Bagaimana jaringan distribusi model manufacturer storage with direct shipping?

Pada model ini, barang dikirimkan secara langsung dari produsen ke pelanggan, tanpa harus melalui retailer. Model ini biasa juga disebut drop-shipping. Dari sisi retailer, mereka tidak perlu melakukan persediaan barang. Informasi barang dari produsen ke pelanggan melalui retailer. Proses pembelian barang dilakukan di retailer, tatepi pengiriman barangnya langsung dari produsen ke pelanggan.

Ilustrasi model jaringan distribusi ini dapat dilihat pada gambar berikut.

Karakteristik performan atau kinerja dari Desain Jaringan Disitribusi dapat dilihat dari dua faktor utama, yaitu ; Faktor Biaya dan Faktor Layanan.

###Faktor Biaya


Apabila performan atau kinerja model jaringan distribusi ini dilihat dari Faktor Biaya, maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

Persediaan Barang

Keuntungan terbesar dari model drop-shipping adalah persedian barang dapat dilakukan secara tersentral di produsen, sehingga dapat mengumpulkan seluruh permintaan barang dari retailer yang ada. Sehingga, rantai suplai dapat meningkatkan availabilitas produknya dengan menekan biaya persediaan barang.

Salah satu isu utama dari model ini adalah terkait dengan “kepemilikan” barang yang ada. Jika produsen dapat mengalokasikan produknya untuk retailer tertentu, secara individual, maka perusahaan dapat mendapatkan keuntungan dari proses agregasi barang yang ada, walaupun kenyataannya proses agregasi berdasarkan bentuk fisik barangnya, bukan permintaan retailer.

Keuntungan proses agregasi hanya dapat didapat apabila perusahaan mampu untuk mengalokasikan porsi barang yang tersedia di persediaan barang berdasarkan kebutuhan retailer.

Keuntungan tertinggi dari model sentralisasi persediaan barang adalah untuk barang yang mempunyai nilai tinggi, permintaan rendah dengan jumlah permintaan yang susah diprediksi.

Sebaliknya, keuntungan model ini akan menjadi rendah apabila barangnya termasuk barang yang bernilai rendah dan permintaan barangnya mudah diprediksi.

Model drop-shipping juga menawarkan keuntungan lainnya bagi perusahaan, dimana perusahaan dapat melakukan penundaan kustomisasi barang sampai setelah pelanggan telah melakukan pemesanan.

Penundaan ini sendiri dapat mengurangi jumlah persediaan barang dengan cara mengumpulkan terlebih dahulu permintaan yang ada. Sebagai contoh, penerbit buku dapat melakukan dop-ship buku yang dicetak berdasarkan permintaan.

Transportasi

Walaupun biaya persediaan barang dapat ditekan, tetapi untuk biaya transportasi, model drop ship ini akan membutuhkan biaya yang tinggi. Salah satu faktornya adalah karena jarak fasilitas persediaan barang dengan pelanggan cukup jauh. Selain itu, karena jumlah pemesanan barang tidak dalam jumlah yang besar, maka biaya transportasi outboundnya akan meningkat secara drastis.

Fasilitas

Rantai suplai tidak akan terlalu terbebani biaya tetap yang timbul akibat adanya fasilitas dikarenakan fasilitas yang ada dilakukan secara terpusat. Misalnya, perusahaan dapat menghemat biaya tenaga kerja.

Selain itu, dengan model drop-ship, dapat menghemat banyak biaya penanganan (handling), karena perusahaan tidak mengirimkan barangnya ke retailer, tetapi langsung ke pelanggan.

Penghematan biaya penanganan (handling) ini harus dapat dikelola dengan baik, karena model drop ship ini menuntut perusahaan untuk mengirimkan barangnya dari pabrik ke gudang dalam jumlah besar dan mengirimkan barang dari gudang ke pelanggan dalam jumlah yang sangat kecil. Apabila proses tersebut tidak ditangani dengan baik, maka akan berdampak negatif terhadap perusahaan.

Biaya penanganan ini dapat dikurangi secara signifikan apabila perusahaan dapat mengirimkan barang ke pelanggan dari pabrik secara langsung, tanpa perlu melalui proses penanganan di gudang.

Informasi

Mode ini sangat membutuhkan infrastruktur informasi yang sangat baik antara retailer dan produsen (pabrik). Selain itu, pelanggan juga sebaiknya dapat melhat kedalam proses pemesanan yang ada di pabrik, walaupun proses pemesanannya dilakukan melalui retailer.

Dengan pengguna dapat mengetahui informasi pemesanan di produsen, selain pelanggan merasa lebih aman, pelanggan akan mendapatkan pengalaman yang baik.

Oleh karena itu, model drop ship ini membutuhkan investasi yang besar untuk membangun sistem informasi rantai suplainya.

###Faktor Layanan


Apabila performan atau kinerja model jaringan distribusi ini dilihat dari Faktor Layanan, maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

Waktu Respon

Waktu respon, apabila menggunakan model ini, akan memakan waktu yang agak lama, mengingat pemesanan dari pelanggan dikirimkan ke retailer, yang kemudian dari retailer dikirimkan ke produsen. Selain itu, karena fasilitas produsen terpusat, maka jarak antara produsen dengan pelanggan biasanya jauh, sehingga membutuhkan waktu yang agal lama dalam proses pengirimannya.

Keberagaman Produk

Pada model ini, produsen dapat mempunyai keberagaman produk yang banyak, mengingat pemesanan barang dari pelanggan dapat dibuat sesuai pesanan. Kustomisasi barang dapat dilakukan dengan baik.

Ketersediaan Produk

Perusahaan akan lebih mudah dalam menjaga ketersediaan barangnya dalam pemenuhan permintaan pelanggan, mengingat seluruh permintaan barang langsung melalui produsen.

Pengalaman Pengguna

Dengan menggunakan sistem informasi yang tepat, maka model ini dapat memberikan pengalaman pengguna yang baik. Selain itu, produk yang dikirimkan akan terjamin kualitasnya, karena langsung dikirimkan dari produsen.

Kelemahannya adalah apabila konsumen membutuhkan produk, dimana produk tersebut terdiri dari komponen-komponen yang tiap-tiap komponen diproduksi oleh produsen yang berbeda.

Time to Market

Pada model ini, ketersediaan produk di pasar dapat dilakukan pada saat yang sama suatu produk dihasilkan oleh produsen.

Order Visibility

Order visibility sangat penting pada model jaringan distribusi ini, karena 2 entitas terlibat secara langsung dalam proses pemenuhan pesanan pelanggan, yaitu retailer dan produsen. Kegagalan dalam proses ini akan berdampak negatif terhadap kepuasan pelanggan.

Mengingat pada model ini terdapat dua entitas yang berbeda, maka proses implementasi order visibility menjadi lebih sulit. Integrasi sistem informasi antar kedua entitas tersebut harus dilakukan dengan baik.

Returnability

Untuk proses pengembalian barang, proses tersebut akan sulit dilakukan dengan baik, dimana akan berdampak pada kepuasan pangguna. Hal tersebut akan jauh lebih sulit dilakukan apabila barang yang dipesan terdiri dari komponen-komponen yang berbeda produsen.

Melihat karakteristik performan yang ada, model ini cocoknya digunakan untuk produk yang mempunyai keberagaman luas, permintaan yang rendah, mempunyai nilai yang tinggi sehingga pengguna bersedia menunggu agak lama untuk mendapatkan barangnya.

Referensi :

Chopra, Sunil., Peter Meindl, “Supply chain management : strategy, planning, and operation”, Sixth Edition, Pearson