupaya mengeluarkan Adam as. dari surga yang merupakan darun na’im (rumah kenikmatan), hingga akhirnya nabi Adam as. dikeluarkan darinya sampai di darut ta’ab (rumah kepayahan dan penuh penderitaan) dan iblislah penyebab utama dan membuat auratnya terbuka, padahal sebelumnya selalu dalam keadaan tertutup, sehingga dia sendiri tidak dapat melihatnya. Hal tersebut tiadak lain terjadi karena terdorong oleh permusuhan yang sengit dalam diri iblis terhadap Adam as. Prihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya.