Bagaimana Karakteristik dan Kualitas Konselor yang baik?

Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan

Bagaimana Karakteristik dan Kualitas Konselor yang baik ?

Menurut Rogers, terdapat tiga karakteristik (konselor) yaitu congruence, Unconditional postive regard dan empathy (Lesmana, 2006).

Selain itu beberapa karakteristik pribadi yang harus dimiliki oleh helper (konselor) menurut Brammer (1985) adalah :

  1. Kesadaran akan diri dan nilai-nilai
  2. Kesadaran akan pengalaman budaya
  3. Kemampuan menganalisis kemampuan helper sendiri
  4. Kemampuan sebagai Teladan atau Model
  5. Altruisme
  6. Penghayatan etik yang kuat
  7. Tanggung jawab

Menurut Surya (2003) ada beberapa karakteristik kualitas kepribadian konselor, tentunya kepribadian ini yang terkait dan mendukung kefektifan dalam konseling. Karakteristik itu adalah :

  1. Pengetahuan mengenai diri sendiri.
    Pengetahuan diri sendiri mempunayai makna bahwa kosnelor memahami dengan baik baik dirinya, apa yang dilakukannya, masalah yang dihadapinya, dan masalah klien yang terkait dengan konseling.

  2. Kompetensi
    Kompetensi mempunyai makna sebagai kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral yang harus dimiliki konselor dalam membantu klien. Kompetensi ini sangat penting bagi konselor, karena klien datang pada konseling untuk belajar dan mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan untuk mencapai hidup lebih efektif dan bahagia.

  3. Kesehatan psikologis yang baik
    Hal ini dmaknai bahwa seorang konselor memiliki kesehatan psikis yang lebih daripada kliennya. Kesehatan psikologis yang baik seorang konselor akan mendasari pemahaman perilaku dan keterampilan dan pada gilirannya akan mengembangkan satu daya positif dalam konseling

  4. Dapat dipercaya
    Hal ini bermakna bahwa konselor bukan sebagai satu ancaman bagi klien dalam konseling, namun sebagi pihak yang memberikan rasa aman. Dapat dipercaya dapat diwujudkan dalam (a) menepati janji dalam setiap perjanjian konseling, (b) dapat menjamin kerahasiaan klien, © bertanggung jawab terhadap semua ucapannya dalam konseling.

  5. Kejujuran
    Kejujuran mempunyai makna bahwa konselor harus terbuka, otentik, dan sejati dalam penampilannya. Hal ini sangat penting mengingat bahwa keterbukaan memudahkan konselor berinteraksi dalam suasana keakraban psikologis, dan konselor dapat menjadi model bagaiman menjadi mansuia jujur dengan cara-cara yang konstruktif.

  6. Kekuatan atau daya
    Kekuatan mempunyai makna bahwa konselor memerlukan kekuatan untuk mengatasi serangan dan manipulasi klien dalam konseling.

  7. Kehangatan
    Kehangatan mempunyai makna sebagai satu kondisi yang mampu menjadi pihak yang ramah, peduli, dan dapat menghibur orang lain. Kehangtan diperlukan dalm konseling karena dapat mencairkan kebekuan suasana, mengundang untuk bebragi pengalaman emosional dan memungkinkan klien hangat dengan dirinya sendiri.

  8. Pendengar yang aktif
    Menjadi pendengar yang aktif bagi konselor sangatlah penting karena dapat menunjukkan komunikasi dengan penuh kepedulian, merangsang dan memberanikan klien untuk bereaksi spontan terhadap konselor, dan klien membutuhkan gagasan baru.

  9. Kesabaran
    Dalam proses konseling, konselor tidak dapat memaksa atau mempercepat pertumbuhan psikologis klien untuk segera mengubah perilaku yang maladaptif. Hal ini membutuhkan kesabaran untuk mencapai keberhasilan sehingga konselor tidak memfokuskan pada klien akan tetapi lebih banyak terfokus pada cara dan tujuan.

  10. Kepekaan
    Kepekaan mempunyai makna bahwa konselor sadar akan kehalusan dinamika yang timbul dalam diri klien dan konselor sendiri. Kepekaan diri konselor sangat penting dalam konseling karena hal tersebut akan memberikan rasa aman bagi klien dan akan lebih percaya dirimanakala berkonsultasi dengan konselor yang memiliki kepekaan.

  11. Kebebasan
    Konselor yang memiliki kebebasan mampu memberikan pengaruh secara signifikan dalam kehidupan klien, sambil konselor memahami klien secara lebih nyata. Dalam hal ini konselor tidak memaksakan kehendak maupun nilai-nilai yang dimilikinya, walaupun setiap konselor membawa nilai-nilai yang mungkin akan berpengaruh pada pross konseling.

  12. Kesadaran Holistik atau Utuh
    Hal ini mempunyai makna bahwa konselor menyadari keseluruhan pribadi maupun tampilan klien dan tidak memandang klien dari satu aspek tertentu saja. Dengan demikian konselor mampu memahami klien dari berbagai dimensi (dimensi pikiran, perasaan atau tindakannya).

Berkaitan dengan kemampuan atau kualitas sebagai seorang konselor yang efektif, menurut Eisenberg dan Delaney (1997) dalam Mappiare (2002) mengemukakan beberapa ciri-ciri konselor efektif sebagai berikut:

  1. Para Helper (konselor) yang efektif sangat terampil mendapatkan keterbukaan.

  2. Para helper yang efektif membangkitkan rasa percaya, kredibilitas, dan keyakinan dari orang-orang yang mereka bantu.

  3. Para helper yang efektif mampu menjangkau wawsan luas, seperti halnya mereka mendapatkan keterbukaan.

  4. Para helper yang efektif berkomunikasi dengan hati-hati dan menghargai orang- orang yang mereka upayakan bantu.

  5. Para helper yang efektif mengakui dan menghargai diri mereka sendiri dan tidak menyalahgunakan orang-orang yang mereka coba bantu untuk memuaskan kebutuhan pribadi mereka sendiri.

  6. Para helper yang efektif mempunyai pengetahuan khusus dalam beberapa bidang keahlian yang mempunyai nilai bagi orang-orang tertentu yang akan dibantu.

  7. Para helper yang efektif berusaha memahami, bukannya menghakimi tingkah laku orang yang diupayakan dibantu.

  8. Para helper yang efektif mampu bernalar secara sistematis dan berfikir dengan pola sistem.

  9. Para helper yang efektif berpandangan mutakhir dan memiliki wawsan luas terhadap peristiwa-peristiwa yang berkenaan dengan manusia.

  10. Para helper yang efektif mampu mengidentifikasi pola tingkah laku yang merusak diri (self defeating) dan membantu oranglain untuk berubah dari tingkah laku merusak diri ke pola-pola tingkah laku yang secara pribadi lebih memuaskan.

  11. Para helper yang benar-benar efektif sangat terampil membantu orang lain melihat diri sendiri dan merespons secara tidak defensif terhadap pertanyaan ”siapakah saya?”.

Sumber :
Mulawarman, Eem Munawaroh, Psikologi Konseling: Sebuah Pengantar bagi Konselor Pendidikan, Universitas Negeri Semarang