Bagaimana Islam melihat rezeki bagi manusia?

Rezeki

Rezeki (rejeki, rezki, rizki, dan rezeki) adalah pendapatan dalam versi yang luas ; kesempatan, raihan, keuntungan, anugerah, dan sebagainya.

GRethexis

Rezeki Yang Telah Dijamin.


وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

Wamaa min daabbatin fiil ardhi ilaa 'alallahi rizquhaa waya’lamu mustaqarrahaa wamustauda’ahaa kullun fii kitaabin mubiinin

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh) (Q.S.Hud : 6)

Tafsir Jalalayn

(Dan tidak ada) huruf min di sini zaidah (suatu binatang melata pun di bumi) yaitu hewan yang melata di atas bumi (melainkan Allahlah yang memberi rezekinya) Dialah yang menanggung rezekinya sebagai karunia daripada-Nya (dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu) tempat hidupnya di dunia atau pada tulang sulbi (dan tempat penyimpanannya) sesudah mati atau di dalam rahim. (Semuanya) yang telah disebutkan itu (tertulis dalam kitab yang nyata) kitab yang jelas, yaitu Lohmahfuz.

Tafsir Quraish Shihab

Dan hendaklah mereka tahu bahwa kekuasaan, nikmat-nikmat dan ilmu Allah itu mencakup segala sesuatu. Tak satu binatang pun yang melata di bumi ini kecuali Allah–dengan karunia-Nya–telah menjamin rezeki yang layak dan sesuai dengan habitat atau miliunya. Allah juga mengetahui di mana binatang itu menetap dan ke mana ia akan ditempatkan setelah kematiannya. Semua itu tercatat di sisi Allah dalam sebuah kitab yang menjelaskan hal ihwal makhluk-makhluk-Nya.

Rezeki Karena Usaha.


وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ

Waan laysa lil-insani illa ma saAAa

dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, (Q.S.An-Najm :39)

Tafsir Jalalayn

(Dan bahwasanya) bahwasanya perkara yang sesungguhnya itu ialah (seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya) yaitu memperoleh kebaikan dari usahanya yang baik, maka dia tidak akan memperoleh kebaikan sedikit pun dari apa yang diusahakan oleh orang lain.

Tafsir Quraish Shihab

Juga bahwa seorang manusia tidak memperoleh balasan selain dari apa yang telah diusahakannya.

Rezeki Karena Bersyukur.


###وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Wa 'Idh Ta’adhdhana Rabbukum La’in Shakartum La’azīdannakum ۖ Wa La’in Kafartum 'Inna `Adhābī Lashadīd

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Q.S.Ibrahim : 7)

Tafsir Jalalayn

(Dan ingatlah pula ketika mempermaklumkan) memberitahukan (Rabb kalian sesungguhnya jika kalian bersyukur) akan nikmat-Ku dengan menjalankan ketauhidan dan ketaatan (pasti Kami akan menambah nikmat kepada kalian dan jika kalian mengingkari nikmat-Ku) apabila kalian ingkar terhadap nikmat-Ku itu dengan berlaku kekafiran dan kedurhakaan niscaya Aku akan menurunkan azab kepada kalian. Pengertian ini diungkapkan oleh firman selanjutnya: (“Sesungguhnya azab-Ku sangat keras.”)

Tafsir Quraish Shihab

Ingatlah, wahai Banû Isrâ’îl, ketika kalian diberitahu Tuhan dengan mengatakan, “Apabila kalian mensyukuri nikmat penyelamatan dan lain-lain yang pernah Aku berikan kepada kalian berupa keteguhan iman dan ketaatan, niscaya Aku akan menambah nikmat-nikmat yang telah Aku berikan itu. Tetapi apabila kalian mengingkarinya dengan kekafiran dan perbuatan maksiat niscaya Aku akan menyiksa kalian dengan siksaan yang menyakitkan. Siksaan-Ku memang sangat pedih bagi orang-orang yang ingkar.”

Rezeki Karena Istighfar.


فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
Faqultu Astaghfirū Rabbakum 'Innahu Kāna Ghaffārā

maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, (QS. Nuh : 10)

يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًۭا
Yursili As-Samā’a `Alaykum Midrārā

niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, (QS. Nuh : 11)

Tafsir Jalalayn

  • (Maka aku katakan, “Mohonlah ampun kepada Rabb kalian) dari kemusyrikan kalian (sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.”) (QS. Nuh : 10)

  • (Niscaya Dia akan mengirimkan hujan) pada saat itu mereka sedang mengalami kekeringan karena terlalu lama tidak ada hujan (kepada kalian dengan lebat) dengan deras.(QS. Nuh : 11)

Tafsir Quraish Shihab

  • Aku katakan kepada kaumku, 'Mintalah ampunan atas kemaksiatan dan kekafiran kalian kepada Tuhan. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun atas dosa-dosa hamba-Nya yang bertobat. Dia akan mengirim kepada kalian hujan yang lebat, memberikan kalian harta dan anak yang merupakan hiasan dunia, kebun- kebun yang dapat kalian nikmati keindahan dan buah-buahannya serta sungai-sungai yang dapat kalian gunakan untuk mengairi tanaman dan memberi minum ternak. (QS. Nuh : 10)

  • Aku katakan kepada kaumku, 'Mintalah ampunan atas kemaksiatan dan kekafiran kalian kepada Tuhan. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun atas dosa-dosa hamba-Nya yang bertobat. Dia akan mengirim kepada kalian hujan yang lebat, memberikan kalian harta dan anak yang merupakan hiasan dunia, kebun- kebun yang dapat kalian nikmati keindahan dan buah-buahannya serta sungai-sungai yang dapat kalian gunakan untuk mengairi tanaman dan memberi minum ternak.(QS. Nuh : 11)

Rezeki Karena Menikah.


وَأَنكِحُوا۟ ٱلْأَيَٰمَىٰ مِنكُمْ وَٱلصَّٰلِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ ۚ إِن يَكُونُوا۟ فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌۭ
Wa 'Ankiĥū Al-'Ayāmá Minkum Wa Aş-Şāliĥīna Min Ibādikum Wa 'Imā'ikum ۚ 'In Yakūnū Fuqarā'a Yughnihimu Al-Lahu Min Fađlihi Wa ۗ Allāhu Wāsiun `Alīm

Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. an-Nur : 32)

Tafsir Jalalayn

(Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kalian) lafal Ayaama adalah bentuk jamak dari lafal Ayyimun artinya wanita yang tidak mempunyai suami, baik perawan atau janda, dan laki-laki yang tidak mempunyai istri; hal ini berlaku untuk laki-laki dan perempuan yang merdeka (dan orang-orang yang layak kawin) yakni yang Mukmin (dari hamba-hamba sahaya kalian yang lelaki dan hamba-hamba sahaya kalian yang perempuan) lafal 'ibaadun adalah bentuk jamak dari lafal 'Abdun. (Jika mereka) yakni orang-orang yang merdeka itu (miskin Allah akan memampukan mereka) berkat adanya perkawinan itu (dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas) pemberian-Nya kepada makhluk-Nya (lagi Maha Mengetahui) mereka.

Tafsir Quraish Shihab

Bantulah laki-laki dan wanita-wanita di antara kalian yang belum kawin untuk menjauhi perbuatan zina dan segala yang mengarah kepadanya dengan cara mengawinkan mereka. Begitu pula bantulah budak- budak kalian yang saleh untuk kawin. Jangan sampai perbudakan menghalangi perkawinan. Sesungguhnya Allah akan menyediakan segala fasilitas hidup terhormat bagi orang yang menghendaki kesucian dirinya. Karunia Allah amatlah luas seberapa pun keperluan manusia. Dia Maha Mengetahui segala niat dan segala yang terjadi di alam raya ini.

Rezeki Karena Anak.


وَلَا تَقْتُلُوٓا۟ أَوْلَٰدَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَٰقٍۢ ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ ۚ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْـًۭٔا كَبِيرًۭا
Wa Lā Taqtulū 'Awlādakum Khashyata 'Imlāqin ۖ Naĥnu Narzuquhum Wa 'Īyākum ۚ 'Inna Qatlahum Kāna Khiţ’āan Kabīrā

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. (QS. al-Isra 31)

Tafsir Jalalayn

(Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian) dengan menguburnya hidup-hidup (karena takut) merasa ngeri (kemiskinan) menjadi melarat (Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepada kalian. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu kesalahan) dosa (yang besar) teramat besar.

