Bagaimana Islam melihat tentang Belajar dan Berdiskusi?

image

ADAB BELAJAR, MENGKAJI ULANG DAN DISKUSI

Kitab Washoya Al-Abaa’ Lil Abnaa’,
Karya : Syaikh Muhammad Syakir Al-Iskandariyah (1863 - 1939 M)


Wahai anakku, apabila engkau menghendaki kebaikan atas dirimu, maka ajaklah beberapa orang teman sekolahmu untuk muthala’ah (belajar) bersama, mungkin temanmu dapat menolongmu dalam memahami sesuatu. Bila engkau telah memahami pelajaranmu, jangan kau tinggalkan begitu saja buku pelajaranmu. Tetaplah belajar bersama dengan teman-temanmu seperti engkau sedang menghadapi pelajaran dihadapan para didikmu.

Wahyai anakku, berlaku sopanlah terhadap temanmu dalam belajar. Bila engkau lebih cepat memahami masalah, jangan sekali-kali engkau menghina temanmu (baik dengan kata-kata atau perbuatan) dengan menunjukkan kebolehanmu dalam membahas atau memahami suatu masalah.

Wahai anakku, jauhkan dirimu dari berdebat (mujadalah) dan bersitegang dalam perkara yang batil (salah). Sesungguhnya ilmu pengetahuan itu adalah amanah dan barang siapa menggunakan ilmu pengetahuan ke arah kebathilan, berarti dia menyia-nyiakan amanah dari Allah SWT.

Wahai anakku, perbanyaklah mudzakarah (mengkaji ulang) berbagai pelajaran yang telah engkau dapatkan. Sesungguhnya petaka (afat) bagi ilmu pengetahuan adalah lupa. Ketahuilah!, sesungguhnya engkau adalah orang yang terpandang di masyarakat, tentu akan datang ujian bagi setiap ilmu pengetahuan yang engkau miliki. Orang yang dapat mengatasi ujian itu, akan mendapat kedudukan mulia, sebaliknya masyarakat akan mencelanya bila dia tidak berhasil mengatasi dengan baik. Dengan demikian akan terlihat kesungguhan orang tersebut dalam belajar.

Wahai anakku, hindari olehmu, jangan sampai mdzakarahmu hanya menghafal kata-kata tanpa tahu arti dan maknanya. Berusahalah untuk mengerti arti dan maksud yang terkandung didalamnya untuk kemudian kau tanamkan dalam hati. Karena ilmu pengetahuan itu adalah sesuatu yang engkau fahami, bukan sesuau yang engkau hafal.

Wahai anakku, bila engkau dan temen-temanmu berkumpul untuk berdiskusj dan saling mengemukakan pandapat dalam berbagai masalah,

  • Jangan sekali-kali engkau memutus pembicaraan seseorang yang sedang mengajukan argumentasinya,
  • Jangan engkau tergsa-gesa menjawab masalah sebelum jelas duduk persoalanya.
  • Jangan sekali-kali engkau membantah suatu masalah tanpa alasan kuat,
  • Jangan engkau memperdebat permasalahan dengan yang tidak haq (benar).
  • Jangan menunjukkan kemuliaan pribadi (pangkat, titel, dsb.) kepada lawan bicaramu.
  • Jangan meninggalkan ruang munadharah (diskusi) sebelum diskusi selesai, hanya karena kalah bicara
  • Jangan mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati lawan bicaramu, serta menyalahkannya bila memberi jawaban yang kurang tepat (jangan sombong bila menang dan jangan putus asa bila kalah, itulah watak ilmuwan).

Wahai anakku, munadharah (diskusi ) sesama pelajar dalam membahas masalah ilmiyah, banyak membawa manfaat, diantaranya:

  • Memperkuat pengertian,
  • Memperlancar pembicaraan,
  • Membantu mengambil i’tibar (pelajaran ) dari suatu masalah dalam menambah keberanian diri.

