Menyangkut asal-usul manusia di suatu daerah, seringkali dibarengi dengan berkembangnya mitos. Di Indonesia, tampak bahwa mitos atau cerita suci tentang asal-usul nenek moyang merupakan bagian dari budaya masyarakatnya itu sendiri. Hampir setiap wilayah di Nusantara ini, memiliki mitos atau cerita turun temurun tentang asal-usul leluhurnya. Hal ini terutama jika menyinggung tentang asal –usul manusia atau nenek moyangnya dari wilayah setempat. Tak luput juga daerah Maluku, menyangkut asal-usul penduduknya banyak informasinya bersandar dari mitos. Khusus di Maluku Tengah dan Pulau Seram cerita atau mitos dimaksud dikenal dengan nama Nunusaku.
Sahusilawane (2005) misalnya menuliskan, dalam mitologi tersebut, Nunusaku adalah sebuah tempat keramat yang dikenal sebagai tempat kediaman awal orang-orang asli, yaitu orang Alifuru. Dari Nunusaku inilah kemudian menyebar, suku-suku di seluruh wilayah Kepulauan Maluku. Nunusaku itu sendiri terletak di pertemuan tiga batang air atau tiga anak sungai yaitu Sungai Tala, Eti dan Sapalewa (Sahusilawane, 2005). Taurn (1918) menyatakan dalam bukunya bahwa Nunusaku menjadi semacam kepercayaan nasional bagi suku-suku yang mendiami pulau Seram. Oleh mereka Nunusaku dipercaya sebagai pusat bumi. Yang dimaksudkan dengan pusat bumi adalah Pulau Seram. Mereka percaya bahwa Nunusaku tercipta bersamaan dengan munculnya Pulau Ibu (Seram) dari dasar laut. Pada tempat yang disebut Nunusaku itu ada sebuah pohon beringin yang besar sekali. Dari pohon inilah lahir manusia-manusia pertama yang kemudian menyebar, berbiak dan memenuhi pulau Seram.
Versi lain menyatakan bahwa di Nunusaku ada sebuah batu yang menyerupai Bahtera Nuh. Cerita ini diakaitkan dengan kisah Nabi Nuh dengan bahteranya dalam agama Nasrani maupun Islam. Bangunan bahtera ini dikatakan memiliki 52 tingkat. Di atas bahtera batu itu tumbuhlah pohon beringin yang rindang dan penuh dengan daun-daun. Bentuk pohon ini seperti tiang kapal yang memiliki tiga buah cabang. Nunusaku adalah negeri yang indah dengan berbagai keajaiban. Karena negeri ini bisa menghilang (invisible) dan memiliki semua jenis tanaman dan binatang dari seluruh dunia. Di negeri ini juga terdapat berbagai keturunan suku bangsa dari seluruh dunia. Kehidupan di sini digambarkan penuh dengan kedamaian. Karena manusia begitu menyatu dengan alam, bahkan bisa berkomunikasi dengan hewan. Tidak ada kekerasan dan kejahatan semua makhluk hidup dalam harmoni (Sahusilawane 2005).
Penjelasan mengenai versi ini dituliskan oleh Mattulessy (1988) dalam buku Hikayat Nunusaku dan Sahulau, menyangkut mitologi wilayah Maluku, yang bercampur baur dengan data tertulis, sehingga mitologi Maluku seperti yang terungkap dari tulisan Matulesy itu, tidak sekedar mitos yang jauh dari kajian ilmiah, namun dapat dijejaki berdasarkan penelitian ilmiah. Bahkan Matulessy tampak dalam usaha untuk mencari kebenaran Alkitab tulis Matulessy, tentang tempat dimana Bahtera (perahu) Nuh kandas, yakni disebuah tempat yang disebut Gunung Ara. Dalam kapata disebutkan tempat tersebut bernama ‘Thene Selano’, yang berarti yang mula pertama kering atau yang pertama muncul. (selengkapnya baca Mattulessy, 1988). Thene Selano inilah yang kumudian dikenal Pulau Seram sekarang. Menyangkut bahtera Nuh, Mattulessy menggambarkan pada masa air bah, akibat turunnya hujan 40 hari 40 malam tanpa henti, yang kemudian Nuh dan pengikutnya harus membuat perahu dan terapung-apung dalam lautan air bah. Kemudian setelah air surut, Nuh dan bahteranya kandas di pulau yang sekarang disebut Pulau Seram. Disinilah peradaban Nunusaku dimulai. Dari Nunusaku itulah peradaban manusia dan budaya masyarakat Maluku pertama kali dibangun. Tampak usaha Mattulessy menghubungkan cerita peradaban Nunusaku baik antara mitos, dengan data-data ilmiah bahkan dengan perspekstif Alkitab.