Tafsir Quraish Shihab

Karena perkara rezeki ada di tangan Allah, maka tidak diperkenankan bagi kalian untuk membunuh anak-anak karena khawatir akan jatuh miskin. Sebab Kamilah yang menjamin rezeki kalian dan anak-anak kalian itu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah perbuatan dosa yang besar.

Rezeki Karena Sedekah.


###مَّن ذَا ٱلَّذِى يُقْرِضُ ٱللَّهَ قَرْضًا حَسَنًۭا فَيُضَٰعِفَهُۥ لَهُۥٓ أَضْعَافًۭا كَثِيرَةًۭ ۚ وَٱللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۜطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Man Dhā Al-Ladhī Yuqriđu Al-Laha Qarđāan Ĥasanāan Fayuđāifahu Lahu 'Ađāfāan Kathīratan Wa ۚ Allāhu Yaqbiđu Wa Yabsuţu Wa 'Ilayhi Turja`ūn

Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (QS. Al Baqarah 245)

Tafsir Jalalayn

(Siapakah yang bersedia memberi pinjaman kepada Allah) yaitu dengan menafkahkan hartanya di jalan Allah (yakni pinjaman yang baik) dengan ikhlas kepada-Nya semata, (maka Allah akan menggandakan) pembayarannya; menurut satu qiraat dengan tasydid hingga berbunyi ‘fayudha’ifahu’ (hingga berlipat-lipat) mulai dari sepuluh sampai pada tujuh ratus lebih sebagaimana yang akan kita temui nanti (Dan Allah menyempitkan) atau menahan rezeki orang yang kehendaki-Nya sebagai ujian (dan melapangkannya) terhadap orang yang dikehendaki-Nya, juga sebagai cobaan (dan kepada-Nya kamu dikembalikan) di akhirat dengan jalan akan dibangkitkan dari matimu dan akan dibalas segala amal perbuatanmu.

Tafsir Quraish Shihab

Berjuang di jalan Allah memerlukan harta, maka korbankanlah harta kalian. Siapa yang tidak ingin mengorbankan hartanya, sementara Allah telah berjanji akan membalasnya dengan balasan berlipat ganda? Rezeki ada di tangan Allah. Dia bisa mempersempit dan memperluas rezeki seseorang yang dikehendaki sesuai dengan kemaslahatan. Hanya kepada-Nyalah kalian akan dikembalikan, lalu dibuat perhitungan atas pengorbanan kalian. Meskipun rezeki itu karunia Allah dan hanya Dialah yang bisa memberi atau menolak, seseorang yang berinfak disebut sebagai ‘pemberi pinjaman’ kepada Allah. Hal itu berarti sebuah dorongan untuk gemar berinfak dan penegasan atas balasan berlipat ganda yang telah dijanjikan di dunia dan akhirat.

Rezeki merupakan karunia dan suatu jaminan yang Allah janjikan bagi semua makhluk, sehingga hewan melata yang berada pada suatu lubang batu pun akan memperoleh bagian rezeki sesuai dengan kadar yang telah ditetapkan bagi makhluk tersebut. Sehingga menjadi suatu hikmah bagi makhluk lainnya, khususnya manusia yang dikaruniai akal, untuk dapat berfikir dan merasa yakin dengan jaminan rezeki baginya.

Rezeki merupakan sesuatu yang menjadi rahasia Allah terhadap makhluk-makhluknya, sehingga antara satu makhluk dengan makhluk lainnya, akan memperoleh bagian atau kadar rezeki yang berbeda-beda, sesuai dengan rahasia dan hikmah yang Allah tetapkan bagi makhluknya.

Sesuatu yang Allah berikan dan sesuatu yang tahan merupakan rezeki yang sesuai dan terbaik bagi setiap makhluknya.

Rezeki ditinjau dari bentuknya


Apabila rezeki ditinjau dari bentuknya, maka rezeki dibagi menjadi dua, yaitu ;

  • Material

    Rezeki yang material ini dapat diartikan sebagai rezeki yang berwujud dan dapat kita rasakan pula. seperti hal-hal yang dapat mencukupi kebutuhan hidup kita diantaranya adalah pakaian, makanan, rumah, dan lain sebagainya.

  • Non material

    Sedangkan rezeki yang bersifat non material adalah yeng memang tidak tampak melainkan dapat kita rasakan kadar rezeki tersebut. Seperti Allah memberikan rezeki melalui kesehatan dalam tubuh kita, anak yang sholeh-sholeha berbakti kepada kedua orang tua, keberkahan dalam menjalani hidup.

