Bagaimana Islam menanamkan nilai karakter pada umat Islam?

Karakter

Bagaimana Islam menanamkan nilai karakter pada umat Islam?

Dalam perspektif pendidikan Islam, Allah swt adalah pendidik alam semesta (rabb al-‘alamin) dari kata rabb itu pulalah kata ‚ tarbiyah ‛ dibentuk, raba-yarbu atau juga rabba-yurabbi yang berarti mengembangkan, memelihara, mendidik, menjaga. Peserta didiknya para nabi dan rasul serta umat manusia, sementara media dan sarana pendidikannya adalah alam semesta, para malaikat memerankan sebagai fasilitator-Nya.

Dalam al-Qur’an banyak ditemukan desain dan strategi yang dipakai oleh Allah swt dalam mendidik umat manusia untuk menanamkan dan memperkokoh karakter mereka.

Berikut ini contoh bagaimana Islam menanamkan nilai Karakter pada umat Islam melalui ayat al-Qur’an:

Strategi Discovery-Inquiry (al-Kasyf wa al-Wujdan)

Salah satu strategi penanaman nilai yang dipakai oleh al-Qur’an adalah Discovery-inquiry yang berarti menemukan. Proses strategi ini berawal dari melihat, mengamati, menelaah, mempertanyakan, membandingkan, memetakan, menyimpulkan, kemudian meyakini, dan mengamalkan.

Dalam surat al-An’am ayat 74-79, Allah mengisahkan bagaimana Ibrahim as menemukan kebenaran (tauhid) setelah mengkaji dan membangun pemahamannya sendiri (insight) sampai akhirnya ia menemukan apa yang di cari.

Petualangan Ibrahim as menemukan kebenaran (hakikat) tersebut merupakan gambaran bahwa ada jenis karakter manusia yang harus dilatih dan dikembangkan dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, keluarga dan masyarakat.

Keteladanan (Modeling, Uswah )

Dalam surat as-Saffat ayat 102-108 Allah mengisahkan bahwa Nabi Ibrahim telah melaksanakan perintah-Nya untuk menyembelih putranya (Nabi Ismail), ini menggambarkan proses pembelajaran bagi umat manusia. Dalam ayat-ayat tersebut Allah menyatakan bahwa peristiwa ini sungguh merupakan cobaan/ujian yang nyata, dan cobaan ini juga akan berlaku bagi orang-orang yang datang kemudian, Ibrahim telah sukses menghadapi ujian ini karena ia telah mampu mengalahkan egoismenya dengan cara melepas sesuatu yang amat dicintai yaitu Ismail.

Dalam peristiwa ini telah terjadi penanaman Karakter keteguhan pribadi Ibrahim. Dalam melaksanakan tugas dan perintah Allah sehingga layak ditiru dan menjadi teladan putranya.

Dari sisi Ismail tertanam Karakter loyal, patuh dan ulet/tabah dalam melaksanakan tugas yang berat dan menyakitkan. Karakter-Karakter tersebut tidak diajarkan tetapi langsung dipraktekkan dan dirasakan. Ini adalah bentuk pembelajaran yang kontekstual (contextual teaching and learning) dengan mempraktekkan yang dilakukan langsung oleh pendidik dan peserta didik.

Tanya-Jawab (Question-Answer)

Surat al-Kahfi ayat 65-82 berisi kisah yang panjang yang memberikan inspirasi model pembelajaran dialogis antara Nabi Musa dan hakikat kehidupan. Kedudukan Musa saat itu sebagai pembelajar (murid) dan Khidir sebagai pengajarnya.

Keduanya melakukan pembelajaran dalam kehidupan nyata dengan melakukan perjalanan panjang. Kegiatan yang dilakukan Khidir as juga tampak aneh, membangun rumah reyot yang akan roboh, membunuh anak yang tak berdosa, dan merusak perahu dengan melobangi dinding perahu tersebut. Alhasil, ilmu "hakikat" akhirnya diperoleh oleh Musa as, setelah melalui proses pengamatan dan dialog yang lama dengan Khidir as.

Kisah ini sebenarnya merupakan sebuah fragmen pembelajaran dengan mengambil bentuk bertanya dialog (tanya-jawab) dalam membahas ilmu pengetahuan.

Hukuman dan Hadiah (Reward and Punishment)

Untuk menegakkan norma dan meluruskan perilaku seseorang, al- Qur’an menggunakan hukuman sebagai salah satu metode pembelajaran. Hukuman dipilih sebagai alternatif terakhir ketika metode-metode lain sudah diterapkan karena para peserta didik melakukan penyelewengan/penyimpangan dari norma yang telah diketahuinya. Hukuman bukan dimaksudkan sebagai cara untuk menyakiti peserta didik namun hukuman bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mereka untuk introspeksi dan mawas diri akan kekeliruan dan kesalahan yang telah dilakukan di masa lalu. Tujuan memberi hukuman adalah agar murid segera melakukan koreksi dan kembali ke jalan yang benar.

Kaum 'Ad, Tsamud dan kaumnya Nabi Lut yang di hukum oleh Allah adalah pelajaran bagi mereka dan bagi orang-orang yang datang kemudian untuk tetap berada pada jalan yang benar. Hukuman/peringatan ini berlaku bagi siapa saja termasuk bagi para kekasih Allah. Pada sisi yang lain Allah menampakkan begitu murah dan telah mempersiapkan hadiah bagi hamba-Nya yang saleh dan taat kepada-Nya. Misalnya nilai sedekah dan balasan Allah kepada orang yang bersedekah 1 akan melahirkan 7 tangkai, masing-masing tangkai akan melahirkan 100 biji.

Penanaman Karakter dengan Prinsip Sinergi/ Keterpaduan ( learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together )

Penyatuan dalam penyebutan iman dan amal saleh dalam al-Qur’an diulang sebanyak 52 kali. Ini artinya iman sebagai simbol seperangkat teori pengetahuan yang bersifat kognitif harus selalu diaplikasikan dalam aktivitas konkrit. Wujudnya adalah kompetensi riil yang bersifat psikomotorik. Kompetensi riil tersebut harus bisa dimanifestasikan dalam kehidupan nyata pada masyarakat dalam rangka mewujudkan kehidupan bersama dengan damai bahagia dan sejahtera. Itulah misi iman dan amal saleh dalam Islam. Tidaklah seseorang dikatakan beriman jika ia tidak mampu mengamalkan (mengaplikasikan) nilai-nilai imannya dalam tindakan amaliah yang nyata.

Referensi : Ali Mudlafir, Pendidikan Karakter: Konsep dan Aktualisasinya dalam Sistem Pendidikan Islam,