Bagaimana hubungan tingkat hafalan Alqur’an dengan sikap tawadhu’?

tawadhu

Tawadhu‟ menurut terminologi adalah merendahkan hati dan santun terhadap sesama. Dengan kata lain Tawadhu ‟ merupakan sikap seseorang yang tidak melihat dirinya memiliki nilai lebih dibandingkan hamba Allah yang lain. Bagaimana hubungan tingkat hafalan Alqur’an dengan sikap tawadhu’?

1 Like

Hubungan Tingkat Hafalan Alqur’an dengan Sikap Tawadhu’


Al-Qur‟an itu ialah kitab suci yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia dalam hidup dan kehidupanya .25 Al-Qur‟an memperkanalkan diri dengan berbagi ciri dan sifatnya. Salah satunya ialah bahwa ia merupakan salah satu kitab suci yang dijamin keaslianya oleh Allah SWT. Sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad hingga sekarang bahkan sampai hari kemudian.

Umat islam pada dasarnya tetap berkewajiban untuk secara riil dan konsekuen berusaha memeliharanya, karena pemeliharaan terbatas sesuai dengan sunnatullah yang telah ditetapkan-Nya tidak menutup kemungkinan kemurnian ayat-ayat Al- Qur‟an akan diusik dan diputar balikan oleh musuh- musuh islam, apabila umat islam sendiri tidak mempunyai kepedulian terhadap pemeliharaan kemurnian Al-Qur‟an.salah satu usaha nyata dalam proses pemeliharaan kemurnian Al-Qur‟an itu ialah dengan menghafalkanya.

Menghafal Al-Qur‟an adalah simbol bagi umat islam dan duri bagi masuknya musuh-musuh Islam. Jamez Mansiz berkata, “Boleh jadi, Al-qur‟an merupakan kitab yang paling banyak dibaca diseluruh dunia. Dan, tanpa diragukan lagi , ia merupakan kitab yang paling mudah dihafal.26 Salah satu syarat dalam menghafalkan Al-Qur‟an adalah harus dapat mengendalikan diri dari perbuatan maksiat Dan tercela seperti ujub, riya‟ , dengki, iri hati, tidak qona‟ah, tidak tawakkal dll.

Penghafal Al-Qur‟an itu dimudahkan bagi semua orang. Tidak ada dengan kecerdasan dan usia. Terbukti ada banyak orang yang menghafalnya pada usia tua, bahkan Al-Qur‟an juga dihafal oleh orang orang „ajam (non arab) yang tidak bisa bahasa arab, terutama anak anak.28
Menghafal Al-Qur‟an adalah proyek yang tak kenal rugi, Ketika seorang muslim memulai menghafal Al-Qur‟an dengan tekat kuat, kemudian dihinggapi rasa malas dan bosan lalu berhenti menghafal, sungguh, apa yang telah ia hafal tidak sia sia begitu saja, bahkan andai ia belum hafal sedikitpun, ia tidak terhalang dari memperoleh pahala.

Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda :

" Sesungguhnya orang yang dalam hatinya tidak ada sesuatu apapun dari al-Quran - yakni tidak ada sedikitpun dari ayat-ayat al-Quran yang dihafalnya, maka ia adalah sebagai rumah yang musnah - sunyi dari perkakas ."

Sedangkan Tawadhu‟ disebut juga dengan rendah hati. Pengertian tawadhu‟ adalah sikap diri yang tidak merasa lebih dari orang lain. Orang yang tawadhu‟ berkeyakinan bahwa semua kelebihan yang ada dalam dirinya semata-mata merupakan karunia Allah SWT. Dengan keyakinan yang demikian dia merasa tidak sepantasnya kalau kelebihan yang dimiliki itu dibangga-banggakan. Sebaliknya segala kelebihan yang dimiliki itu diterima sebagai sebuah nikmat yang harus disyukuri.

Artinya: *Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan “Salam”. (Al-Furqan: 63)

Tawadhu‟ bukan berarti menghinakan diri. Tapi tawadhu‟ adalah bentuk penghambaan kepada Tuhan yang sesungguhnya. Tawadhu‟ juga sering disebut sebagai obat dari sifat sombong. Karena dengan mencabut sifat sombong, maka akan timbul sifat rendah hati/ tawadhu‟ itu sendiri.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang sudah hafal Al- Qur‟an seharusnya mampu menerapkan sikap Tawadhu ‟ dalam kehidupanya sehari- hari , karena sikap tawadhu‟ sendiri berarti tidak pernah bersikap sombong dan angkuh serta tidak pernah menyombongkan diri baik terhadap sesama manusia lebih lebih terhadap Allah sang penguasa alam. Dia menjaga lisan nya dan berhati-hati dalam berbicara Seseorang yang telah dikaruniai akal sesungguhnya memiliki kewajiban untuk senantiasa menerapkan Tawadhu‟ dan menjauhkan diri dari kesombongan.

Jadi sikap tawadhu‟ yang dilakukan seorang hamba merupakan wujud dari pengamalan, kecintaan serta usaha yang dimikinya dalam menghafal Al-Qur‟an. Setelah orang mengetahui lebih mendalam dari isi Al-Qur‟an maka akan tercipta pola kehidupan dan akhlak yang baik dan akan tertanam dalam hatinya rasa persamaan, menghormati orang lain, toleransi, rasa senasib, dan cinta pada keadilan. Tetapi sebaliknya sifat takabbur membawa seseorang kepada budi pekerti yang rendah seperti dengki, marah, mementingkan diri sendiri, serta suka menguasai orang lain.orang-orang berakal sudah tentu menjauhkan diri dari sifat takabbur dan sombong.

Referensi :
  • Nasrudin Razaq, Dienul Iskam, (Bandung: PT. Alma‟arif, 1997),
  • Ahmad Salim Badwilan , Panduan Cepat Menghafal Al-Qur‟an, pent: Rusli, (Jogjakarta: Diva Press, 2012),
1 Like