Rezeki ditinjau dari sifatnya


Apabila rezeki ditinjau dari sifatnya, maka rezeki dibagi menjadi dua, yaitu ;

  • Ibtila (Cobaan)

    Rezeki diartikan sebagai cobaan adalah rezeki yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan Allah. Manakala rezeki itu sudah dikuasai oleh diri manusia itu sendiri bahkan dapat membuatnya terlena akan nikmat rezeki dan lupa bahwa rezeki itu dari Allah. Dan bahkan dapat membuatnya jauh atau ingkar terhadap Allah SWT. Selaku pemilik rezeki yang haq. Seperti Allah mengisyaratkan pada al-Qur‟an surat al-Munafiqun: 10

    Dan belanjakan sebagian dari apa yang telah kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang diantara kamu, lalu ia berkata: “ya rabb-ku, mengapa engkau tidak menangguhkan (kematianku) sampai waktu yang dekat, yang enyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?”

  • Isthifa (Pilihan)

    Adapun rezeki sebagai pilihan adalah rezeki yang memang diperuntukkan bagi Allah. Dan Allah akan jadi pelindung bagi orang yang benar-benar menyerahkan rezekinya pada Allah, meyakini penuh bahwa Allah azza wa jalla adalah sang pemilik rezeki dan hanya Allah lah satu- satunya Tuhan yang dapat memberikan dan menjamin rezeki itu pada hambanya. Artinya Allah akan selalu berpihak padanya apabila ia pasrahkan semua ketentuan itu pada Allah.

Rezeki ditinjau dari jenisnya


Dalam memahami sebuah rezeki perlu untuk mengetahui jenis-jenis rezeki yang telah Allah berikan pada hambanya agar mudah termotifasi dan berusaha bangkit dan mengejar rezeki tersebut.

Menurut Dr. Abad Badruzaman dalam bukunya “Ayat-ayat Rezeki” mejelaskan, adapun dalam perspektif akidah rezeki itu terdiri dari 3 jenis:

1. Rezeki yang dijamin

Rezeki yang dijamin adalah rezeki yang memang sudah ditetapkan oleh Allah kepada setiap makhluknya. Ketetapan tersebut bisa berupa apa saja baik berupa, kadarnya, waktunya, macamnya, rupanya, dan temporalnya. Dengan kata lain Allah telah memberikan jaminan rezeki pada setiap makhluknya. Namun jaminan rezeki ini tidak sama banyak antara makhluk yang satu dengan yang lain. Kadar yang telah Allah berikan tidaklah sama. Ada seseorang yang kadar rezekinya banyak sehingga ia dapat bertahan hidup bertahun-tahun. Namun ada juga bayi yang baru berumur beberapa jam sudah meninggal karena jatah rezekinya sedikit. Allah tidak memberikan kadar rezeki itu sama. Yang Allah berikan terkait rezeki yang dijamin adalah berlakunya hukum alam dan sunnatullah.

Terkait dengan hal itu Allah berfirman dalam al-Qur‟an surat Hud Ayat 6:

Dan tidak satupun makhluk yag bergerak (bernyawa) di Bumi melainkan semuanya dijamin oleh Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Ayat diatas telah mengisyaratkan bahwa Allah telah menjamin rezeki, bahkan kepada binatang melata sekalipun. Allah telah menetapkan rezeki kepada setiap makhluknya dan hal itu termasuk suatu takdir yang telah ditetapkan oleh Allah. Sebagaimana ayat diatas, semua itu telah tercatat di Lauh Mahfuzh. Oleh karena itu, rezeki yang telah dijamin ini merupakan realisasi dari takdir yang telah ditetapkan sehingga sifatnya tidak dapat berubah karena ditakdirkan sebagaimana mestinya.

Rezeki yang dijamin itu merupakan takdir mubram dan kita tidak bisa mengubahnya.

Rezeki yang dibagikan dan dijanjikan adalah contoh dari takdir muallaq yang bisa dirubah.

2. Rezeki yang dibagikan

Rezeki yang dibagikan merupakan rezeki yang bisa berubah kadarnya, alias bisa bertambah dari waktu ke waktu. Jika rezeki yang dijamin merupakan ketetapan Allah yang tidak bisa kita rubah dan sifatnya tetap, rezeki yang dibagikan itu bisa dirubah dan sifatnya bergantung pada makhluk itu sendiri. Artinya, rezeki ini didapat dengan cara bekerja.