Tetapi wahai anakku, semua itu tidak akan memberi manfaat atas dirimu baik dalam pandangan Allah ataupun umat manusia, kecuali bila engkau memiliki adab yang mulia, menjahui kat-kata yang tak layak diucapkan dan bicaralah dengan perkataan yang haq sekalipun terhadap dirimu sendiri. Janganlah engkau takut pada celaan orang, selam engkau berpijak pada AL-Haq.


Berdiskusi memang mempunyai peranan yang sangat penting dalam peningkatan skill seseorang, baik itu hard skill maupun soft skill.

Tetapi berdiskusi yang membawa manfaat hanyalah diskusi yang dilakukan dengan adab atau tata cara yang baik. Apabila diskusi dilakukan dengan cara yang buruk, maka bukanlah manfaat yang didapat, tetapi mudarat yang kita dapat.

Karena berdiskusi sangat berbeda dengan berdebat.

Mari kita berdiskusi terkait tata cara belajar dan berdiskusi dalam Islam. Adakah kajian-kajian lainnya yang membahas hal-hal tersebut ?

1 Like

Menurut Stephen D. Brookfield and Stephen Preskill, Discussion as a Way of Teaching (2d edition, 2005, John Wiley and Sons), dengan diskusi kita bisa mendapatkan banyak manfaat darinya, antara lain :

  • It helps us explore a diversity of perspectives.
  • It increases us awareness of and tolerance for ambiguity or complexity.
  • It helps us recognize and investigate their assumptions.
  • It encourages attentive, respectful listening.
  • It develops new appreciation for continuing differences.
  • It increases intellectual agility.
  • It helps us become connected to a topic.
  • It shows respect for us voices and experiences.
  • It develops the capacity for the clear communication of ideas and meaning.
  • It develops habits of collaborative learning.
  • It increases breadth and makes us more empathic.
  • It helps students develop skills of synthesis and integration.
  • It leads to transformation.

Iqra, atau diterjemahkan dengan kata membaca,merupakan ayat Al Quran pertama yang hadir di muka bumi ini. Dari kenyataan tersebut sudah terlihat betapa pentingnya kita untuk selalu membaca, dalam rangka meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan kreatifitas kita.

Dengan banyak membaca, maka kita dapat melihat segala sesuatu dengan sudut pandang yang luas.

Post Mark Zuckerberg, pendiri Facebook, saat ini menjadi viral di dunia maya.

Mark adalah seorang Computer Engineer, Pebisnis dan Atheis (banyak sumber yang mengatakan bahwa Mark adalah keturunan Yahudi yang Atheis), masih menyempatkan membaca buku dari Karya seorang yang beragama Islam,.

Couldnt agree more!!!… Dengan suka berdiskusi, secara ototmatis kita akan senang membaca. Diskusi akan sangat menarik apabila peserta diskusinya berdiskusi dengan pengetahuan yang luas.

Menurut Mahmud al-Mishri malu dalam menuntut ilmu termasuk sebagai malu yang tercela.

Salah satu contohnya adalah malu dalam menuntut ilmu sehingga membuatnya menjadi bodoh. Istri Rasulullah, Aisyah, pernah menegur Abu Musa al-Asy’ari.

Abu berkata kepada Aisyah, sebenarnya ia ingin bertanya kepada Aisyah tentang sesuatu, namun ia merasa malu. Kemudian, Aisyah meresponsnya. “Tanyakan saja, tidak perlu malu. Saya ini ibumu,” ujarnya. Setelah mendapatkan jawaban itu, Abu lalu bertanya tentang orang yang berhubungan intim tetapi tak mengeluarkan sperma. Aisyah menyampaikan apa yang pernah dikatakan Rasulullah, apabila kemaluan suami telah menyentuh kemaluan perempuan, keduanya wajib mandi.

Di lain waktu, Aisyah memuji perempuan Anshar. Ia mengatakan, sebaik-baik perempuan adalah perempuan Anshar. Mereka tidak malu untuk belajar dalam rangka memahami agama.

Oleh karena itu, Islam sendiri mengajarkan, bahwa menuntut Ilmu adalah suatu keutamaan yang luar biasa, bahkan termasuk tercela kita, sebagai umat Islam, apabila mempunyai rasa malu untuk menuntut ilmu, apalagi merasa enggan melakukannya.

1 Like