Adapun penjelasan Allah yang tertera dalam potongan ayat dibawah ini dalam Surat ar-Ra‟d ayat 11:

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, dimuka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah mnghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Maksud pejelasan potongan ayat diatas bisa kita singgungkan pada usaha etos kerja seorang hamba yang mana Allah senantiasa memberikan penuh atau memasrahkan kepada hambanya agar dapat mencari rezeki yang Allah bagikan untuk mereka dengan merubah diri mereka sendiri untuk selalu berusaha mencari dan merubah diri mereka menjadi yang lebih baik. Dan memberi kesempatan pada hambanya untuk selalu bergerak agar tak diam dan pasif menerima keadaan.

Dapat diperjelas kembali, bahwa jenis rezeki seperti inilah yang paling banyak dicari oleh umat manusia. Mereka bekerja untuk mendapatkan rezeki dan meraih kebahagiaan. Dengan demikian jenis rezeki ini didapatkan memalui jalan hukum alam yang berlaku; jika kita mau bekerja maka akan mendapatkan hasilnya, sementara jikan malas- malasan maka rezeki tidak kunjung datang.

Rezeki yang dibagikan tidaklah sama dengan rezeki yang dijamin. Jika rezeki yang dijamin merupakan takdir mubram yang pasti dan tidak bisa dirubaha, maka sebaliknya rezeki yang dibagikan merupakan takdir muallaq yang ketentuannya bisa dirubah tergantung pada usaha yang dilakukan oleh setiap makhluk, ia pun harus bersikap aktif dan melibatkan hal-hal lain yang berada disekelilingnya. Artinya, rezeki ini bisa berubah sebagai usaha seseorang untuk mengubahnya. Perubahannya tergantung juga pada seberapa giat orang tersebut bekerja, seberapa potensial jenis pekerjaannya, seberapa banyak yang dikerjakannya, dan faktor-faktor yang terkait lainnya.

Allah berfirman dalam al-Qura‟an Surat al-Mulk ayat 15:

Dialah yang menjadikan Bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah disegala penjurunya dan makanlah dari sebagaian dari rezekinya. Dan hanya kepadanyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.

3. Rezeki yang dijanjikan

Rezeki yang dijanjikan merupakan rezeki yang termasuk dalam kategori takdir muallaq. Dengan demikian, jenis rezeki seperti ini juga bisa berubah kadarnya. Rezeki ini juga didapatkan dengan cara aktif bukan pasif. Rezeki ini datang dengan sendirinya, alias otomatis, tetapi dicari. Jika rezeki yang dibagikan itu dicari dengan cara bekerja, rezeki yang dijanjikan itu dicari tidak dengan bekerja. Rezeki yang dijanjikan ini dicari dengan jalur ketakwaan, keshalihan social, dan laku religious-spiritual.

Rezeki yang dijanjikan adalah rezeki yang akan diberikan kepada manusia, jika manusia itu memenuhi berbagai kriteria yang telah Allah tetapkan. Kriteria itu sangatlah sederhana, yaki menjadi seorang mukmin yang senantiasa bertakwa, berbuat baik, beramal shalih, dan senantiasa mengerjakan ajaran Islam.

Beberapa kriteria tersebut sifatnya sangat umum. Sementara itu, kriteria tersebut akan menjadi sulit dipahami jika tidak berdasarkan pada hal-hal yang gamblang. Oleh karena itu, harus ada rumusan tertentu untuk mempermudah pengamalannya. Berdasarkan berbagai ayat di dalam al-Qur’an yang terkait rezeki, dapat dirumuskan bahwa kriteria untuk bisa mendapatkan rezeki yang telah dijanjikan oleh Allah itu setidaknya ada tiga, yaitu takwa, istighfar, dan infak.

Dari ketiga kriteria tersebut, dapat dipahami bahwa tidak ada jalur bekerja untuk mendapatkan rezeki yang dijanjikan. Namun, jika kita mengkategorikan dalam rumus rezeki, ketiga kriteria tersebut termasuk laku ikhtiar dan tawakal sekaligus. Hal itu kan terlihat dan tampak ketiak ketiga kriteria tersebut diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.